Sistem hidroponik di Indonesia sudah tidak asing lagi tentunya. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik di Indonesia sudah mulai dikenal sejak tahun 1980-an. Karya yang pertama kali dipublikasikan tentang menumbuhkan tanaman tanpa media tanah adalah buku milik Sylva Sylvarum pada tahun 1627.
Sejak saat itu, budidaya tanaman tanpa media tanah mulai digandrungi oleh masyarakat. Dengan budidaya tanaman secara hidroponik bisa memberikan hasil produksi tanaman yang lebih baik dan lebih tinggi. Hal ini karena proses hidroponik mulai dari pembibitan sampai panen tidak membutuhkan waktu yang banyak dibandingkan dengan budidaya tanaman secara konvensional.
Lalu, apa itu sistem hidroponik, apa saja kelebihan dan kekurangannya dan media tanam apa saja yang bisa dipakai. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sistem hidroponik, simak tulisan di bawah ini.
Table of Contents
Apa itu hidroponik
Hidroponik adalah salah satu jenis budidaya tanaman dan bagian dari hidrokultur yang melibatkan penanaman tanpa tanah, melainkan menggunakan air yang juga bisa ditambahkan dengan larutan berisi nutrisi mineral. Nutrisi yang bisa digunakan ketika menanam dengan sistem hidroponik berasal dari berbagai sumber misalnya pupuk kimia, kotoran ikan, bebek atau bisa juga dengan larutan nutrisi buatan.
Umumnya, tanaman yang tumbuh secara hidroponik pada media lembab yaitu tomat, mentimun, stroberi, selada, dan paprika. Dalam bahasa latin, istilah hidroponik memiliki arti yaitu ‘air yang bekerja’. Karena tidak menggunakan media tanah seperti budidaya tanaman konvensional, hidroponik menggunakan air untuk bekerja menumbuhkan tanaman, menyediakan nutrisi dan oksigen untuk tanaman.
Sebetulnya tidak hanya sayuran atau buah-buahan saja yang bisa ditanam menggunakan sistem hidroponik, bunga seperti anggrek atau cabai bahkan juga bisa tumbuh subur jika ditanam dengan tata cara hidroponik yang benar. Sistem hidroponik tidak hanya cocok dipraktekkan di bumi saja. Pada tahun 1990-an NASA menanam bibit kacang di stasiun luar angkasa. Tentunya hal ini membuka peluang pertanian bisa dilakukan di luar angkasa.
Sistem budidaya tanaman hidroponik tidak perlu menggunakan ruangan yang besar. Selain hanya membutuhkan sedikit ruang, sistem hidroponik menggunakan lebih sedikit air dibandingkan dengan sistem budidaya tanaman konvensional. Tidak hanya itu, dengan desain yang cermat, menumbuhkan tanaman dengan sistem hidroponik lebih cepat daripada sistem budidaya tanaman konvensional.
Sistem hidroponik bisa mendorong pertumbuhan tanaman lebih cepat dan memiliki kualitas yang lebih bagus. Hal ini disebabkan tanaman yang biasanya ditanam di tanah, akarnya akan terus mencari nutrisi yang diperlukan untuk tanaman itu. Namun, sistem hidroponik memiliki cara dimana tanaman langsung terpapar dengan air dan nutrisi sehingga tanaman tidak perlu repot-repot untuk mencari sumber nutrisinya. hasilnya, pertumbuhan tanaman menjadi lebih subur dibandingkan dengan budidaya tanaman secara konvensional.
Tumbuhan bisa menopang dirinya sendiri dengan cara melakukan proses fotosintesis. Proses ini terjadi saat tanaman menangkap sinar matahari dengan pigmen hijau yang ada daunnya atau dikenal dengan nama klorofil. Tanaman menggunakan energi cahaya itu untuk memecah air yang diserap oleh mereka melalui akarnya. Kemudian mereka melepaskan oksigen yang berguna untuk kehidupan manusia di bumi.
Maka dari itu, tumbuhan sebetulnya tidak membutuhkan tanah untuk melakukan proses fotosintesis. Tanaman membutuhkan nutrisi yang harus mereka serap dari akar mereka untuk menghidupi dirinya sendiri. Dengan sistem hidroponik telah dibuktikan, tanpa menggunakan tanah, tanaman bisa tumbuh dengan lebih efektif dan lebih berkualitas.
Komponen sistem hidroponik
Untuk menjaga dan mempertahankan sistem hidroponik yang baik, kamu perlu mengetahui komponen-komponen hidroponik yang sangat penting. Berikut adalah beberapa komponen dari sistem hidroponik.
1. Media tanam
Untuk budidaya menanam tentunya membutuhkan media tanam. Pada sistem hidroponik tentunya media tanam tidak menggunakan tanah. Ada beberapa macam media yang bisa digunakan pada sistem hidroponik. Media tanam ini biasanya berpori untuk menahan kelembaban dan nutrisi dari larutan yang diberikan nutrisi untuk makanan tanaman. Selain itu, media tanam yang bisa digunakan pada sistem hidroponik banyak yang memiliki pH netral. pH netral ini berguna untuk menjaga keseimbangan larutan nutrisi yang diberikan untuk tanaman. Karena ada beberapa macam sistem hidroponik dan tanaman yang berbeda-beda tentunya membutuhkan media tanam yang berbeda dan dipilih berdasarkan yang paling sesuai dengan kebutuhan.
2. Pompa udara dan gelembung oksigen
tanaman yang dialiri air bisa cepet tenggelam jika terendam dan tidak diangin-anginkan. Selain itu gelembung oksigen yang diciptakan oleh air stone akan disebar dan larut keseluruh larutan nutrisi. Gelembung-gelembung ini tentunya membantu distribusi nutrisi untuk tanaman secara merata. Air stone ini tidak bisa menghasilkan oksigen sendiri, alat ini harus disambungkan dengan pompa udara melalui tabung plastik. Air stone dan pompa udara ini umumnya juga dikenal untuk alat-alat akuarium yang bisa didapat dengan mudah di toko.
3. Pot berjaring atau berlubang
Pot bersih adalah jaring yang menampung tanaman hidroponik. Bahan yang erkisi ini memungkinkan akar tumbuh keluar dari sisi-sisi atau dasar pot. Selain itu bisa memberikan paparan oksigen dan nutrisi yang lebih besar untuk tanaman. Pot ini juga memberikan sistem drainase yang baik dibandingkan pot tanah liat atau pot yang terbuat dari plastik pada umumnya.
4. Cara kerja sistem hidroponik
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hidroponik menggunakan air untuk komponen utamanya. Sistem hidroponik bekerja dengan memaksimalkan waktu sebaik mungkin untuk menjaga kualitas tanaman dari kondisi lingkungan, ketidakseimbangan pH dan memaksimalkan paparan nutrisi yang terlarut dalam air. Hidroponik bekerja di bawah prinsip yang sangat sederhana. Hidroponik memberikan larutan nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan tanaman tertentu yang kamu tanam.
Maka dari itu, prinsipnya adalah sediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman yang ditanam bisa tumbuh dengan baik dan subur. Dengan hidroponik juga memugkinkan kita untuk mengontrol seberapa banyak cahaya yang diberikan kepada tanaman dan seberapa lama. Tidak hanya itu, tingkat keasaman juga bisa dipantau dan disesuaikan. Dengan keadaan yang bisa dikendalikan ini akan memungkinkan pertumbuhan tanaman dengan cepat.
Dengan mengendalikan lingkungan yang dibutuhkan tanaman, banyak resiko-resiko kegagalan yang bisa dikurangi. Tanaman yang tumbuh di taman atau ladang tidak bisa dikendalikan lingkungannya. Ada banyak faktor-faktor yang bisa berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman. Misalnya, jamur liar yang tumbuh di dekat tanaman bisa saja menyebabkan tanaman jadi berpenyakit. Belum lagi hewan-hewan liar yang bisa mengambil sayuran-sayuran yang sudah matang di kebun.
Tidak hanya hewan liar yang bisa merusak atau mencuri hasil tanaman mu, hama seperti belalang juga bisa menyerang tanaman di sore hari. Dengan sistem hidroponik faktor-faktor yang bisa merusak tanaman bisa dikurangi, tidak seperti tanaman yang ditumbuhkan di luar ruangan. Hidroponik juga tidak memakai pestisida pada prosesnya sehingga bisa menghasilkan buah atau sayuran yang lebih bagus dan berkualitas tinggi. Tanpa adanya faktor-faktor negatif tersebut tanaman jadi tumbuh dengan sangat baik.
Buku Rekomendasi Terkait Hidroponik
Hidroponik; Bertanam Sayuran Tanpa Tanah
Hidroponik telah dikenal dan dipraktikkan di dalam negeri sejak tahun 1980-an. Saat ini, hidroponik, terutama skala rumah tangga, telah merambah menjadi hobi dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap sayur serta buah. Kepopuleran tren hidroponik memunculkan penghobi hidroponik baru yang membutuhkan berbagai informasi dasar mengenai hidroponik.
Penulis dengan mengusung nama Hidroponik Untuk Semua yang selama ini fokus pada budi daya hidroponik dan rutin mengadakan pelatihan hidroponik (untuk pemula hingga pelatihan hidroponik skala industri) di berbagai daerah, mencoba membagikan pengalamannya melalui buku ini. Penulis berharap semakin banyak masyarakat yang memahami teknik dasar hidroponik secara tepat, sehingga dapat dipraktikkan dengan baik sebagai sarana hobi, menambah keasrian sekitar rumah dan lingkungan, serta dapat menghasilkan sayuran yang sehat untuk konsumsi keluarga.
Hidroponik Rumahan, Modal Dibawah 600 Ribu
Hidroponik masih dipandang sebagai teknologi budi daya yang sulit dan membutuhkan modal yang besar dalam pembuatannya. Ternyata tidak selalu seperti itu. Kini, hidroponik bisa diaplikasikan dengan mudah dan murah, bahkan kita bisa membuatnya sendiri di rumah. Buku ini difokuskan pada pembuatan instalasi hidroponik yang cukup efisien dan menghemat uang, serta buku ini sangat mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Tanya Jawab Hidroponik
Semakin sempitnya lahan perkotaan membuat banyak orang rindu akan suasana bercocok tanamdi pedesaan. Hidroponik menjadi alternatif utama yang bisa dilakukan untuk menjawab kerinduan masyarakat tersebut. Masyarakat mulai banyak mengaplikasikan hidroponik mulai dari skala hobi, bahkan tida sedikit yang merambah hingga skala industri. Selain bisa untuk memenuhi kebutuhan dapur rumah tangga, hasilnya juga bisa dijual dengan harga yang relative lebih tinggi daripada produk pertanian konvensional.
Media tanam hidroponik
Meskipun sistem hidroponik tidak menggunakan tanah, bukan berarti tidak ada media tanam hidroponik. Dalam kebanyakan sistem hidroponik, kita harus bisa memilih jenis media hidroponik mana yang bisa membantu akar dan mempertahankan oksigen dengan baik. Berikut adalah beberapa media tanam hidroponik.
1. Serabut kelapa
Serabut kelapa merupakan salah satu media tanam yang menjadi favorit para petani hidroponik. Hal ini karena sabut kelapa memiliki manfaat untuk kelapa. Kelapa ditanam di daerah tropis, sekam yang ada di kelapa bisa melindungi daging kelapa dari kerusakan sinar matahari. Hal ini tentunya bisa dimanfaatkan pada sistem tanam hidroponik.
Serabut kelapa yang digiling menjadi media tanam yang kaya akan nutrisi dan terbebas dari jamur yang mana sangat baik untuk tanaman. Dengan cara yang sama hal ini bisa membantu benih tanaman menjadi lebih kuat. Serabut kelapa mempunyai rasio udara dan air yang bagus jadi kita tidak perlu khawatir.
Sabut kelapa biasanya akan dijadikan limbah atau pupuk kompos jika tidak digunakan dalam mengaplikasikan sistem hidroponik. Dengan hidroponik, kita bisa menumbuhkan tanaman baru dan tidak ada yang terbuang sia-sia dari sabut kelapa.
2. Pelet tanah liat
Selain sabut kelapa, ada juga media tanam yang populer yaitu tanah liat. Tanah liat yang digunakan akan dibentuk bundar. Bagian terbaik dari menggunakan pelet tanah liat adalah mereka tidak melepaskan nutrisi ke air dan tanah liat mempunyai pH yang netral. Karena bentuk bulat dan keroposnya membantu keseimbangan oksigen dan air yang baik dan tidak membuat kering akar tanaman.
Namun, walaupun begitu penggunaan pelet tanah liat ini memiliki kekurangan. Tanah liat memiliki berat dan mudah cepat kering.
3. Sure To Grow
Sure To Grow adalah salah satu perusahaan yang menawarkan media tanam berbahan dasar plastik. Media tanam ini cukup mahal dan tidak bisa digunakan kembali, jadi kurang bagus untuk lingkungan. Dengan media ini harus juga menggunakan lapisan atas yang harus tetap kering, jika tidak alga bisa bertumbuh pesat.
4. Oasis Cubes
Kubus oasis ini mirip dengan kubus rockwool. Namun, kubus rockwool agak sedikit mahal dibandingkan dengan kubus oasis. Kubus oasis ini tidak organik dan hanya berguna untuk perkecambahan saja, tidak bisa digunakan sebagai media tumbuh sampai masa panen.
5. Perlite
perlite adalah sesuatu yang sudah dikenali oleh banyak petani tradisional. perlite adalah media tanam bebas tanah yang sudah membantu menambahkan erasi ke campuran tanah selama bertahun-tahun. Perlite dibuat dari kaca vulkanik untuk menciptakan material yang ringan namun juga memiliki pori. Maka dari itu, perlite bersifat sangat ringan dan memiliki tingkat retensi oksigen tinggi. Namun, media tanam ini tidak bisa digunakan untuk sistem hidroponik tertentu karena sifatnya yang ringan.
Metode-metode hidroponik
Ada puluhan, bahkan ratusan metode hidroponik, namun puluhan metode tersebut merupakan modifikasi atau kombinasi dari metode-metode dasar sistem hidroponik. Berikut beberapa metode dasar dari sistem hidroponik.
1. Sistem budidaya perairan dalam
Hidroponik budidaya air dalam juga dikenal dengan sistem DWC atau Deep Water Culture. Sistem hidroponik adalah yang paling termudah dan terpopuler di pasaran. Sistem dengan perairan dalam ini menggunakan cara menggantung pot berjaring yang menahan tanaman di atas reservoir dalam larutan nutrisi yang sudah dilarutkan ke dalam air.
Akar tanaman terendam dalam larutan akan memberikan akses nutrisi air dan oksigen secara terus menerus untuk tanaman. Budidaya air dalam ini dianggap sebagai sistem hidroponik paling murni. Oksigenasi air yang tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup tanaman. Jika tidak ada oksigen cukup yang disuplai untuk tanaman, tanaman bisa rusak dan tenggelam dalam larutan tersebut.
Menambahkan air stone dan pompa udara sangat penting untuk memasok oksigen ke seluruh tanaman. Gelembung yang diciptakan dari air stone sangat membantu sirkulasi larutan nutrisi.
Tidak seperti sistem hidroponik lainnya, sistem perairan dalam ini bisa dibuat dengan mudah di rumah. Namun, sistem hidroponik yang satu ini memiliki beberapa keterbatasan. Tidak semua tanaman bisa tumbuh dengan cepat jika memakai sistem hidroponik ini. Biasanya tanaman-tanaman yang besar akan tumbuh lebih lambat jika menggunakan sistem hidroponik ini.
2. Sistem Sumbu
Dalam sistem sumbu, tanaman akan ditempatkan di media tanam di atas nampan yang berada di atas reservoir. Sumbu nanti akan bergerak dari reservoir ke nampan yang sedang tumbuh. Air dan nutrisi mengalir ke sumbu dan memenuhi media tanam. Sumbu ini bisa dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana misalnya dengan tali atau kain.
Sejauh ini, sistem sumbu hidroponik adalah sistem yang paling sederhana. Sistem sumbu bersifat pasif karena sistem ini tidak membutuhkan komponen mekanis seperti pompa udara yang seperti sistem perairan dalam gunakan. Sistem ini sangat ideal bagi para petani yang kesusahan dengan listrik atau di mana listrik sulit untuk diandalkan.
Namun, sistem sumbu bekerja agak lambat dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya. Sistem sumbu bekerja dengan cara menyerap air yang direndam, layaknya spons yang menyerap air. Sistem sumbu hidroponik ini hanya akan berfungsi jika disertai dengan media tanam yang bisa memfasilitasi perpindahan air. Media tanam yang bisa dipakai misalnya sabut kelapa karena memiliki kelembaban yang sangat bagus dan juga bisa menjaga keseimbangan pH.
3. Sistem teknik film nutrisi
Sistem hidroponik ini bisa menghentikan tanaman di atas aliran larutan nutrisi yang terus menerus mengalir dan membasahi akar tanaman. Berbeda dengan hidroponik budidaya perairan dalam, akar tanaman pada sistem hidroponik ini tidak direndam ke dalam air. Air akan dialirkan hanya sampai ujung-ujung akarnya saja. Ujung-ujung akar akan menyerap kelembaban ke dalam tanaman.
Bagian bawah saluran dari sistem hidroponik ini akan berbentuk melekuk. Sehingga air-air bisa melewati ujung akar dengan mudah. Hal ini tentunya juga bertujuan untuk mencegah air yang bisa menggenang atau membendung sistem akar. Sistem teknik ini paling cocok untuk tanaman-tanaman riang seperti sawi, selada, bayam dan buah-buahan seperti stroberi.
Sistem hidroponik teknik film nutrisi akan selalu mensirkulasi air sehingga sistem ini tidak membutuhkan air dalam jumlah besar. Tentunya biaya yang dikeluarkan akan menjadi lebih murah. Hal ini juga bisa menguntungkan bagi para petani yang cukup kesusahan dengan air untuk bercocok tanam.
4. Sistem pasang surut
Sistem pasang surut ini bekerja dengan cara membanjiri tumbuhan dengan larutan nutrisi dari reservoir di bawahnya. Sistem ini juga harus dilengkapi dengan tabung supaya untuk memastikan batang dan buah tidak rusak karena tenggelam air. Berbeda dengan sistem hidroponik sebelumnya, tanaman yang ditanami dengan sistem pasang surut tidak terlalu kena air.
Ketika air surut, akar bisa mengering. Akar yang kering ini akan teroksigenasi. Sistem pasang surut ini juga sering disebut sistem banjir dan drainase. Sistem hidroponik ini adalah salah satu metode penanaman yang paling populer.
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien