in

Review Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Bagaimana Demokrasi Mati – How Democracies Die adalah buku politik komparatif yang diterbitkan pada tahun 2018, ditulis oleh dua ilmuwan politik dari Universitas Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Buku ini membahas tentang kemunduran demokrasi dan bagaimana para pemimpin yang terpilih secara sah dapat secara perlahan melemahkan proses demokrasi demi memperkuat kekuasaan mereka. Buku ini juga memberikan peringatan serius tentang dampak Partai Republik dan kepemimpinan Donald Trump terhadap demokrasi di Amerika Serikat.

Bagaimana Demokrasi Mati

Pada tahun 2021, The Economist menyebut buku ini sebagai karya paling penting di era Trump. The New York Times menggambarkannya sebagai panduan penting tentang potensi ancaman terhadap demokrasi Amerika. Sementara itu, The Washington Post menilai buku ini sebagai analisis yang mendalam tentang kondisi demokrasi saat ini. Jason Willick dari The Wall Street Journal memandang buku ini sebagai pelajaran yang memberikan wawasan mendalam meskipun tidak direncanakan. David Runciman dari The Guardian menyebut buku ini provokatif tetapi cenderung terlalu fokus pada pelajaran sejarah, mengabaikan peran media sosial dan ketidaksetaraan.

Sejarawan Universitas Columbia, Adam Tooze, menganggap buku ini sebagai karya yang sangat memancing pemikiran, khususnya dalam membandingkan krisis demokrasi di berbagai negara. Mantan Presiden AS, Barack Obama, memasukkan buku ini dalam daftar “Buku Favorit Tahun 2018.” Rosolino A. Candela, seorang ahli teori politik, dalam ulasannya menyebut buku ini sebagai karya yang kaya wawasan bagi akademisi untuk dipelajari lebih lanjut.

How Democracies Die berhasil masuk daftar Buku Terlaris The New York Times dan memenangkan Penghargaan Budaya Nasional Jerman tahun 2018. Buku ini juga sempat dibawa oleh Joe Biden pada tahun 2018, yang kerap membagikan beberapa kutipannya.

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Bagaimana Demokrasi Mati dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 22 April 2019. Sebelum membaca ulasan buku ini, ada baiknya mengenal lebih jauh tentang para penulisnya, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Profil Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt – Penulis Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Holiday Sale

Steven Levitsky

Steven Levitsky (lahir 17 Januari 1968) adalah seorang ilmuwan politik asal Amerika Serikat yang menjabat sebagai profesor di bidang pemerintahan di Universitas Harvard. Ia juga merupakan peneliti senior di Council on Foreign Relations dengan fokus pada demokrasi. Sebagai seorang ahli politik komparatif, penelitian Levitsky berpusat pada kawasan Amerika Latin, mencakup topik seperti partai politik dan sistem kepartaian, transisi menuju demokrasi dan otoritarianisme, serta dinamika kelembagaan yang lemah dan informal. Ia dikenal atas kontribusinya dalam studi mengenai rezim otoriter kompetitif dan peran institusi politik informal.

Daniel Ziblatt

Daniel Ziblatt (lahir 1972) adalah ilmuwan politik Amerika yang telah menjabat sebagai Profesor Eaton dalam Ilmu Pemerintahan di Universitas Harvard sejak 2018. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Pomona College dengan jurusan studi Jerman dan politik, lalu meraih gelar PhD dalam ilmu politik dari University of California, Berkeley.

Sinopsis Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Bagaimana Demokrasi Mati adalah buku yang ditulis oleh dua profesor Harvard di bidang politik dan pemerintahan, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Buku ini membahas sembilan poin utama yang mencakup lahirnya demokrasi, perkembangannya, hingga proses kemundurannya. Poin-poin tersebut meliputi:

  1. Persekutuan Penentu Nasib
  2. Menjaga Gerbang Demokrasi di Amerika
  3. Pelepasan Kekuasaan Partai Republik
  4. Menumbangkan Demokrasi
  5. Pagar Demokrasi
  6. Aturan-Aturan Tak Tertulis Politik Amerika
  7. Buyar
  8. Tahun Pertama Trump: Rapor Otoriter
  9. Menyelamatkan Demokrasi

Dalam buku ini, Levitsky dan Ziblatt berargumen bahwa pemilu, yang seharusnya menjadi pilar demokrasi, justru dapat menjadi awal dari kemunduran demokrasi. Lembaga pemerintah yang terbentuk melalui pemilu berpotensi melemahkan dan bahkan menghancurkan demokrasi itu sendiri.

Ditulis dengan gaya yang sederhana dan mudah dipahami, buku ini sangat cocok untuk pembaca awam yang ingin memahami atau terjun lebih jauh ke dunia politik.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Pros & Cons

Pros
  • Penulis yang kredibel.
  • Ditulis berdasarkan penelitian yang mendalam.
  • Mudah untuk dimengerti.
  • Memberikan pengetahuan tambahan.
  • Menggunakan referensi pemimpin negara yang relevan.
  • Memberikan sudut pandang baru. 
Cons
  • Kurang memberikan solusi konkret.

Kelebihan Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Salah satu kelebihan utama dari Buku Bagaimana Demokrasi Mati karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt ini adalah kredibilitas para penulisnya. Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt adalah cendekiawan terkemuka di bidang politik dan pemerintahan, yang mengajar di Universitas Harvard. Dengan latar belakang mereka sebagai ahli politik, karya ini didukung oleh penelitian mendalam dan wawasan yang tajam mengenai dinamika demokrasi di berbagai negara.

Buku ini juga terkenal karena pendekatannya yang  mudah untuk dipahami. Penulis menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan lugas sehingga orang awam yang baru tertarik pada dunia politik bisa mengikuti pembahasan dalam buku ini tanpa mengalami kesulitan. Dengan memadukan analisis mendalam dan gaya penulisan yang ringan, buku ini berhasil menjadi jembatan yang ideal antara wacana akademik dan pembaca umum.

Selain itu, buku ini memberikan pengetahuan tambahan yang sangat relevan di era modern. Buku ini menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran demokrasi, mengidentifikasi tanda-tanda kebangkitan otoritarianisme, dan menjelaskan ancaman terhadap sistem pengawasan serta keseimbangan yang dirancang untuk menjaga demokrasi tetap berjalan. Penulis dengan jelas memaparkan strategi yang sering digunakan oleh pemimpin otoriter terpilih untuk memperkuat kekuasaan mereka, seperti “menangkap wasit,” “menyingkirkan pemain kunci,” dan “mengubah aturan permainan” untuk memastikan dominasi mereka.

Hal lain yang membuat buku ini menarik adalah penggunaan referensi dari pemimpin negara yang relevan, termasuk Donald Trump. Para penulis secara spesifik menunjukkan bagaimana Trump mencoba menerapkan taktik-taktik otoriter yang diuraikan dalam buku ini. Namun, buku ini tidak terjebak dalam narasi yang berfokus pada Trump secara pribadi atau skandal politiknya. Sebaliknya, Levitsky dan Ziblatt memberikan pandangan yang lebih luas tentang elemen-elemen sistemik yang memungkinkan Trump meraih keberhasilan politiknya.

Dengan penelitian historis yang kuat, Bagaimana Demokrasi Mati ini menghadirkan analisis yang komprehensif tentang tantangan terhadap demokrasi modern, sehingga buku ini berhasil menawarkan sudut pandang yang berbeda dari kisah politik khas lainnya karena lebih menyoroti struktur dan dinamika yang mendasari keberhasilan para demagog ketimbang mengeksplorasi sisi personal atau kontroversi yang terjadi.

Kekurangan Buku Bagaimana Demokrasi Mati

Buku Bagaimana Demokrasi Mati memberikan wawasan mendalam tentang dinamika demokrasi dan ancaman otoritarianisme, tetapi beberapa pembaca merasa kurang puas karena tidak menawarkan solusi konkret untuk menyelamatkan demokrasi. Buku ini lebih cenderung berfungsi sebagai pengantar sejarah yang menyoroti berbagai kasus kejatuhan demokrasi di dunia. Contohnya, kebangkitan Hitler di Jerman, Hugo Chavez di Venezuela, hingga Donald Trump di Amerika Serikat menjadi fokus utama dalam menjelaskan pola-pola yang menggoyahkan fondasi demokrasi.

Pendekatan analitis dalam buku ini lebih mengarah pada pembahasan mendetail mengenai peristiwa-peristiwa historis ketimbang langkah-langkah praktis untuk mengatasi tantangan demokrasi modern. Penulis mengungkapkan bagaimana tokoh-tokoh otoriter muncul dan mengikis demokrasi melalui metode yang halus maupun terang-terangan. Meski analisis ini kaya akan informasi, sebagian pembaca merasa bahwa konteks historis tersebut lebih bersifat pengulangan dibandingkan dengan menyajikan perspektif baru yang segar.

Bagi pembaca yang mengharapkan panduan strategis atau langkah-langkah konkret, buku ini mungkin terasa kurang memuaskan. Fokus utama pada peristiwa masa lalu membuat buku ini lebih relevan bagi mereka yang ingin memahami akar penyebab runtuhnya demokrasi secara mendalam, bukan mereka yang mencari solusi langsung untuk tantangan demokrasi saat ini. Dengan demikian, meskipun informatif, pendekatan buku ini lebih cocok sebagai bahan refleksi daripada pedoman aksi.

