Dua hari lagi atau tepatnya 15 Agustus 2019, film adaptasi Bumi Manusia akan tayang di bioskop-bioskop Tanah Air.
Film yang dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Mawar Eva itu akan bercerita tentang kisah perjuangan seorang putera bangsa bernama Minke, yang dengan lantangnya berani melawan ketidakadilan di masanya. Sebagaimana kisah asli yang ada pada novel Bumi Manusia, karya Pramoedya Ananta Toer.
Minke tokoh yang akan diperankan oleh Iqbaal Ramadhan itu, adalah sosok yang mengacu pada sosok Tirto Adhi Soerjo. Siapakah Tirto Adhi Soerjo bisa dijadikan acuan oleh penulis besar sekelas Pramoedya Ananta Toer?
Jika mendengar namanya, sebagian besar orang di Tanah Air ini setidaknya mengenalnya sebagai Bapak Pers Nasional.
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, begitu namanya, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Tirto Adhi Soerjo alias T.A.S. Nama itu kemudian dikukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional pada 1973 silam oleh pemerintah.
Namun di luar itu, tahukah kamu, sosok Tirto yang menjadi inspirasi terciptanya tokoh Minke, juga memiliki sederet jasa bagi Tanah Air? Berikut beberapa jejak pencapaian sosok yang lahir pada 1880 itu, selama hidupnya.
Table of Contents
Awal mula karir di dunia penulisan
T.A.S sudah aktif menulis sejak remaja, di kala itu ia yang lulusan HBS Belanda, lebih memilih sibuk menulis untuk media daripada meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran STOVIA, Batavia. Ia pun akhirnya tidak menyelesaikan pendidikannya itu.
Di masa mudanya itu, setidaknya ia menulis untuk surat kabar; Bintang Betawi, Chabar Hindia Olanda, Pembrita Betawi, Pewarta Priangan, Bromartani, Oranje Nassa dan lain-lain. Tak sekedar menjadi jurnalis, ia pun sempat menjabat sebagai redaktur tetap kemudian Pemimpin Redaksi di Pembrita Betawi. Hingga di 1903, T.A.S menerbitkan surat kabar Soenda Berita.
Di saat karirnya sudah diakui
Tak cukup satu, Tirto Adhi Soerjo merintis beberapa surat kabar lainnya. Seperti mendirikan surat kabar Medan Prijaji & Soeloeh Keadilan pada 1907. Yang kemudian surat kabar itu menjadi pelopor jurnalisme advokasi di Indonesia.
Menyusul di tahun berikutnya, 1908, Tirto menerbitkan surat kabar untuk perempuan, Poetri Hindia. Jejaknya mendirikan Poetri Hindia tersebut, dibukukan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam buku Sang Pemula.
Di mana Tirto disebut sebagai salah satu motor gerakan emansipasi, karena surat kabar tersebut melahirkan tidak kurang 35 pengarang wanita yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Lewat media masa, Tirto ingin mengajak bangsanya maju. Tulisan-tulisannya pun kerap bernuansa edukasi. Ia juga tak segan menulis tentang pembelaan untuk rakyat kecil. Ia sudah menjadi sosok penting bagi pers bangsa ini sejak masa mudanya.
Tak cuma sebagai perintis pers, ia juga menulis fiksi
T.A.S juga memiliki sejumlah jejak sejarah dalam dunia sastra. Tak sekedar mengungkap dan menuliskan fakta dalam berita-beritanya.
Ia juga menuliskan beberapa cerita, dan yang pernah diterbitkan yaitu Pereboetan Seorang Gadis, Riwayat pada Masa Sekarang, yang diterbitkan sebagai cerita bersambung di harian Pembrita Betawi.
Ia juga beberapa kali menuliskan tentang kehidupan para nyai. Ya, nyai yang dimaksud di sini merupakan gundik bangsa Eropa, sebagaimana tokoh Nyai Ontosoroh di Bumi Manusia, karya Pramoedya Ananta Toer.
Namun tulisan Tirto seringkali dianggap bertentangan dengan budaya kolonial masa itu, Tirto beberapa kali tersangkut masalah. Ia pernah dibuang ke Lampung.
Di masa-masa akhir T.A.S
Pada 1912, untuk kesekian kali, Tirto tersangkut masalah delik pers dan menyeretnya ke meja hijau. Dia kemudian harus menjalani pengasingan di Maluku. Ia pun menjalani hukuman itu hingga tuntas dan kembali ke Batavia.
Namun sekembalinya ke Batavia, namanya tak seberpengaruh dulu. Hingga akhirnya depresi menghampiri Tirto. Depresi menjangkitinya selama beberapa tahun, hingga pada 7 Desember 1918, Tirto menghembuskan napas terakhirnya.
Masa setelah kepergian Tirto
Meninggal tak lama setelah pulang dari pengasingan tidak menghapus jasa yang telah dilakukan Tirto.
Perjuangannya merintis pers untuk bangsa ini pun berbayar dengan apresiasi pemerintah yang mengukuhkan dirinya sebagai Bapak Pers Nasional pada 1973, dan disusul dengan menetapkan T.A.S sebagai pahlawan nasional pada 2006 lalu.
Menyandang gelar pahlawan, pastinya membuat sosok Tirto dianggap sebagai guru. Apa yang telah dilakukannya berati besar bagi bangsa ini, dan bahkan membuat beberapa orang mengangkat kisah Tirto menjadi karya tulis.
Sebagaimana Pramoedya Ananta Toer yang menuliskan kisah hidup Tirto dalam buku Sang Pemula. Begitu juga menjadikan Tirto sebagai rujukan tokoh Minke, tokoh utama yang ada di karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu Tetralogi Buru yang terdiri dari; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Sumber artikel: Tirto.id, Suara.com, CNN Indonesia.
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien