Rekomendasi buku tentang Pancasila – Suatu negara yang baik adalah negara yang memiliki dasar negara. Dasar negara menjadi sebuah landasan utama dari negara untuk menjalankan kehidupan di suatu negara tersebut. Negara akan berantakan jika tidak memiliki landasan tersebut.
Indonesia memiliki dasar negara yaitu Pancasila. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus hafal dan memahami dasar negara kita sendiri. Sejak masuk ke Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) kita sudah diperkenalkan dan selalu membaca Pancasila saat melakukan upacara. Lalu, apakah kita tahu makna-makna pada setiap sila yang kita hafal dan sering dibacakan tersebut?
Sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya kita juga harus mengetahui makna pada setiap sila tersebut. Selain makna, kita juga harus tahu apa sejarah di balik Pancasila, apa hubungannya dengan agama dan demokrasi serta hal-hal lain yang berhubungan dengan Pancasila.
Oleh karena itu, Gramedia akan memberikan rekomendasi buku tentang Pancasila. Buku-buku yang direkomendasikan ini diharapkan dapat membantu kalian untuk mengenal lebih dalam mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk lebih lengkapnya, mari simak ulasan berikut.
Table of Contents
Update Rekomendasi Buku Tentang Pancasila Agustus 2022
Revolusi Pancasila – Yudi Latief
Orang bilang, tanah kita tanah surga: kaya sumber daya, indah permai bagai untaian zamrud yang melilit khatulistiwa. Namun, di taman nirwana dunia timur ini, kelimpahan mata air kehidupan mudah berubah menjadi air mata. Kekuasaan datang-hilang, silih berganti membuai mimpi; tapi nasib rakyatnya tetap sama, kekal menderita. Mimpi indah kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju perikehidupan kebangsaan dan kewargaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur lekas menjelma menjadi mimpi buruk: tertindas, terpecah-belah,terperbudak,timpang, miskin.
Kanker krisis yang mengiris bangsa ini telah menyerang segala jaringan pembuluh darah dan menembus kedalaman jantung kehidupan. Usaha menyembuhkannya tak cukup dengan memberikan obat penahan rasa sakit. Harus dilakukan operasi mendasar untuk membabat biang penyakit hingga ke akar-akarnya yang terdalam. Revolusi, kata yang pahit diucapkan, tapi tak terhindarkan. Sebuah revolusi yang sesuai dengan nurani kemanusiaan dan warisan luhur kepribadian bangsa, Revolusi Pancasila.
Artinya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, tidak cukup menjadi alat persatuan semata, tetapi juga harus menjadi praksis-ideologis yang memiliki kekuatan riil bagi perwujudan perikehidupan kebangsaan dan kewargaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Singkat kata, apa yang harus kita lakukan adalah mengobarkan Revolusi Pancasila!
Pancasila Ideologi Duia: Sintesis Kapitalisme, Sosiolisme – R. Saddam Al-Jihad
Dunia pada abad ke-21 tengah menyaksikan suatu gelombang krisis ideologi (politik) yang berlangsung begitu masif. Krisis ini mula-mula terjadi di negara-negara yang menjadi episentrum pergulatan ideologi besar dunia, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Krisis terus menyebar ke seantero jagat. Kapitalisme, liberalisme, sosialisme dan komunisme sebagai representasi ideologi besar dunia kini mulai disangsikan. Terbukti, ideologi-ideologi tersebut gagal merespons dinamika perkembangan dan kebutuhan umat manusia dewasa ini.
Buku ini ditulis dalam rangka merespon situasi tersebut, sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan. Pancasila sebagai produk dari sintesis kreatif para perumusnya akan mampu menjadi solusi di tengah krisis yang melanda ideologi politik dunia hari ini. Tanpa melebih-lebihkan relevansi Pancasila saat ini, “ideologi terbuka” ini selayaknya menjadi penawar terbaik dari berbagai konsep “jalan tengah” mana pun.
Indonesia Ideologi Dan Martabat Pemimpin Bangsa – PROF.DR. H. HAEDAR NASHIR,M.SI.
Buku yang berjudul Indonesia: Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa yang berada di tangan pembaca ini isinya membahas tentang ideologi dan berbagai aspek yang menyangkut nilai, etika, dan pemikiran yang mendasar terkait kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Dibahas pula tentang hakikat dan kondisi negara dengan segala kaitan dan problemnya, serta tentang pemimpin dan elite bangsa sebagai aktor perikehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu, dalam buku ini disinggung bagaimana keadaan Indonesia saat ini dan ke depan—clengan berbagai potensi, tantangan, dan masalahnya—dapat dirancang-bangun dan dikelola dengan pertanggungjawaban yang tinggi. Penulis buku ini, Prof. Haedar Nashir, adalah seorang pakar yang mumpuni dalam memotret masalah kebangsaan Indonesia. Berbagai pandangannya terkait masa depan Indonesia, tergambar secara jelas dalam buku ini. Buku ini memuat kumpulan tulisan Prof. Haedar Nashir di harian Republika. Pembahasannya ringkas-ringkas dan disajikan lebih populer. Namun, meski merupakan kumpulan tulisan, terdapat benang merah yang menyangkut nilai, etika, pemikiran, dan hal-hal mendasar tentang Indonesia dan segala kaitan keindonesiaan. Niscaya, buku ini dapat menggugah semangat dan spirit kebangsaan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Indonesia, negeri kita tercinta. Oleh karenanya,
Demokrasi, Agama, Pancasila- Catatan Sekitar Perpolitikan – Franz Magnis-suseno
Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini mengangkat masalah-masalah yang menantang kita bangsa Indonesia NOW.
Kebangsaan berhadapan dengan kemajemukan, masa lampau dengan saat-saat gelap yang tetap belum berani kita hadapi, ancaman la menegaskan bahwa terhadap demokrasi hasil paling tulisan-tulisan dalam bagus reformasi, agama sebagai buku ini bukan untuk faktor yang semakin terasa dalam diamini, melainkan kehidupan bangsa sekaligus dengan sebagai perangsang ancaman ekstremisme, dan selalu tentu pemikiran kritis dan Pancasila. debat.
Ada tulisan tentang korupsi, eksekusi hukum mati terpidana narkoba, ideologi, hak-hak asasi manusia, dan populisme. Franz Magnis-Suseno berusaha menggali kembali sumber-sumber kebangsaan Indonesia: Sumpah Pemuda, Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, dan kesepakatan Pancasila tanggal 18 Agustus 1945.
Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno adalah rohaniwan yang lahir pada 26 Mei 1936 di Jerman. Sejak tahun 1961, ia tinggal di Indonesia dan menjadi WNI sejak 1977. la meraih gelar Doktor Filsafat tahun 1973 dari Universitas MUnchen, Jerman. Sejak tahun 1969, Romo Magnis menjadi dosen tetap di STF Driyarkara, Jakarta. la lama mengajar di Universitas Indonesia, Depok dan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. la juga menjadi dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Eropa. Selain mengajar, ia aktif dalam pelbagai forum antaragama dan terlibat dalam pencarian etika kehidupan bangsa untuk abad ke-21. la telah menerbitkan 43 buku dan menulis lebih dari 700 karangan populer dan ilmiah, terutama di bidang etika, filsafat politik, filsafat ketuhanan, dan alam pikiran Jawa.
Filsafat Hukum Pancasila & Semiotika Hukum Pancasila – Prof. Dr. H.Kaelan, MS.
Filsafat Hukum Pancasila dan Semiotika Hukum Pancasila
Filsafat Hukum Pancasilla dan Semiotika Hukum Pancasilla mengulas secara luas mengenai rangkuman pancasilla tersebut dalam ruang lingkup yang lebih dalam dan deskriptif. Ruang lingkup juga meliputi cakupan filsafat yang dalam besert ruang lingkup semiotika yang penting untuk dipelajari dalam.
Update Rekomendasi Buku Tentang Pancasila Juli 2022
Menggalang Ketahanan Nasional Dengan Paradigm Pancasila – Aliansi Kebangsaan
Jika selama ini ketahanan nasional dikupas dengan pendekatan Astagatra versi Lemhanas, buku ini membahasnya melalui kajian sejarah perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa. Melalui perspektif ini, ketahanan nasional dipandang sebagai daya sintas suatu bangsa, yang berisi keuletan, ketangguhan, dan keunggulan yang dapat mengembangkan kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Tiga ranah utama kehidupan sosial-budayam, yaitu mental-spiritual, institusional-politikal, dan material-teknologikal, digunakan untuk mengupas soal ketahanan nasional.
Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno (2019) – IR. SUKARNO
Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa, merupakan mahakarya Ir. Sukarno yang telah mengalami pengendapan selama beberapa dekade. Buku ini merupakan kumpulan berbagai pokok pikiran Bung Karno mengenai substantif Pancasila, yang beliau telah pikirkan sejak menjadi tapol di era kolonial. Intinya, Pancasila adalah titik keseimbangan antara ilmu dan amal, antara nasionalisme dan internasionalisme, antara asas demokrasi dan musyawarah/mufakat, serta antara pemabangunan dan keadilan sosial. Uraian Bung Karno dalam buku ini membawa kita kepada pemahaman yang jernih dan hakiki mengenai cara bangsa indonesia hidup dimasa lalu, masa kini dan masa depan.
Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. – DRS.HAMUNI,MSI
Pancasila sebagai Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) pada Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam melakukan transmisi pengetahuan dan transformasi sikap serta perilaku mahasiswa (masyarakat) Indonesia melalui proses pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan mutu lulusan dan pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan peningkatan dan perbaikan materi yang dinamis mengikuti perkembangan yang senantiasa dilakukan secara terus menerus dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman serta semangat bela negara
Wawasan Pancasila – Ed. Komprehensif – Yudi Latief
Setelah mendekati satu abad Pancasila ditahbiskan sebagai dasar dan ideologi negara, apakah Pancasila masih relevan dengan perkembangan zaman? Sebagai kerangka konsepsi, Pancasila merupakan ideologi tahan banting yang kian relevan dengan perkembangan global. Namun, terdapat jurang yang kian lebar antara idealitas Pancasila dengan realitas aktualisasinya.
Untuk mempertahankan Pancasila sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bersama diperlukan usaha penanaman (pembudayaan) secara terus-menerus, terencana, dan terpadu. Ibarat budidaya tanaman, laju pertumbuhan Pancasila tidak dengan sendirinya akan berjalan baik-baik saja, tanpa kesengajaan merawatnya dengan penuh pemahaman, kecermatan, dan ketekunan.
Para pendiri bangsa telah mewariskan suatu kemampuan untuk memadukan antara visi global dan kearifan lokal, antara kepentingan nasional dan kemanusiaan universal. Tugas kita selanjutnya adalah memperjuangkan visi dengan suatu optimisme realistis, bukan optimisme buta. Harapan tidaklah datang dengan sendirinya tanpa dijemput, tanpa diusahakan dengan perjuangan dan pengorbanan.
Buku ini merupakan edisi komprehensif dari versi sebelumnya dengan judul yang sama. Penulis lebih dalam dan rinci membahas Pancasila dengan berbagai pendekatan yang lebih menarik, kreatif, dan holistis, dengan tetap menempatkan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis dalam merespons dinamika sosial dan global yang kian kompleks.
Update Rekomendasi Buku Tentang Pancasila Juni 2022
Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya mengandung nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan menyeluruh.
Sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh hiererkis serta sistematis. Dalam pengertian ini, sila-sila Pancasila merupakan sistem ?lsafat. Konsekuensinya, kelima sila tidak terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, tetapi memiliki esensi dan makna yang utuh.
Insan Berkarakter Pancasila
Buku ini memiliki 7 bagian, bab pertama berisi sejarah serta paradigma Pancasila. Bab kedua mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Bab ketiga mengenai Pancasila sebagai pedoman atau landasan hukum dalam Indonesia. Bab keempat mengenai implementasi Pancasila sebagai perilaku masyarakat Indonesia. Bab kelima mengenai karakter bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila. Bab keenam mengenai implementasi jiwa kepemimpinan Pancasila dan bab ketujuh mengenai cara mengukur Pancasila itu sendiri.
Semoga buku ini bisa memberikan manfaat bagi seluruh anak bangsa dan peminat pengembangan pendidikan karakter Pancasila di seluruh nusantara.
Islam, Pancasila dan Deradikalisasi
Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan upaya penulis untuk mengembangkan wacana keislaman dan kebangsaan yang ditempatkan dalam konteks deradikalisasi agama. Tawaran penulis sangat strategis: menjadikan Pancasila sebagai basis konseptual bagi proses deradikalisasi Islam.
Proses deradikalisasi ini memang menuntut peran negara yang lebih besar melalui penguatan Pancasila (pada tataran pemahaman dan pelaksanaannya), terutama untuk kalangan umat beragama, agar umat tidak terjebak di dalam paham keagamaan radikal.
Hal ini didasari oleh tesis penulis bahwa Pancasila, yang diawali oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar negara serta ideologi politik religius. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kelompok agama untuk membenturkan dasar negara nasional dengan keimanan yang diyakini.
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Pancasila merupakan sebuah dasar negara Indonesia yang telah menjadi kesepakatan sejak adanya negara ini dan telah diimplementasikan bahkan sebelum berdirinya Indonesia. Pendidikan Pancasila sebenarnya telah diajarkan sejak dini hingga perguruan tinggi. Saat ini agar generasi muda dapat mengembangkan diri dan mewujudkan cita-cita sesuai dengan kaidah Pancasila yang sudah ada. Selain itu, Pancasila dapat diwujudkan melalui nilai-nilai dan jiwa kompeten sesuai dengan bidang studi masing-masing.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkuat penghayatan dan pelaksanaan generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penyusunan buku ini dilakukan untuk memberikan wawasan dan memperkuat jiwa Pancasila bagi setiap mahasiswa agar dapat mewujudkan setiap cita-cita berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Di samping itu, melalui buku ini mahasiswa diharapkan mudah untuk mempelajari dan memahami tentang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Buku ini telah diurutkan secara sistematis agar dapat mudah dipelajari dan dipahami oleh setiap mahasiswa dan pembaca. Melalui buku ini juga diharapkan setiap mahasiswa dapat menjelaskan, memahami, dan mengaplikasikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam setiap harinya hingga pada akhirnya dapat memajukan Indonesia.
Wawasan Pancasila – Ed. Komprehensif
Setelah mendekati satu abad Pancasila ditahbiskan sebagai dasar dan ideologi negara, apakah Pancasila masih relevan dengan perkembangan zaman? Sebagai kerangka konsepsi, Pancasila merupakan ideologi tahan banting yang kian relevan dengan perkembangan global. Namun, terdapat jurang yang kian lebar antara idealitas Pancasila dengan realitas aktualisasinya.
Untuk mempertahankan Pancasila sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bersama diperlukan usaha penanaman (pembudayaan) secara terus-menerus, terencana, dan terpadu. Ibarat budidaya tanaman, laju pertumbuhan Pancasila tidak dengan sendirinya akan berjalan baik-baik saja, tanpa kesengajaan merawatnya dengan penuh pemahaman, kecermatan, dan ketekunan.
Para pendiri bangsa telah mewariskan suatu kemampuan untuk memadukan antara visi global dan kearifan lokal, antara kepentingan nasional dan kemanusiaan universal. Tugas kita selanjutnya adalah memperjuangkan visi dengan suatu optimisme realistis, bukan optimisme buta. Harapan tidaklah datang dengan sendirinya tanpa dijemput, tanpa diusahakan dengan perjuangan dan pengorbanan.
Buku ini merupakan edisi komprehensif dari versi sebelumnya dengan judul yang sama. Penulis lebih dalam dan rinci membahas Pancasila dengan berbagai pendekatan yang lebih menarik, kreatif, dan holistis, dengan tetap menempatkan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis dalam merespons dinamika sosial dan global yang kian kompleks.
Rekomendasi Buku Tentang Pancasila
1. Pancasila (Eksistensi dan Aktualisasi) – Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.
Pancasila terbentuk karena hasil perumusan dari para pendiri negara Indonesia. Pancasila ini sebagai kristalisasi dari nilai-nilai dan sosial budaya dari nenek moyang masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Seluruh aspek kehidupan yang memiliki nilai positif yang diturunkan dari nenek moyang bangsa Indonesia dirangkum dan dikumpulkan dalam sebuah wadah bernama Pancasila yang berisi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Karena Pancasila merupakan sebuah dasar negara maka tidak ada lagi yang dapat menandingi dasar-dasar yang lain di sebuah negara. Tidak ada yang menandingi karena dalam proses pembentukannya tentu sangat dipikirkan secara matang dengan memikirkan keberagaman adat istiadat, kepercayaan, dan suku yang ada di Indonesia. Dengan adanya Pancasila maka di suatu negara baik pemerintah maupun masyarakat harus menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila ini terbentuk dengan adanya diskusi, perdebatan, penggalian, dan perumusan pada masa sidang Badan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam penggunaannya, Pancasila merupakan rumusan yang tepat sebagai dasar dari negara karena tidak mengatasnamakan agama atau berdasarkan adat-adat tertentu. Pancasila ini menaungi seluruh kepentingan masyarakat Indonesia yang beragam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan bernegara, bermasyarakat, dan berbangsa akan menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dalam pergaulan masyarakat dan bangsa Indonesia harus selalu dijiwai dan mencerminkan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia harus memahami dengan baik nilai-nilai tersebut sebagai bentuk tanggung jawab dalam menjaga eksistensi dan sekaligus melakukan aktualisasi nilai-nilai tersebut.
2. Pancasila Dasar Negara Paripurna – Prof. Dr. Tukiran Taniredja, M.M dan Prof. Dr. Suyahmo, M.Si.
Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia ini menunjukkan bahwa para pendahulu kita yaitu para pendiri bangsa telah memikirkan secara cemerlang untuk menyepakati atas rumusan dari Pancasila ini. Dikatakan seperti itu karena Pancasila sudah sesuai dengan karakter dari negara Indonesia. Hal ini dibuktikan karena negara ini adalah negara modern yang memiliki karakter religius, namun tidak sebagai negara sekuler dan juga tidak sebagai negara yang mengatasnamakan agama. Rumusan Pancasila benar-benar disesuaikan dengan karakter dari bangsa dan masyarakat di dalamnya.
Mereka tidak hanya bisa menghilangkan pengaruh ide-ide negara patrimonial yang membentuk sejarah nusantara pra-kolonial, tetapi mereka juga bisa menghilangkan berbagai ide politik yang muncul sebagai jawaban atas kebutuhan masa depan modern. Pancasila adalah warisan yang cerdas bagi nusantara. Sesuai dengan karakteristik lingkungan alamnya, sebagai negara kepulauan dengan pulau-pulau, kecerdasan nusantara juga mencerminkan sifat laut. Sifat dasar laut adalah menyerap, memurnikan, dan menyerap lingkungan tanpa mencemarinya. Sifat lautan juga ukurannya dan dapat menampung berbagai jenis dan ukuran.
Pancasila sangat dikagumi oleh tokoh-tokoh di luar negeri. Yaman ketika baru saja lepas dari bentuk monarki, para pemimpin muda Yaman menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai pembanding sebelum menentukan dasar negara mereka. Begitu pula Dr. Izzat Mufti, seorang intelektual dan pejabat tinggi Arab Saudi sangat memuji Pancasila. Ia menyatakan, “Pancasila telah menjadi bingkai persatuan bangsa Indonesia. Berbeda dengan bangsa Arab, meskipun mempunyai kesamaan budaya dan bahasa tetapi terkotak-kotak lebih dari 20 negara.”
Mufti Syria dan Syekh Ahmad Kaftaru, sangat memuji Pancasila. Dalam sebuah ceramahnya di Damaskus pada pertengahan 1987, ia mengungkapkan pujiannya untuk Indonesia. Ia juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia berperilaku sangat sopan dan rendah hati, tersenyum murah hati, dan menyapa orang baru dengan membungkuk yang dikenal dengan kemurahan hati, kesabaran, dan bahasanya yang lembut. Dia malu dengan dunia Arab, yang terbelah dan saling bermusuhan.
Orang Arab seharusnya menjadi panutan bagi orang non-Arab karena mereka sudah mengenal budaya Islam, namun sayangnya di masa reformasi, Pancasila yang saya kagumi dipertanyakan oleh sebagian anak negeri sawah. Pancasila dijadikan kambing hitam ketika terjadi krisis yang menghancurkan sebagian besar kehidupan.
E-book ini menguraikan sejak awal Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila di awal kemerdekaan, Pancasila di era Soekarno, Pancasila di era Soeharto, Pancasila di era Reformasi, dan disempurnakan dengan makna Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
3. Wawasan Pancasila – Yudi Latief
Sudah sekitar satu abad sejak Pancasila ditetapkan sebagai dasar dan ideologi bangsa, tetapi apakah Pancasila masih relevan dengan keadaan saat ini? Sebagai kerangka konseptual, Pancasila adalah ideologi tangguh yang semakin relevan dengan perkembangan global. Namun, ada kesenjangan yang semakin besar antara tujuan Pancasila dan realitas aktualisasinya.
Penanaman yang berkesinambungan, terencana dan terpadu diperlukan untuk menjaga Pancasila sebagai tempat pertemuan, tumpuan dan tujuan bersama. Seperti budidaya tanaman, laju pertumbuhan Pancasila tidak berjalan dengan sendirinya tanpa kehati-hatian yang disengaja dengan pemahaman, ketelitian, dan kesabaran yang utuh.
Para pendahulu dan pendiri bangsa kita sudah mewariskan kemampuannya untuk memadukan visi global dan kearifan lokal antara kepentingan nasional dan kemanusiaan universal. Tugas kita selanjutnya adalah memperjuangkan visi dengan optimisme realistis, bukan optimisme buta. Harapan tidak dapat diterima dan dipenuhi dengan sendirinya, tanpa rasa sakit dan pengorbanan.
Buku ini merupakan versi lengkap dari versi sebelumnya dengan judul yang sama. Penulis lebih dalam dan rinci membahas Pancasila dengan berbagai pendekatan yang lebih menarik, kreatif, dan holistis, dengan tetap menempatkan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis dalam merespons dinamika sosial dan global yang kian kompleks.
4. Inti Sari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan – Muhammad Tohir, S.H., M.H.
E-book Inti Sari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memadukan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dengan kewarganegaraan yang secara umum perlu diketahui oleh warga negara. Secara khusus harus dipahami dan dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan norma dan tolok ukur nilai filosofis.
Mahasiswa atau peserta didik di samping perlunya pendidikan juga pengajaran, yakni memanusiakan manusia melalui pendidikan; sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Adapun pendidikan kepribadian tersebut menurut SK Dirjen Dikti N0. 43 Tahun 2006 harus diambil oleh setiap mahasiswa yang meliputi pendidikan Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, serta pendidikan agama.
Karena sulitnya memahami secara cepat tentang nilai-nilai filosofis Pancasila dan kewarganegaraan dalam waktu yang singkat (satu semester) maka diperlukan buku referensi bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mempelajari Pancasila dan kewarganegaraan dengan cepat dan mudah.
E-book Inti Sari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini dapat menjadi panduan atau pedoman cepat untuk memahaminya. Dengan buku ini, pembaca dapat memahami nilai-nilai Pancasila dan sistem politik demokratis menurut Pendidikan Kewarganegaraan serta untuk memahami masalah ketahanan nasional, identitas bangsa, wawasan Nusantara, negara hukum, sistem politik demokrasi, dan pemerintahan yang baik.
5. Jihad Fil Pancasila – Muhammad Azizul Ghofar
Makna nasionalisme Indonesia dan pendalaman agama Islam menunjukkan adanya pemahaman nilai-nilai Islam dengan Pancasila sebagai dasar ideologi negara. Hukum Islam tidak menyimpang dari semua isi Pancasila. Sebagai dasar dari ideologi negara, Pancasila harus dipatuhi dan ditaati dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Ulasan dari e-book ini adalah pengkajian mengenai Islam, Pancasila, piagam Madinah, ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai Pancasila, jihad, kesalahan ketika melakukan jihad, dan pandangan ulama mengenai Pancasila menjadi dasar negara. Pembahasan pada e-book ini bertujuan untuk menaruh pemahaman pada pembaca mengenai hubungan antara Jihad & Pancasila serta cara melakukan jihad pada ruang lingkup Pancasila.
6. Pendidikan Pancasila dan Pluralisme – Dr. Rio Christiawan, S.H., M.Hum., M.Kn.
Mahasiswa perlu mengenal materi ajar Pancasila, karena Pancasila dan pluralisme merupakan mata kuliah yang diajarkan di semua perguruan tinggi di Indonesia. Tidak hanya mahasiswa saja, tetapi juga berbagai pihak yang terlibat dalam kehidupan sosial menuntut pendidikan Pancasila.
Oleh karena itu, buku ini tidak hanya menyajikan materi pendidikan Pancasila secara teoretis, tetapi lebih menyajikan Pancasila dan pluralisme secara lebih luas dan lengkap sehingga menarik dibaca semua kalangan.
Dalam menulis buku ini, penulis berfokus pada pendekatan teoretis dan menggabungkannya dengan pembahasan substansi kontemporer. Buku ini memuat banyak peristiwa terkini yang termasuk bagian dari pembahasan, terutama yang berkaitan dengan implementasi Pancasila dan implementasi pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis memiliki tujuan kepada pembaca agar tidak hanya memahami sejarah dan juga konsep dari pendidikan Pancasila dan pluralisme, tetapi memahami pendidikan Pancasila dan pluralisme dari pembahasan peristiwa kontemporer, dan juga dapat menjalankannya sesuai dengan kehidupan sehari-hari maupun keputusan lain yang diambil dalam hidup.
7. Pancasila – Prof. Drs. H. Achmad Fauzi Dh, M.A.
Berbicara tentang Pancasila tidak pernah berakhir. Pancasila tidak hanya sebagai dasar dan ideologi negara, tetapi juga salah satu dari empat pilar kebangsaan, bersama dengan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Upaya menjadikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi nasional tentu tidak mudah. Untuk menyamakan pandangan Pancasila membutuhkan proses yang sangat panjang dan refleksi serta pembahasan yang matang yang harus ditempuh oleh para pendiri negara.
Buku ini merupakan hasil dari proses panjang Pancasila yang dimulai dari awal perumusan, penafsiran-penafsiran filosofis, dan ideologis hingga menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa. Buku ini juga disusun berdasarkan kumpulan bahan ajar selama penulis menjadi asisten dosen di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta hingga menjadi guru besar.
Pemilihan bahan, disertai dengan analisis sejarah dan filosofis, dan membedakannya dari buku-buku lain yang beredar, terutama yang ditulis berdasarkan kurikulum. Buku tersebut telah mengalami beberapa kali revisi untuk menjadikannya lebih komprehensif dan disesuaikan dengan kebutuhan para pelajar dan masyarakat umum agar dapat disajikan kepada generasi bangsa. Hal ini penting mengingat keinginan kita sebagai bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.
8. Demokrasi, Agama, Pancasila – Franz Magniz-Suseno
Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini menimbulkan pertanyaan yang menantang kita orang Indonesia saat ini. Nasionalisme menentang pluralisme, dan masa lalu terancam oleh saat-saat kelam yang belum kita hadapi. Ia mengatakan bahwa agama sebagai sebuah buku, yang merupakan hasil reformasi yang paling baik ditulis dalam hal demokrasi, bukan menjadi lebih menonjol dalam penerimaan, melainkan kehidupan dan insentif nasional, ancaman radikalisme, dan tentu saja dalam pemikiran kritis, serta Pancasila.
Di dalam buku ini terdapat tulisan tentang korupsi, eksekusi hukum mati terpidana narkoba, ideologi, hak-hak asasi manusia, dan populisme. Hal ini dilakukan oleh Franz Magnis-Suseno karena berusaha menggali kembali sumber-sumber kebangsaan Indonesia: Sumpah Pemuda, Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, dan kesepakatan Pancasila tanggal 18 Agustus 1945.
Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno adalah rohaniwan yang lahir pada 26 Mei 1936 di Jerman. Sejak tahun 1961, ia tinggal di Indonesia dan menjadi WNI sejak 1977. la meraih gelar Doktor Filsafat tahun 1973 dari Universitas MUnchen, Jerman. Sejak tahun 1969, Romo Magnis menjadi dosen tetap di STF Driyarkara, Jakarta.
la lama mengajar di Universitas Indonesia, Depok dan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. la juga menjadi dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Eropa. Selain mengajar, ia aktif dalam berbagai forum antaraagama dan terlibat dalam pencarian etika kehidupan bangsa untuk abad ke-21. la juga telah menerbitkan 43 buku dan menulis lebih dari 700 karangan populer dan ilmiah, terutama di bidang etika, filsafat politik, filsafat ketuhanan, dan alam pikiran Jawa.
Grameds, demikianlah rekomendasi buku tentang Pancasila yang diberikan oleh Gramedia. Kamu bisa memilihnya sesuai dengan keinginan kamu. Diharapkan setelah membaca buku-buku rekomendasi tersebut dapat menambah wawasan kalian mengenai Pancasila.
Jika kalian ingin mempelajari ilmu-ilmu lainnya, kalian juga bisa membeli dan membaca buku lain yang ada di Gramedia. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas menyediakan buku-buku berkualitas dan juga bermanfaat untuk kamu. Yuk Grameds, beli bukunya sekarang juga!
- Contoh Penerapan Sila Ke 1
- Contoh Penerapan Sila Ke 2
- Contoh Penerapan Sila Ke 3
- Contoh Penerapan Sila Ke 4
- Contoh Penerapan Sila ke 5
- Demokrasi Pancasila
- Dimensi Pancasila
- Garuda Pancasila
- Hak dan Kewajiban Warga Negara Berdasarkan Pancasila
- Garuda Pancasila
- Pancasila
- Makna Lambang Sila ke 1
- Makna Lambang Sila ke 2
- Makna Lambang Sila Ke 3
- Makna Lambang Sila ke 4
- Makna Lambang Sila ke 5
- Makna Lambang Sila 1 - 5
- Nilai Dasar Pancasila
- Nilai Praksis Pancasila
- Nilai Instrumental Pancasila
- Sejarah Pancasila
- Pancasila Sebagai Dasar Negara
- Pancasila Sebagai Ideologi Negara
- Pancasila Sebagai Sumber Hukum
- Pancasila Sebagai Sumber Nilai
- Pengamalan Nilai Pancasila
- Tugas dan Wewenang Presiden Menurut UUD 1945