Penutup

Bagaimana Demokrasi Mati adalah bacaan wajib bagi siapa pun yang peduli dengan masa depan demokrasi. Buku karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt ini mengupas ancaman yang mengintai demokrasi modern dan mengajak pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam menjaga nilai-nilai demokrasi di tengah tantangan global yang terus berkembang. Dengan gaya penulisan yang lugas dan mudah dipahami, buku ini cocok untuk Grameds yang ingin mendalami wawasan politik sambil memperkuat komitmen terhadap prinsip demokrasi.

Melalui pembahasannya yang mendalam, buku ini tidak hanya menjelaskan bahaya-bahaya yang mengancam demokrasi, tetapi juga memberikan refleksi kritis tentang bagaimana kita sebagai individu maupun masyarakat dapat berkontribusi dalam melindungi sistem ini. Dari sejarah jatuhnya demokrasi di berbagai negara hingga tantangan demokrasi masa kini, buku ini menjadi panduan penting bagi siapa saja yang ingin memahami pola-pola ancaman demokrasi secara global.

Yuk, Grameds, mulai perjalanan intelektual kalian dengan membaca Bagaimana Demokrasi Mati! Dapatkan segera buku ini di Gramedia.com, bersama koleksi buku best seller lainnya. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia siap menemani perjalanan literasi kalian dengan beragam informasi dan produk terbaik.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Tirani Demokrasi

Tirani Demokrasi

“uduk sama rendah, berdiri lain-lain tingginya.” ‘PBB’, Taufiq Ismail Buku ini adalah peninggalan Sapardi yang paling tidak dikenal: Tirani Demokasi. Selebaran yang memberi peringatan. Seno Gumira Ajidarma, penulis Di tangan Sapardi Djoko Damono kompleksitas demokrasi bisa disampaikan dengan ringan dan sederhana. Buku ini menunjukkan dia bukan hanya begawan sastra tapi juga seorang pemikir yang sangat peduli dengan masa depan bangsanya. Iwan Esjepe, Founder & CCO Ideasphere Transformation Bureau.

Daya Lenting Demokrasi: “Ribetnya Merawat Daulat Rakyat”

Setiap Pebisnis Harus Tahu Promo Upselling Cross-selling Ini!

Proyeksi kehidupan berbangsa dan bernegara tahun 2045 diharapkan menjadi tahun Indonesia Emas. Indonesia yang maju, makmur, berkeadilan, serta berkeadaban berdasarkan Pancasila. Salah satu persyaratan penting dalam mewujudkan Indonesia Maju adalah membenahi praktik penyelenggaraan pemerintahan, baik pada tataran nasional maupun pemerintahan daerah.

Penataan kekuasaan pemerintahan secara keseluruhan mendesak dilakukan—mengingat implementasi tata kelola pemerintahan selama lebih kurang dua dekade Reformasi— efektivitas pemerintahan masih belum maksimal karena cukup banyak perangkat regulasi yang tumpang tindih, tidak kohesif dan koheren satu sama, sehingga mengakibatkan tiadanya keseluruhan (comprehensiveness) karena tidak dituntun oleh paradigma atau politik hukum yang jelas. Akibatnya selanjutnya, produk regulasi menjadi kusut, kehidupan politik dewasa ini mengalami pendangkalan, manipulatif, transaksional, serta semakin jauh dari budaya politik yang sehat.

Penumpang Gelap Demokrasi

Penumpang Gelap Demokrasi: Melihat Dinamika dan Tantangan Demokrasi di Dunia dan di Indonesia

Penumpang Gelap Demokrasi: Melihat Dinamika dan Tantangan Demokrasi di Dunia dan di Indonesia merupakan salah satu buku bacaan bernuansa politik karangan Dr. Didik Mukrianto.Sebagai salah satu negara kepulauan yang besar dan multikultur, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menerapkan demokrasi dalam kehidupan bernegara masyarakatnya. Secara etimologis, dalam bahasa Yunani demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (kekuatan), yang secara harfiah apabila digabungkan memiliki makna kekuatan rakyat. Dalam konteks demokrasi, Franklin D. Roosevelt menegaskan bahwa masyarakat memiliki kekuasaan penuh atas negara, sedangkan filsuf Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa demokrasi terjadi ketika masyarakat miskin memegang kekuasaan. Definisi demokrasi lainnya yang paling sering kita dengar adalah oleh Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, yang mengatakan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Sumber:

  • https://en.m.wikipedia.org/wiki/How_Democracies_Die
  • https://en.m.wikipedia.org/wiki/Steven_Levitsky
  • https://en.m.wikipedia.org/wiki/Daniel_Ziblatt
  • https://www.goodreads.com/book/show/35356384-how-democracies-die

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.