in

(REVIEW FILM) It: Chapter Two, Kehororan, dan Kisah Pengeroyokan Gay

Sumber foto header: Screen Rant

Badut Pennywise datang kembali meneror kota kecil Derry, Amerika Serikat. Setiap 27 tahun sekali, ia muncul dari saluran-saluran air bawah tanah dan menculik anak-anak, kemudian membunuhi mereka dengan keji.

Inilah kisah film It: Chapter Two yang melanjutkan film pertamanya pada 2017. Disutradarai Andy Muschietti dan ditulis skripnya oleh Gary Dauberman, film horor supernatural ini merupakan adaptasi dari novel terkenal It (1986) karangan Stephen King.

Namun, ada yang berbeda pada kemunculan Pennywise kali ini. Dia ternyata memanggil pulang geng anak-anak pecundang yang 27 tahun silam berani melawan dan mengalahkannya.

Soalnya, Pennywise ingin mencelakakan kembali Bill dan kawan-kawannya yang kini sudah dewasa.

Film
Badut Pennywise muncul setiap 27 tahun sekali untuk memakan anak-anak di Kota Derry. (Foto: Vanity Fair)

 

 

 

 

 

 

Sementara itu, Bill, Beverly, Ben, Richie, Mike, Eddie, dan Stanley rupanya juga akan melawan kembali dan hendak melenyapkan Pennywise untuk selama-lamanya.

“Badut (Pennywise) selalu berupaya untuk memecah belah para pecundang (Bill dan kawan-kawan) supaya mereka saling berkelahi dan membuat mereka makin lemah. Begitulah cara yang dia pakai. Dia berusaha menaklukkan dan menghancurkan mereka,” ujar Andy Muschietti, yang juga menyutradarai film It pertama.

Saat dirilis dua tahun silam, It langsung menarik banyak penonton dan untung besar. Dengan bujet produksi sekitar 35 juta dolar AS, film horor tersebut meraup lebih dari 700 juta dolar AS dari peredaran globalnya. Tak heran, film ini dibuat sekuelnya.

Film
Andy Muschietti saat mengarahkan film “It”. (Foto: Screen Rant)

 

 

 

 

 

 

Akan tetapi, di samping nilai komersial, alasan lain dibuatnya sekuel It adalah sang maestro horor yang jadi empunya cerita asli, Stephen King, menyukai film It.

Ia juga memberi restu untuk sekuelnya. Menurut Muschietti, sejak awal King mendukung penuh adaptasi novel It menjadi film.

“Dia sangat menghargai proses adaptasi,” kata Muschietti, yang juga menunjukkan draf pertama skenario It: Chapter Two kepada Stephen King jauh sebelum proses syuting dilakukan.

Seperti kisah novelnya, film It: Chapter Two juga memperlihatkan adegan pengeroyokan seorang pria gay oleh geng lokal karena motif homofobia.

King sendiri menulis peristiwa tersebut dalam novel It berdasarkan kejadian nyata yang pernah terjadi di Bangor, Inggris, tempat tinggal Stephen King. Muschietti bersikeras memasukkan adegan itu ke dalam film sekuel It karena dinilai penting.

“Adegan itu krusial untuk membuat sebuah film yang punya kaitan dengan masa ketika kita hidup sekarang. Kita tinggal di dalam kultur ketakutan, para pemimpin yang berusaha memecah belah masyarakat, ingin mengontrol dan menaklukkan kita, serta ingin membuat kita saling menyerang satu sama lain,” ungkap sutradara kelahiran Argentina, 46 tahun silam ini.

Novel
Kisah novel Pet Sematary juga berlatar di kota kecil di Amerika seperti kebanyakan novel-novel Stephen King.

 

 

 

 

 

 

Film It: Chapter Two juga setia memuat ciri-ciri cerita horor Stephen King yang lazim kita jumpai di novel-novelnya (Carrie, Pet Sematary, The Long Walk).

Antara lain, perilaku manusia yang mengerikan, sisi-sisi gelap di balik kota-kota kecil di Amerika, hingga persoalan-persoalan nyata yang tragis seperti perilaku pasangan yang abusif.

Selain itu, yang spesial, Stephen King mengajukan satu permintaan khusus kepada Andy Muschietti untuk film It: Chapter Two. “Jadi ketika sang pengarang membaca draf pertama skenario sekuel It, ia memberikan beberapa catatan dan meminta tambahan satu adegan yang sama sekali baru,” ungkap Muschietti.

Adegan baru apakah itu? Untuk menemukannya, kamu mesti menonton film It: Chapter Two dan juga membaca novel It karya Stephen King.


Sumber artikel: France24, Syfy Wire, Screen Rant

Written by Angga Rulianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.