in

Review Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Adat, Kelas, dan Indigenitas – Buku ini ditulis oleh antropolog Yando Zakaria yang akan membahas mengenai peliknya masyarakat adat di Indonesia dalam sepuluh bab yang ia tulis. Buku ini juga membawa kita untuk merefleksikan bahwa nyatanya masyarakat adat tidak pernah terorganisir dengan baik oleh pemerintah. Karena masyarakat adat yang jarang tersentuh oleh pemerintah maka sering kali mereka berpindah, tercerai-berai, bersatu bahkan bertukar.

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Buku ini melihat kembali dan menyadarkan siapapun yang membacanya bahwa nyatanya masyarakat adat pun sama seperti masyarakat biasa yang perlu diorganisir oleh pemerintah. Buku Ilmu Sosial ini akan mengajak kamu melihat realitas yang terjadi di Indonesia dan bisa membuat kita untuk membuat sedikit gerakan dan perubahan.

Jika kamu tertarik untuk membaca buku Adat, Kelas dan Indigenitas ini kamu bisa membaca artikel dibawah ini yang akan membahas mengenai sinopsis, kelebihan juga kekurangan buku ini. Kamu juga bisa melihat dan mengenal sedikit mengenai penulis buku ini. Selamat membaca!

Sinopsis Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Holiday Sale

Pasca-Reformasi 1998, persoalan marjinalisasi dan pemberdayaan masyarakat adat, hak atas tanah dan hutan, politik identitas, serta pengaruh politik kolonial yang menyertainya menjadi perhatian berbagai kalangan. Meski berusaha berimbang, banyak tilikan terjebak dalam bias, sehingga memunculkan wajah ambigu masyarakat adat atau gerakan masyarakat adat. Sekaligus menutupi tantangan sesungguhnya: kemiskinan dan ketidakadilan.

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Buku ini membahas lima point yang utama yaitu pertama, perubahan wacana dari masyarakat hukum adat yang awalnya diskursus nasional hukum ke diskursus masyarakat adat yang bersumber dari gerakan internasional dan indigenous people. kedua, terdapat faktor hilangnya pendekatan kelas pasca 65. ketiga, kemunculan solidaritas internasional untuk pembelaan hak-hak masyarakat korban pembangunan. keempat, menandai perubahan wacana yang semakin penting pada ranah politik hukum dan kelima, tentang situasi dan kondisi bagaimana sebaiknya mengatur pengakuan masyarakat adat ke dalam peraturan perundang-undangan.

Kajian tentang masyarakat adat maupun gerakan masyarakat adat umumnya menggunakan pendekatan esensialisme pada satu sisi dan pendekatan dekonstruksi sosial pada sisi lain. Pemosisian dua kutub semacam ini dirasa belum cukup.

Karena itulah, kajian lebih mendalam tentang masyarakat adat maupun gerakan masyarakat adat menemukan urgensinya. Buku ini menawarkan lensa yang lebih strategis. Pemahaman gerakan masyarakat adat macam apa yang dapat diperoleh dari lensa baru ini? Buku ini menjawabnya.

Tentang Penulis Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Adat, Kelas, dan Indigenitas

R. Yando Zakaria adalah seorang antropolog yang lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 26 Januari 1960. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Perjalanan akademiknya mencakup pengalaman internasional sebagai Visiting Fellow di Institute of Development Studies, University of Sussex, Inggris, pada tahun 2005, serta Visiting Researcher di KITLV, Leiden, Belanda, pada tahun 2015 dan 2023.

Sejak 1985, Yando aktif bekerja di berbagai lembaga pendidikan, penelitian, dan konsultansi, baik nasional maupun internasional. Ia terlibat di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, serta berbagai proyek untuk badan PBB, Bank Dunia, Asian Development Bank, dan GTZ/GIZ. Ia juga berperan dalam jaringan masyarakat sipil seperti WALHI, YLBHI, AMAN, dan PUSAKA, yang mendukung perjuangan komunitas adat dan lingkungan.

Sebagai penulis produktif, Yando telah menghasilkan lebih dari 250 karya dalam bentuk artikel, jurnal, dan makalah, yang sebagian besar dapat diakses melalui miniblog-nya. Ia juga menerbitkan sejumlah buku penting, seperti Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat (1995), Etnografi Tanah Adat (2018), dan Kronik Undang-Undang Desa (2022), yang mencerminkan kontribusinya dalam penelitian antropologi dan advokasi masyarakat adat.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Pros & Cons

Pros
  • Buku ini dituliskan dengan kata-kata yang mudah dipahami
  • Buku ini diharapkan menjadi penggerak dan harapan baru bagi masyarakat adat
  • Pembaca bisa lebih memahami dan mengetahui apa yang terjadi pada masyarakat adat
  • Ditulis dengan riset dan sumber yang jelas
  • Cover bukunya menarik dan menggambarkan isi buku
Cons
  • Penulisan dan layout buku sedikit membingungkan karena footnote yang banyak

Kelebihan Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Jika dilihat dari sinopsis, buku ini akan membahas mengenai tema-tema yang bisa dikatakan cukup berat dan dalam. Membahas mengenai masyarakat dan organisasi tentu akan ada banyak teori-teori yang dibahas dalam buku ini untuk kamu yang tidak pernah masuk dalam bidang antropolog mungkin harus sedikit berkonsentrasi dalam membaca buku ini. Namun secara keseluruhan kata-kata yang dituliskan mudah dipahami dan dapat dibaca dengan baik. Memang untuk beberapa bagian yang lebih teknis kamu harus membaca dengan seksama.

Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas ini bisa menjadi harapan agar siapapun yang membacanya dapat menjadi penggerak dan mengubah wacana yang telah ada menjadi harapan baru. Dengan pendekatannya yang komprehensif dan kritis terhadap masyarakat adat, memiliki potensi besar untuk mengubah wacana akademik, dan bahkan persepsi publik mengenai masyarakat adat di Indonesia.

Pendekatan yang lebih inklusif dan memahami konteks masyarakat adat dapat membantu dalam mendorong kebijakan yang lebih adil dan berkelanjutan. Buku ini bisa kamu baca jika ingin mengetahui mengenai masyarakat adat atau apa yang terjadi belakangan ini. Tidak hanya itu buku ini juga cocok untuk kamu yang sedang mencari bahan tambahan data untuk penulisan makalah atau sebagainya.

Buku ini ditulis oleh penulis dengan riset dan sumber yang jelas. Hal ini terbukti karena Yando Zakaria sudah melakukan riset terlebih dahulu melalui pengamatan yang ia lakukan. Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan sumber yang ditulis dalam bentuk footnote sehingga kamu bisa langsung membaca sumber dan pengertian dari beberapa istilah asing yang sulit dipahami. Jika dilihat banyaknya sumber ini bisa kamu cari atau akses sendiri untuk mengetahui mengenai masyarakat adat lebih lengkap.

Dilihat dari cover bukunya, buku Adat Kelas dan Indigenitas ini memiliki cover buku yang menarik dan sangat menggambarkan isi bukunya. Menggambarkan sekumpulan masyarakat yang berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan seperti ciri khas masyarakat adat yang masih kental dengan kekeluargaan dan berkumpul.

Kekurangan Buku Adat, Kelas, dan Indigenitas

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Buku ini menyajikan berbagai teori yang mendalam dan didukung oleh sumber-sumber terpercaya seperti artikel dan jurnal ilmiah yang relevan. Hal ini menjadikannya kaya informasi dan cocok bagi pembaca yang ingin memperluas wawasan dalam topik yang dibahas. Kehadiran referensi yang beragam memberikan perspektif yang lebih luas dan membantu pembaca memahami konteks dengan lebih baik.

Namun, dari segi tampilan, buku ini mungkin terasa kurang ramah bagi pembaca kasual. Layout dan penulisan, yang dipenuhi dengan catatan kaki hingga setengah halaman, bisa membuat pengalaman membaca terasa membosankan bagi sebagian orang. Oleh karena itu, jika kamu ingin mendalami buku ini, pastikan kamu siap untuk membaca dengan konsentrasi tinggi dan pemahaman yang mendalam, ya, Grameds!

Penutup

Adat, Kelas, dan Indigenitas

Nah grameds itu dia adalah ulasan singkat mengenai buku Adat, Kelas, dan Indigenitas. Buku ini merupakan buku yang membahas mengenai ilmu sosial terutama mengenai masyarakat adat. Buku ini memperlihatkan bagaimana kondisi masyarakat adat dan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah mengenai masyarakat adat.

Buku ini cocok untuk kamu yang sedang mencari sumber-sumber mengenai teori mengenai masyarakat adat. Buku ini membuka wawasan baru tentang bagaimana kita memahami dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Buku ini mengajak kita untuk melihat lebih dalam dan kritis tentang bagaimana indigenitas dan kelas berperan dalam konteks masyarakat adat, dan bagaimana kita dapat bergerak maju dengan pendekatan yang lebih inklusif dan adil.

Jika Grameds tertarik membaca buku Adat, Kelas, dan Indigenitas. Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku yang berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Kehidupan Masyarakat Tradisional di Jawa Barat

Kehidupan Masyarakat Tradisional di Jawa Barat

Kehidupan Masyarakat Tradisional di Jawa Barat adalah sebuah buku yang secara khusus mengupas tuntas mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat tradisional yang ada di wilayah Jawa Barat. Buku ini kemungkinan besar akan membahas topik-topik seperti:

Struktur sosial: Bagaimana masyarakat tradisional Jawa Barat terorganisir dalam kelompok-kelompok sosial, seperti keluarga, kampung, atau komunitas adat.

Sistem kepercayaan: Pemahaman mendalam tentang berbagai kepercayaan lokal, adat istiadat, dan ritual-ritual yang masih dijalankan oleh masyarakat tradisional.

Mata pencaharian: Bagaimana masyarakat tradisional memenuhi kebutuhan hidupnya, baik melalui pertanian, perikanan, kerajinan tangan, atau aktivitas ekonomi lainnya.

Sistem pengetahuan: Bagaimana masyarakat tradisional memahami alam semesta, gejala alam, dan berbagai fenomena kehidupan lainnya.

Seni dan budaya: Ekspresi seni dan budaya masyarakat tradisional, seperti musik, tari, seni rupa, dan berbagai bentuk kesenian lainnya.

Perubahan dan tantangan: Bagaimana masyarakat tradisional menghadapi perubahan zaman, modernisasi, dan berbagai tantangan yang dihadapinya.

Orang-Orang Hubula: Makna Martabat Kolektif Suku Hubula di Lembah Balim Papua

Orang-Orang Hubula: Makna Martabat Kolektif Suku Hubula di Lembah Balim Papua

Bagaimana suku Hubula, masyarakat adat di Lembah Palim, Papua menavigasi pelbagai kosmologi yang dibawa oleh pemerintah, Gereja, dan ekonomi pasar? Mengapa ritual adat dan pertukaran artefak budaya memegang peranan penting bagi kesuburan hidup orang Hubula dan keberlanjutan lanskap di Lembah Palim?

Melalui wacana “antropologisasi pembangunan”yang menekankan pada faktor manusia dibandingkan faktor ekonomi, buku ini menggambarkan upaya Hubula untuk menegosiasikan identitas kolektif dalam proses perubahan sosial. Buku ini memantik refleksi lebih mendalam tentang pembangunan yang holistik, adil, dan bermartabat.

Yulia Sugandi mengungkapkan praktik ekonomi masyarakat Hubula yang tidak bergantung pada asumsi ekonomi. Dalam karya ini, kita melihat betapa pemikiran dan praktik budaya berperan sentral dalam keseluruhan tatanan masyarakat. Hilmar Farid, Sejarawan.

Yang disajikan penulis bukan sekadar dokumentasi hasil riset, melainkan identifikasi sebuah kekuatan kolektif masyarakat yang penting bagi keberlanjutan entitas hidupnya. Buku ini penting untuk mendorong keadilan bagi orang Hubula di segala sektor pembangunan.

Elvira Rumkabu, Sekretaris Eksekutif Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua.

Buku ini mengetengahkan isu sentral tentang makna kolektivitas orang Hubula yang terlihat dari berbagai ritual kebudayaan yang menghubungkan manusia, alam, dan leluhur dalam ikatan kosmologis yang tidak terpisahkan.

Meki Wetipo, Pemuda Lembah Palim yang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan maupun kegerejaan.

Dersik Tradisi, Nuraga Seni Komodifikasi Budaya bagi Kesejahteraan

Dersik Tradisi, Nuraga Seni Komodifikasi Budaya bagi Kesejahteraan

Tradisi dan seni adalah bagian penting dari budaya. Tradisi dan seni lahir dari masa lampau dan mencerminkan cara pandang serta karakter masyarakat.

Tradisi dan seni dapat dikomodikasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komodifikasi budaya berarti mengubah tradisi dan seni menjadi produk atau layanan yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan.

Komodifikasi budaya harus dilakukan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Penting untuk memastikan bahwa komodifikasi budaya tidak merusak nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam tradisi dan seni.

Buku ini memberikan contoh-contoh bagaimana tradisi dan seni telah dikomunikasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Contoh-contoh ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk melakukan hal yang sama.

Secara keseluruhan, buku “Dersik Tradisi, Nuraga Seni: Komodifikasi Budaya Bagi Kesejahteraan” adalah buku yang penting bagi siapa saja yang tertarik dengan budaya, pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat. Buku ini memberikan wawasan tentang bagaimana tradisi dan seni dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.