Tak Ada Asu di Antara Kita – Joko Pinurbo, yang dikenal luas sebagai seorang penyair, juga menunjukkan kemampuannya di dunia prosa dengan menerbitkan buku kumpulan cerpen bertajuk Tak Ada Asu di Antara Kita. Buku ini, yang menjadi karya cerpen pertama sekaligus terakhirnya, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Januari 2023. Sayangnya, perjalanan kreatif Joko Pinurbo harus terhenti ketika ia berpulang pada 27 April 2024.
Buku setebal 112 halaman ini memuat 15 cerpen yang memotret kehidupan sehari-hari dengan pendekatan yang khasātokoh-tokohnya jauh dari kemewahan dan lebih sering berhadapan dengan realitas getir. Meski demikian, Joko Pinurbo, yang pernah dianugerahi penghargaan Seniman dan Budayawan Kota Yogyakarta pada tahun 2022, tetap menyisipkan kejenakaan yang menjadi ciri khasnya di setiap cerita dalam buku ini.
Dalam proses kreatifnya, Joko Pinurbo berusaha menyelami dunia orang-orang yang sering kali luput dari sorotanāseperti ibu, anak, kakek, pak RT, penjaga warung, guru, bahkan koruptor. Dengan sensitivitasnya, ia menggali cerita-cerita kecil dari keseharian yang tampak sederhana tetapi sarat makna.
Sebelum membaca ulasan tentang buku ini, yuk kita kenalan lebih dekat dengan sosok Joko Pinurbo, sang penulis yang karyanya selalu berhasil menggetarkan hati para pembacanya!
Table of Contents
Profil Joko Pinurbo – Penulis Buku Tak Ada Asu di Antara Kita
Joko Pinurbo adalah pria kelahiran 11 Mei 1962. Joko Pinurbo dikenal sebagai salah satu penyair dan sastrawan ternama Indonesia yang karyanya memiliki gaya yang khas dan sudah menorehkan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Joko Pinurbo berhasil lulus menempuh pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, atau yang sekarang dikenal sebagai Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Joko Pinurbo atau yang akrab dipanggil Jokpin ini diketahui telah gemar menulis puisi sejak ia masih duduk di Sekolah Menengah Atas. Penyair yang tinggal di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai acara pertemuan dan festival sastra. Karya-karya Joko Pinurbo juga telah sampai ke lingkup internasional. Sejumlah karyanya sudah berhasil diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.
Beberapa puisinya juga sudah dimusikalisasi, antara lain oleh Ananda Sukarlan dan Oppie Andaresta. Puisi-puisi karya Joko Pinurbo adalah perpaduan humor, narasi, dan ironi. Joko Pinurbo lihai dalam menggunakan dan mengolah gambaran yang mengacu pada peristiwa atau objek sehari-hari dengan bahasa yang sederhana, tetapi memberikan makna yang tajam. Puisi-puisi karyanya juga banyak mengandung kontemplasi dan refleksi yang menyentuh keabsurdan sehari-hari.
Joko Pinurbo juga senang menggunakan dan memainkan keunikan kata-kata Bahasa Indonesia, sehingga banyak puisinya yang hanya bisa dibaca dan dinikmati dalam Bahasa Indonesia. Hingga saat ini, Joko Pinurbo masih aktif dalam menulis puisi. Joko Pinurbo telah menulis lebih dari 25 karya puisi, baik itu yang dibuat sebagai satu puisi khusus atau yang dikumpulkan menjadi sebuah antologi bersama.
Contoh beberapa antologi bersama karya Joko Pinurbo, yakni Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998), dan Sepotong Hati di Angkringan.
Kemudian, contoh beberapa puisi yang diterbitkan khusus, yakni:
- Celana (1999)
- Di Bawah Kibaran Sarung (2001)
- Pacarkecilku (2002)
- Telepon Genggam (2003)
- Kekasihku (2004)
- Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (2005)
- Kepada Cium (2007)
- Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007)
- Tahilalat (2012)
- Haduh, aku di-follow (2013)
- Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (2013)
- Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014)
- Surat Kopi (2014)
- Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015)
- Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Sehimpun Puisi Pilihan (2016)
- Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan (2016)
- Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi (2017)
- Srimenanti (2019)
- Salah Piknik (2021).
Atas pencapaiannya dalam dunia sastra Indonesia, Joko Pinurbo telah berhasil mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014). Selain itu, puisinya terpilih menjadi Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, mendapatkan Hadiah Sastra Lontar, dan ia menjadi tokoh sastra versi majalah Tempo. Nama Joko Pinurbo sebagai sastrawan juga telah dikenal hingga lingkup internasional.
Hal ini dibuktikan dengan dirinya yang diundang untuk membaca puisi di Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee tahun 2001 di Jakarta, dan diundang untuk membaca puisi pada Festival Sastra/Seni Winternachten tahun 2002 di Belanda. Ia juga hadir dalam Forum Puisi Indonesia tahun 2002 yang diadakan di Hamburg, Jerman, dan hadir dalam Festival Puisi Internasional-Indonesia tahun 2002, yang diadakan di Solo.
Sinopsis Buku Tak Ada Asu di Antara Kita
Tukang bakso itu merasa dirinya memiliki hak istimewa, sehingga ia kesal saat melihat seorang pemuda yang teler duduk di atas kursi Sukir. Pemuda itu tampak mabuk, tetapi bukan mabuk biasaāia mabuk agama. Dengan mata membelalak dan tangan menunjuk ke arah penjual bakso, ia meracau tentang Tuhan dan surga, menyerukan kata-kata suci yang terdengar kacau. Si tukang bakso, kesal melihat tingkahnya, mencubit pipi pemuda itu sambil berkata, “Hei, kau masih di dunia. Bangun, kerja! Jingan!”
(Cerpen “Kursi Sukir”)
***
Tak Ada Asu di Antara Kita merupakan kumpulan cerpen pertama karya Joko Pinurbo, yang memuat 15 cerita dengan ilustrasi berwarna. Cerita-cerita ini menampilkan tokoh-tokoh yang hidupnya jauh dari kemewahan, penuh dengan kegetiran, namun tetap dibalut dengan kejenakaan khas Jokpin. Ibu, anak, kakek, Pak RT, penjaga warung, guru, kursi, batu, copet, koruptor, hingga asu menjadi bagian dari kisah-kisahnya. Mereka adalah sosok-sosok yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun sering terabaikan. Sebagai kejutan manis, Jokpin juga menyelipkan sebuah puisi terbaru di dalam kumpulan cerpen ini.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Tak Ada Asu di Antara Kita
Kelebihan Buku Tak Ada Asu di Antara Kita
Salah satu kelebihan dari buku Tak Ada Asu di Antara Kita karya Joko Pinurbo adalah sampul bukunya yang sangat menarik. Dengan gambar bergaya khas anak-anak, dengan ilustrasi pada pemandangan pedesaan yang sederhana, jalan panjang membelah sawah dan halaman rumah kecil dengan dua gunung yang menjulang di latar belakang. Matahari bersinar cerah, dikelilingi burung-burung yang sedang terbang bebas, berhasil memberikan kesan ceria sekaligus melankolis yang sejalan dengan nuansa dalam cerpen-cerpen di buku ini.
Sebagai karya perdana di genre cerita pendek, buku ini memperlihatkan sisi lain dari Joko Pinurbo yang sebelumnya dikenal lewat karya-karya puisinya. Beberapa cerpen dalam buku ini bahkan terasa seperti perpanjangan dari puisi-puisinya yang telah lebih dulu mencuri perhatian para penggemarnya. Karakteristik utama tulisan Joko Pinurbo tetap hadir di siniāpermainan kata yang menyihir, jenaka, puitis, bahkan nakal. Namun, kali ini ia memadukannya dengan narasi prosa yang sederhana sehingga menghadirkan cerita-cerita yang sulit dilupakan.
Kelebihan lain dari buku ini adalah ilustrasi penuh warna yang menghiasi setiap cerita pendek di dalamnya. Ilustrasi ini tidak hanya memperindah halaman, tetapi juga membantu pembaca membayangkan suasana cerita dan menambah semangat untuk terus membaca. Isi cerpen-cerpennya sendiri mengangkat isu-isu nyata yang sering kali luput dari perhatian. Joko Pinurbo memotret kehidupan tokoh-tokoh sederhana seperti ibu, anak, guru, tukang bakso, hingga kursi dan batu. Tokoh-tokoh ini terasa sangat dekat, mencerminkan kehidupan yang akrab dengan pembaca. Ada rasa getir, jenaka, sekaligus kehangatan yang membuat setiap cerita terasa relevan, seolah-olah pembaca sedang melihat cermin kehidupan mereka sendiri.
Dengan gaya penulisan yang ringan namun sarat makna, buku ini menjadi bacaan yang sempurna untuk mengisi waktu santai. Ceritanya cukup singkat untuk dibaca dalam sekali duduk, tetapi penuh dengan pesan dan refleksi yang akan bertahan lama di benak pembaca.
Kekurangan Buku Tak Ada Asu di Antara Kita
Meski Tak Ada Asu di Antara Kita memiliki banyak kelebihan, ada beberapa cerpen di dalamnya yang terasa seperti hanya untuk mengatasi rasa penasaran pribadi penulis, seolah-olah merupakan draft yang belum sepenuhnya matang namun dipaksa untuk selesai. Tidak semua cerita dalam buku ini digarap dengan keseriusan yang sama. Beberapa cerpen memang tampak sangat rapi dan terkonsep dengan baik, sementara yang lain terasa seperti hanya ditulis seadanya, tanpa kekuatan narasi yang cukup mendalam. Hal ini bisa mengecewakan bagi pembaca yang datang dengan ekspektasi tinggi, terutama bagi mereka yang sudah akrab dengan keindahan dan kedalaman puisi-puisi Joko Pinurbo yang biasanya begitu memikat dan penuh kejutan
Penutup
Jika Grameds mencari bacaan yang ringan dan santai namun tetap mampu menggugah hati, Tak Ada Asu di Antara Kita adalah pilihan yang tepat. Buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita untuk merefleksikan kehidupan, menyentuh hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian. Cerpen-cerpen di dalamnya memiliki kekuatan untuk membuat kita merenungkan makna di balik setiap peristiwa yang sederhana namun sarat pelajaran. Yuk, jangan ragu untuk segera menambahkan buku ini ke koleksi kalian, Grameds! Selami setiap cerita, resapi setiap kata, dan temukan keindahan tersembunyi yang mampu membuat kalian tersenyum sekaligus termenung.
Nah Grameds, itu dia sinopsis dan ulasan dari bukuĀ Tak Ada Asu di Antara Kita karya Joko Pinurbo. Yuk langsung saja dapatkan buku ini dan buku karya Joko Pinurbo yang lainnya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi
Dari kamar mandi yang jauh dan sunyi saya ucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. *Sabda sudah menjadi saya. Saya akan dipecah-pecah menjadi ribuan kata dan suara. *Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri. * Menggigil adalah menghafal rute menuju ibu kota tubuhmu. * Lupa: mata waktu yang tidur sementara. * Tuhan yang merdu, terimalah kicau burung dalam kepalaku. * Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma.
Sepotong Hati di Angkringan
Sepotong Hati di Angkringan adalah kumpulan puisi karya penyair dan sastrawan ternama Indonesia yaitu Joko Pinurbo. Seperti puisi-puisi Joko Pinurbo lainnya, buku ini juga memuat berbagai puisi yang lucu, naratif, atau ironis. Buku ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama berisi 33 puisi dan bagian kedua berisi 15 puisi. Beberapa puisi dalam buku ini berkaitan dengan keadaan saat pandemi Covid-19.
Pada suatu malam yang nyamnyam, kau menemukan sepotong hati yang lezat dalam sebungkus nasi kucing. Kau mengira itu hati ibumu atau hati kekasihmu. Namun, bisa saja itu hati orang yang pernah kau sakiti atau menyakitimu. Angkringan adalah nama sebuah sunyi, tempat kau melerai hati, lebih-lebih saat hatimu disakiti sepi.
Epigram 60
Penyair Joko Pinurbo merayakan ulang tahunnya yang ke-60 dengan menerbitkan kumpulan puisi berjudul Epigram 60. Dalam buku tersebut, Joko Pinurbo menghadirkan sejumlah epigram atau puisi pendek yang merespons berbagai persoalan, misalnya pandemi Covid-19, jerat pinjaman online hingga rendahnya upah minimum regional Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sumber:
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Joko_Pinurbo
- https://www.goodreads.com/book/show/75715128-tak-ada-asu-di-antara-kita
- https://www.detik.com/jatim/budaya/d-7313485/tak-ada-asu-di-antara-kita-buku-cerpen-joko-pinurbo-pertama-dan-terakhir#goog_rewarded
- #PreMarriageTalk: Karena Menikah Butuh Persiapan
- Atur Duitmu!
- Esensialisme: Pentingkan yang Penting Saja
- Generasi Ekspektasi
- Kami (Bukan) Fakir Asmara
- Kaya Harta, Kaya Amal
- Meluruhkan Pilu: Aku Jatuh Cinta dengan Ketidakmungkinan Kita
- Nudge
- Outlive : Memikir Ulang Sains dan Seni Umur Panjang
- Setiap Pebisnis Harus Punya Buku Ini!
- Solo Leveling 6
- Stoik: Apa dan Bagaimana
- The Cat Who Saved Books
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 4
- Youth X Machinegun 1