Nama bukan sekadar identitas. Dia melekat sebagai bagian dari diri dan jiwa kita.
Dia akan tertera di nisan dan dikenang ketika kita sudah fana. Di awal hidup kita, dia lah yang harus segera disematkan begitu diri kita lahir.
Dan orang tua kita sudah pasti menyiapkan nama yang layak, bermakna, dan mengandung harapan maupun doa.
Tak heran banyak orang memiliki nama yang panjang, malah terkadang rumit. Tengoklah Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, penulis buku Semua Ikan di Langit dan Di Tanah Lada. Lalu, bagaimana nama Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie bisa tercipta?
Suatu hari pada 2016, mengutip Jurnal Ruang, Ziggy bercerita bahwa ayahnya amat mengagumi album The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders from Mars (1972) milik David Bowie. Ia lantas menamakan keempat anaknya Ziggy. Hanya nama belakang mereka saja yang berbeda-beda.
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah anak ketiga. Salah satu yang menginspirasi sang ayah untuk nama belakang anak ketiganya adalah film Zabriskie Point karya Michelangelo Antonioni pada 1970.
Begitulah sedikit cerita tentang proses terciptanya nama Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Agaknya, perempuan kelahiran 10 Oktober 1993 ini sudah terlampau sering menerima pertanyaan tentang asal-usul namanya yang panjang dan unik itu.
Maka tak heran jika ia beberapa kali terlihat lelah dan bosan jika harus menjawab pertanyaan yang sama. “Saya enggak mau jawab soal itu,” ujar Ziggy ketika ditanya wartawan, dikutip dari antaranews.com.
Hal serupa juga terjadi saat Ziggy menjadi pembicara pada program In Conservation dalam Makassar International Writers Festival 2018 di gedung Chapel, Fort Rotterdam, Makassar.
Mengutip makassarwriters.com, dalam forum yang juga dihadiri Linda Christanty (penulis buku Rahasia Selma) itu, ia hanya menjelaskan sedikit tentang asal-usul namanya, sebelum langsung beralih ke pembahasan novelnya, Semua Ikan di Langit.
Hingga kini, Ziggy telah menerbitkan lebih dari 25 buku fiksi. Sebelum Semua Ikan di Langit, yang memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016 itu, ia menerbitkan novel Di Tanah Lada dengan memakai nama aslinya, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Padahal, di buku-buku sebelumnya, ia kerap berganti-ganti memakai nama pena.
Mengutip Jurnal Ruang, Ziggy mengaku pemakaian nama-nama pena itu lantaran ia belum nyaman ketika karyanya dibicarakan orang lain.
Ia juga belum nyaman dikenal sebagai penulis dan merasa risih jika kisah yang ia tulis dihubung-hubungkan dengan kehidupannya oleh orang-orang.
Ziggy pertama kali memakai nama pena saat menerbitkan buku pertamanya pada 2011. “Buku pertamaku temanya lokal, dan namaku sama sekali enggak lokal, kan? Jadi aku mau pakai nama yang umum aja, deh, biar pas,†ujarnya.
Selain itu, Ziggy juga mengaku senang bikin aneka nama pena dan tak pernah pusing memikirkan arti dari nama penanya. “Kadang aku cuma mikir, nama asliku tuh panjang banget. Lebih panjang dari judul,” katanya.
Namun, Ziggy tidak bisa memakai salah satu nama penanya untuk Di Tanah Lada. Sebab, lewat novelnya itu, ia sudah terdaftar sebagai pemenang dengan nama aslinya. Di Tanah Lada diganjar sebagai Pemenang Kedua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014.
Akan tetapi, saat itu nama aslinya malah disangka nama pena. Namanya yang panjang itu disebut alay oleh beberapa orang. “Menyedihkan, ya,†kata Ziggy.
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien