Rangkaian Acara Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya – Masyarakat Jawa sangatlah mengenal kebudayaan yang diwariskan oleh leluhurnya secara turun-temurun. Itulah sebabnya pernikahan, sistem kekerabatan, dan keturunan yang dijalankan memiliki adatnya masing-masing. Adat tersebut adalah peraturan dan tata cara yang dilakukan masyarakat setempat.
Table of Contents
A. Persiapan
Sebelum memutuskan untuk menikah, pihak keluarga akan memikirkan patokan ideal untuk pasangan anaknya kelak. Patokan tersebut dapat dilihat melalui :
1. Bibit
Seseorang akan ditinjau melalui keturunannya, sehingga dapat diketahui siapakah orang yang menurunkan warisan keluarga. Atau, apakah seseorang yang dimaksud berasal dari keluarga baik-baik atau sebaliknya.
2. Bebet
Dengan siapa saja calon pilihan bergaul, bagaimana pergaulan yang diikutinya dalam keseharian, hal-hal tersebut akan ditinjau. Fungsinya untuk mengetahui, apakah pasangan tersebut merupakan orang baik-baik atau memiliki reputasi buruk.
3. Bobot
Bobot lebih mengarah kepada materi atau segi keduniawian. Misalnya, apakah calon yang dipilih memiliki pangkat yang tinggi atau rendah, kaya atau miskin, parasnya rupawan dan mengagumkan. Bobot lebih diutamakan untuk laki-laki karena dahulu, istri umumnya tidak bekerja dan hanya bertugas mengurus keperluan rumah tangga.
Setelah meninjau pasangan dan meyakinkan diri (berkomitmen), tahapan dari adat pernikahan Jawa harus dipersiapkan dalam lima babak penting, yang mana masih berdiri dengan berbagai cara lagi. Kini, pernikahan dapat dimulai dengan babak pertama yang disebut babak pembicaraan.
B. Babak Pembicaraan
Tahapan ini merupakan langkah awal dari sang pemilik hajatan, yakni mantu (pihak perempuan) dengan besan (pihak laki-laki) pada acara resepsi pernikahan. Pembicaraan akan dimulai dari tingkat yang paling awal, yang dimaksudkan memberitahu tujuan dan maksud mengapa anaknya dipinang, kemudian dilamar untuk menuju ke babak pernikahan (gethok dina).
C. Babak Kesaksian
Dengan adanya babak kedua ini, pembicaraan sebelumnya yang sudah dilakukan akan kembali diteguhkan.
Namun, perbedaannya terletak dengan hadirnya pihak ketiga. Pihak tersebut biasanya diwakili oleh warga kerabat atau sesepuh yang berada di tempat tinggalnya (tetangga).
Dalam artian umum, pertemuan kedua dapat disebut sebagai lamaran. Namun, tidak hanya acara lamaran saja, prosesnya dilengkapi dengan beberapa perayaan sebagai berikut :
Melakukan acara yang tidak baku atau dikenal sebagai srah-srahan, sebagai upaya nepa palupi guna melestarikan adat budaya yang telah lama berjalan baik.
Peningsetan merupakan lambang kuatnya sebuah ikatan untuk kesatuan dua mempelai. Ikatan tersebut ditandai dengan acara tukar cincin oleh pengantin. Seperti namanya, paningset yang berarti ikatan layaknya tali yang kuat (singset) dan usaha dari orang tua pria untuk melamar pihak wanita sebagai menantu.
Karena perhiasan yang dijadikan bentuk umumnya, orang-orang sering mengiranya sebagai mahar. Sebenarnya, tidak sama karena mahar memang menjadi salah satu syarat sah pernikahan atau permintaan istrinya, sementara peningsetan sangatlah bermakna dalam. Jika pihak pria sungguh-sungguh memberikan peningset, itu berarti niatnya dalam menikah juga sungguh-sungguh.
Peningset yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan niatnya, tanpa paksaan atau permintaan. Hadiah yang dipersiapkan bermakna sebagai sebuah penghargaan kepada calon mempelai, sekaligus kedua orang tuanya. Ada baiknya jika jumlah peningset tidak berlebihan.
Selain berupa perhiasan, peningset dalam adat Jawa terdiri atas beberapa barang berharga, seperti suruh ayu atau satu ikat daun sirih, kain jarik yang bermotif batik dan bisa disesuaikan, stagen dan buah-buahan (pisang menjadi bagian utamanya), sembako (beras, kecap, gula, bumbu dapur, minyak, ketan), maupun sejumlah uang.
Jika yang diberikan cincin emas, maknanya adalah cinta yang abadi dan tidak akan pernah putus sampai seumur hidup. Busana putri yang sopan dan tertutup, berarti kedua belah pihak pandai menyimpan rahasia dari orang lain. Buah-buahan berarti pernikahan yang dijalin akan menghasilkan buah cinta yang manis dan harmonis.
Jika ditinjau dari segi harfiah, asok memiliki arti memberi dan tukon adalah membeli. Namun, secara kultural, acara tersebut dimaknai sebagai pemberian uang dari pihak keluarga mempelai pria kepada wanita. Artinya adalah sebagai pengganti tanggung jawab orang tua yang telah membesarkan dan mendidik mempelai wanita.
Asok tukon juga disebut sebagai pengarem-arem atau bebungah yang fungsinya bukanlah pembayaran, tetapi ongkos pernikahan. Pihak laki-laki tidak harus melakukannya dan pemberian tidak hanya berupa uang. Pemberian bisa berupa kain panjang dan kebaya, perhiasan, alas kaki, atau barang-barang lainnya yang menjadi kesukaan sang kekasih.
Gethok dina, sampailah keluarga untuk menentukan kepastian akan waktu pelaksanaan acara pernikahan, baik dari ijab kabul sampai resepsi. Biasanya, timing yang pas akan didiskusikan, tetapi sebagian orang mencari hari, tanggal, dan bulan dari orang yang ahli dalam perhitungan Jawa. Orang tua mempelai akan meminta saran mengenai hal tersebut.
Sang ahli biasanya akan meminta keluarga untuk menghindari hari yang naas. Misalnya, hari ketika orang tua bapak dan ibu dari kedua pengantin meninggal (geblak). Jika masih hidup, hari meninggalnya kakek dan nenek dari orang tua haruslah dihindari.
Bisa juga hari saat saudara dari mempelai pengantin meninggal. Jumadil Akhir, puasa, syawal, suro, mulut, bakdamulud, dan hari-hari besar lainnya tidak akan direkomendasikan untuk diadakannya acara.
D. Babak Siaga
Dengan tahap ini, pihak yang memiliki hajatan akan mengundang sanak saudaranya untuk membantu persiapan-persiapan yang dilakukan. Biasanya, akan dibentuk panitia untuk melaksanakan kegiatan, baik sebelum, saat bertepatan, maupun sesudah hajatan.
Sedhahan, yakni cara merakit, mempersiapkan, serta membagi undangan. Pada tahap ini, pihak dari mempelai perempuan akan menentukan siapa-siapa saja kerabat yang akan diundang.
Pembentukan panitia hajatan disebut juga sebagai kumbakarnan. Tahapan pertamanya adalah pemberitahuan atau permohonan bantuan, baik kepada sanak saudara, handai taulan, maupun kerabat.
Setelahnya, rincian program kerja akan dibagi untuk para panitia dan pelaksana. Segalanya harus mencukupi kerepotan dan keperluan selama hajatan. Nantinya, anggota juga akan diberitahukan, kapan undangan selesai dibagikan dan pelaksanaan acara.
Cara ini juga bisa disebut sebagai kumbokarnan. Kepanitiaan dibagi menjadi dua kelompok, yakni panitia inti dan seksi-seksi. Panitia inti adalah kelompok yang utama, sehingga anggotanya adalah ketua, sekretaris, penasihat, bendahara, dan wakilnya. Seksi-seksi memiliki tugas untuk membantu dengan masing-masing bidangnya.
Bagian transportasi, akomodasi, among tamu, kebutuhan rias panggung dan pengantin, sinoman, dokumentasi, penjaga buku tamu akan diemban oleh seluruh anggota. Namun, pernikahan Jawa versi yang lebih modern dan praktis biasanya akan mengandalkan wedding organizer.
E. Babak Rangkaian Acara
Babak ini bertujuan untuk menciptakan nuansa hajatan dengan menantu yang sudah tiba. Tahap-tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Majang
Majang memiliki arti menghias. Dalam acara perhelatan perkawinan, majang berarti menghias rumah dari pihak pemangku hajat.
2. Cethik Geni
Dalam bahasa Jawa, cethik geni bermakna ‘menyalakan api’ atau menghidupkannya untuk menanak nasi dengan segala perantinya secara besar. Sebutannya adalah adang pungkasan. Pemangku hajatan tentunya menyiapkan konsumsi yang cukup untuk seluruh tamu, sehingga memasak makanan dalam jumlah besar selama beberapa hari.
Tradisi ini dikembangkan secara turun-temurun, di mana menyalakan api tidak semudah zaman sekarang. Dahulu, orang-orang akan memakai batu api yang digesekkan dengan batu lainnya. Batu tersebut diletakkan di atas serutan kering atau tepas secara tradisional. Namun, orang tua zaman sekarang telah menggunakan kayu bakar, bahkan kompor. Jika orang tua melakukannya, itu berarti mereka merasa bertanggung jawab dan mau bekerja sama satu sama lain.
3. Pasang Tarub
Tarub dibuat ketika acara inti akan dimulai. Pemasangannya didahului dengan bleketepe yang dilakukan oleh ibu dan bapak pemangku hajat. Orang-orang mungkin sudah mengenal bleketepe yang merupakan anyaman daun kelapa tua. Bahan tersebut bukan janur, tetapi daun dan pelepahnya yang dibelah menjadi dua.
4. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Selain pemasangan tarub, pasang tuwuhan juga perlu dilakukan. Tuwuhan merupakan pajangan mantu yang memiliki perpaduan antara batang, buah, daun tertentu yang diletakkan pada gapura tarub depan rumah.
5. Kembar Mayang
Kembar memiliki arti sama atau serupa antara dua objek, sementara mayang adalah bunga pohon jambe yang sering disebut sebagai Sekar Kalpataru Dewandaru. Tanaman tersebut merupakan lambang dari kebahagiaan dan keselamatan.
Bentuknya menyerupai setengah sampai satu badan manusia dan biasanya dibawa oleh pihak pria. Pembawa akan didampingi oleh sepasang cengkir gading yang disuguhkan para gadis. Susunannya terdiri atas bunga, buah, dan janur yang dianyam sedemikian rupa, sehingga terlihat indah ketika dipajang.
Tampilannya mirip dengan sajian buah yang biasanya menjadi bentuk persembahan dalam upacara ritual Bali. Namun, bentuknya cenderung lebih besar. Jika ditinjau secara lengkap, kembar mayang adalah batang semu pisang atau gedebog yang dirangkai. Batang tersebut memerlukan tempolong atau biasanya disebut paidon kuningan sebagai penegaknya. Ada empat jenis ragam anyaman yang setidaknya digunakan, yakni keris, burung, belalang, dan payung.
6. Sengkeran
Baik mempelai pria maupun wanita, nantinya akan digunakan terlebih dahulu untuk menunggu proses panggih sampai selesai.
7. Siraman
Siraman adalah upacara mandi kembang yang dilakukan kedua calon mempelai sehari sebelum upacara panggih dilakukan. Masyarakat setempat juga mengenalnya sebagai adus kembang, disebabkan air yang digunakan telah dicampur dengan kembang setaman.
8. Adol Dawet
Setelah siraman, ibu dari mempelai wanita akan berjualan dawet dengan dipayungi bapak. Pembelinya adalah para tamu yang telah membawa pecahan genting sebagai mata uang.
9. Midodareni
Masing-masing dari pihak keluarga pastinya mengharapkan acara yang lancar, mendatangkan rumah tangga yang bahagia, sehingga melantunkan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, keselamatan pemangku hajat pada perhelatan hari berikutnya sangatlah diharapkan.
F. Tahap Puncak Acara
Seperti namanya, tahapan ini adalah puncak acara dari pernikahan adat Jawa yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Karena menjadi acara utama, keluarga dan hadirin akan sangat membantu dalam memaksimalkan acara.
1. Ijab Kabul
Para hadirin dan calon mempelai dipersilakan untuk hadir dalam ruangan dilangsungkannya akad nikah kelak. Acara biasanya akan dipandu oleh pembawa acara dan dimulai dengan adanya pembukaan. Awalnya, akan dibacakan ‘bismillah’ sebelum melantunkan doa. Harapannya supaya acara dapat berjalan tanpa halangan. Setelahnya, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran.
Khutbah nikah memang telah disunahkan dalam Islam dan sebisa mungkin, harus ada dalam prosesi pernikahan. KUA atau penghulu yang menikahkan calon mempelai akan memberikan semacam wejangan. Fungsinya memang diperuntukkan pada pembekalan baik terhadap kedua mempelai, menjadi pengingat bahwa kedua pihak akan diteguhkan dalam perjanjian yang sakral.
“Saudara (nama disesuaikan dengan calon suami), apakah Anda setuju menerima saudara (calon istri) sebagai pendamping hidup dengan (mahar yang telah diputuskan).” Penghulu akan bertanya sebanyak tiga kali sebelum acara inti dimulai. Jika calon imam dan keluarga sudah menyepakatinya, penghulu dapat lanjut menanyakan.
Jika sudah sah dengan persetujuan hadirin dan semua pihak, penghulu dapat membacakan doa pernikahan karena pasangan yang dinikahkan kini telah resmi menjadi suami istri. Beberapa keluarga biasanya akan mengundang pemuka agama untuk membacakan doa secara khusus.
2. Panggih
Panggih atau pertemuan, biasanya juga disebut sebagai upacara dhaup, yang merupakan acara temu antara pengantin pria dan wanita. Acara tersebut dilakukan setelah ijab kabul (untuk agama Islam) dan perayaan dari masing-masing agama. Tata cara panggih terbagi lagi menjadi tahapan berikut :
a. Liron kembar mayang,
Pengantin akan saling bertukar kembar mayang. Maknanya adalah untuk menyatukan cipta, rasa, dan karsa bersama dalam mewujudkan perdamaian, kebahagiaan, serta keselamatan.
b. Gantal
Gantal adalah daun sirih yang digulung kecil, kemudian diikat dengan tali atau benang putih. Jika sudah jadi, pengantin pria maupun wanita bersama-sama akan melemparkannya. Harapannya supaya godaan-godaan yang ada akan hilang karena terkena lemparan tersebut.
c. Ngidak Endhog
Ngidak dalam bahasa Jawa berarti injak dan endhog berarti telur. Pengantin pria yang akan melakukannya sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin, berarti sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin pria dengan air bunga setaman.
Tradisi tersebut bermakna pada kebersihan, benih yang diturunkan terhindar dari segala perbuatan kotor.
e. Minum air degan yang membawa kesegaran pada dahaga.
Makna dari prosesi ini adalah air yang hidup, suci, dan mani (manikam).
f. Dikepyok bunga warna-warni
prosesi ini bertujuan supaya keluarga yang mereka bina pada masa mendatang dapat selalu berkembang dan bahagia secara lahir batin.
g. Sindur atau isin mundur
prosesi ini memiliki makna kedua pihak yang tidak mengenal kata menyerah atau mundur.
Setelahnya, pengantin akan diantar menuju sasana riengga untuk melangsungkan kelanjutan acara dan melakukan beberapa hal berikut :
h. Timbangan
Bapak dari pengantin putri akan duduk di antara pasangan pengantin. Kaki kiri disinggahi oleh pengantin putra, sedangkan kaki kanan oleh pengantin putri.
i. Kacar-Kucur
Pengantin putra mengucurkan uang receh yang disimbolkan sebagai penghasilannya kepada pengantin putri. Beberapa daerah, bahkan menggunakan campuran beras kuning dan permen. Biasanya, anak-anak akan berkumpul untuk ikut mendoakan dan menerima kucuran.
j. Dulangan
Pengantin pria maupun wanita akan saling menyuapi. Hal tersebut merupakan kiasan, laku memandu kasih antara keduanya (simbol seksual).
k. Sungkeman
Sungkeman adalah bentuk penghormatan dan izin kepada orang tua dari masing-masing pihak. Sang anak akan memohon doa restu supaya pernikahan yang dijalani sesuai dengan ridho Tuhan dan orang tuanya. Ketika melakukannya, orang tua akan ikut mendoakan dan memberikan dukungan.
Baca juga : Prosesi Pernikahan Adat Jawa
Itulah tahapan pernikahan adat Jawa, menurut tradisi terdahulu dan kebiasaan masyarakat. Meskipun zaman sudah terbilang modern, tradisi tersebut nyatanya masih dilakukan oleh banyak pasangan. Restu orang tua dan persiapan matang tetap menjadi yang paling terpenting.
Baca juga artikel seputar “Rangkaian Acara Pernikahan Adat Jawa” berikut ini :
- Macam Seserahan di Acara Pernikahan
- Tips Mempersiapkan Dana Pernikahan
- Selain Twivortiare, 3 Novel Ini Bercerita tentang Rumitnya Pernikahan
- Kado Untuk Cowok
- Kata Mutiara Islami tentang Cinta
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien