in

Rekomendasi Ensiklopedia Sejarah Terbaik Versi Gramedia

Rekomendasi Ensiklopedia Sejarah Terbaik Versi Gramedia – Bagaikan pintu ke mana saja milik Doraemon, suatu ensiklopedia (khususnya ensiklopedia sejarah dalam hal ini) adalah jalan untuk melihat dunia tanpa harus membeli tiket pesawat. Artinya, dengan membaca ensiklopedia kita dapat menambah wawasan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah dipelajari sebelumnya. Selain itu, melalui penjelasan di dalamnya kita juga dapat mengetahui hal-hal baru mengenai berbagai peristiwa di dunia,

Sekalipun kalian belum pernah menyinggahi tempat-tempat tersebut, ensiklopedia sejarah dapat membantu memahami detail-detail peristiwa. Inilah kekuatan utama dari ensiklopedia sejarah.

Kalian yang hampir tidak pernah ke luar rumah sekalipun akan mengetahui banyak rahasia dunia dengan membaca ensiklopedia. Terlebih lagi selama pandemi Covid-19, aktivitas membaca ensiklopedia sejarah sangat direkomendasikan.

Bujet yang telah kalian siapkan untuk travelling pun bisa dialihkan untuk membeli ensiklopedia sejarah terbaik. Nantinya, ensiklopedia-ensiklopedia itu diharapkan dapat mengobati rasa ingin tahu kalian mengenai tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Selain itu, pengetahuan di dalamnya pasti akan dibutuhkan suatu saat nanti, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan.

Merujuk kepada pendapat Bung Karno “jas merah” (jangan sampai melupakan sejarah), kesadaran sejarah dan kondisi saat ini akan membentuk sebuah masyarakat yang mengkonstruksi masa depannya. Sejarah bukan hanya sebuah paparan mengenai masa lalu, tetapi harus dimaknai sebagai sebuah kesadaran atas pondasi kultural dari kondisi dan realitas yang terjadi saat ini.

Pemahaman sejarah akan membantu masyarakat untuk memahami kondisinya saat ini dengan mentautkannya pada masa lalu. Kesadaran makro tersebut merujuk kepada sebuah kepenuhan akan keinginan untuk membangun impian masa depan.

Selain Sejarah Dunia yang Disembunyikan, masih banyak judul ensiklopedia sejarah lainnya yang bagus untuk dibaca. Kalian dapat mempertimbangkan bahasa dan topik sejarah yang dibahas, misalnya perang dunia, asal-usul manusia, dan sejarah Nusantara.

Gramedia akan memberikan rekomendasi ensiklopedia tentang sejarah di dalam artikel ini. Buku-buku ensiklopedia yang direkomendasikan tersebut berdasarkan ketersediaannya di Gramedia. Untuk tahu lebih lengkapnya, mari kita simak bersama-sama ulasan berikut!

1. Sejarah Dunia yang Disembunyikan Karya Jonathan Black

Holiday Sale

Buku Sejarah Dunia yang Disembunyikan adalah terjemahan dari karya Jonathan Black berjudul The Secret History of the World yang terbit tahun 2007. Buku yang diterjemahkan oleh Isma B. Soekanto dan Adi Toha ini sangat menarik dan wajib untuk ditambahkan dalam koleksi bacaan sejarah karena topiknya yang menarik dan universal.

Buku ini memberi pembacanya banyak pengetahuan menarik tentang sejarah dunia yang mungkin saja belum banyak diketahui oleh publik atau memang sengaja disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu agar tidak diketahui oleh banyak orang.

Buku sejarah ini didukung dengan berbagai fakta, mitos, dan cerita-cerita legenda tentang sejarah manusia. Itulah sebabnya, topik yang terlihat berat dalam buku ini menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Dalam pemaparan narasi sejarah-sejarahnya, buku ini akan membuat pembaca merenungkan kembali tentang sejarah yang sudah berkembang dan cara-cara manusia memandang suatu sejarah.

Perlu diketahui pula bahwa sejarah merupakan alat yang bisa menjadi cara untuk melihat masa lalu sekaligus masa depan. Oleh karena itu, kehadiran buku Sejarah Dunia yang Disembunyikan ini bisa menunjukkan kepada pembaca segala sesuatu yang terjadi pada masa lalu.

Pembaca bisa belajar dan mengambil nilai-nilai baik dari sejarah tersebut. Buku sejarah yang kontroversial ini sangat tersohor dan banyak diperbincangkan orang karena mengungkap banyak rahasia-rahasia besar yang selama ini disembunyikan oleh dunia. Jonathan Black sebagai penulis buku ini berupaya menjelaskan kepada dunia tentang sejarah yang belum diketahui oleh banyak orang.

2. Babad Tanah Jawi Mulai dari Nabi Adam Sampai Runtuhnya Mataram Karya W.L. Olthof

Babad Tanah Jawi merupakan karya ensiklopedis yang dimulai dari Adam maupun dewa-dewa Hindu, menceritakan masa pra-Islam yang legendaris dalam sejarah Jawa, dan mencapai puncaknya abad XVII atau XVIII”.

M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menuturkan jika penjelasan Babad Tanah Jawi  mengenai peristiwa-peristiwa berdarah dalam sejarah Jawa prakolonial ditulis dengan bahasa yang lugas dan apa adanya. Ben Anderson dalam Kuasa Kata menambahkan jika Jawa menyimpan misteri sejarah yang sangat dramatis dan mencekam. Namun, tidak banyak jejak yang terekam dalam catatan tertulis. Babad Tanah Jawi merupakan satu dari sangat sedikit penuturan sejarah Jawa yang bisa terdokumentasikan.

Teks asli Babad Tanah Jawi memuat silsilah raja-raja Jawa sejak Adam, dewa-dewa dalam agama Hindu, kisah Mahabharata, cerita Panji pada masa Kediri, era Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, hingga Kerajaan Mataram, dan berakhir pada masa Kartasura. Sebuah era ketika Jawa dirongrong oleh perang takhta dan Mataram mulai terpecah belah menjadi Yogyakarta dan Surakarta.

Hanya ada dua versi Babad Tanah Jawi yang dianggap orisinal dan berbobot oleh para sejarawan; yaitu versi Meinsma (terbit 1874) dan W.L. Olthof (terbit 1941). Menurut M.C. Ricklefs dalam Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi, 1749–1792, “Babad Tanah Jawi versi Meinsma bukan sumber primer yang bisa diterima untuk riset historis. Acuan-acuan selalu kepada edisi dan terjemahan W.L. Olthof”. Jadi bandingkan berbagai versi yang banyak beredar, Babad Tanah Jawi versi W.L. Olthof ini telah mendapat pengakuan sejarawan terkemuka sebagai versi yang paling otoritatif dan berbobot.

3. Sejarah Tuhan Karya Karen Armstrong

Karen Armstrong telah mengulas secara komperehensif ide atau gagasan mengenai Tuhan. Dalam sejarahnya, Tuhan menjadi pembicaraan pokok bagi suatu kehidupan. Dia mencoba merakit sejarah tentang Tuhan mulai dari animisme, dinamisme, dewaisme hingga ketuhanan agama samawi, dan juga termasuk yang berkembang di kalangan pengikut filsafat, mistik, dan reformis, yang menjadi persepsi masyarakat sejak pertama.

Dalam diskursus wacana filsafat agama, muncul beberapa proposisi argumentatif dengan beberapa karakteristik dalam upaya membuktikan keberadaan Tuhan, di antaranya adalah argumen ontologis, kosmologis, teologis, dan moral. Sementara Karen Armstrong, dalam pencarian Tuhan melalui beberapa pendekatan, yaitu agama (kitab suci) dan disiplin berbagai ilmu, terutama pendekatan antropologi, filsafat, mistik, dan reformis.

Gagasan ketuhanan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan dan kemajuan manusia. Semua bermuara kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep yang berbeda-beda antara pemeluk agama Yahudi, Kristen, Islam, serta kalangan filsuf, mistikus, dan reformis.

Namun, dia di sini lupa bahwa dalam sejarah manusia juga terdapat beberapa keyakinan kepada Tuhan, ada yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada (teisme), dan ada pula yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada (ateisme).

Karen Armstrong mengulas sejarah Tuhan secara sepihak dan secara khusus hanya untuk meneliti tiga agama besar, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiga agama tersebut berhubungan erat dengan sosok Nabi Ibrahim. Namanya dalam agama Yahudi dan Kristen adalah Abraham. Nama ini termaktub di dalam Al-Kitab dan Tanakh. Ibrahim di sini mempunyai kedudukan agung di sisi ketiga agama tersebut.

Ibrahim juga disebut-sebut sebagai bapak monoteis seperti yang telah diakui oleh semua agama samawi. Ini dikarenakan dia telah mengumandangkan, “Hai manusia, Tuhan yang kamu sembah adalah Tuhan seru sekalian alam, bukan Tuhan satu ras, bukan Tuhan satu kelompok atau bangsa tertentu”. Demikian juga Profesor Dr. Quraish Shihab yang mengatakan bahwa Ibrahim adalah “Bapak Ketuhanan yang Maha Esa”.

Dalam sejarahnya, Ibrahim memiliki dua putra, yaitu Ishak dan Ismail. Keduannya pun terpilih sebagai nabi seperti bapaknya. Ishak memiliki putra bernama Yakub yang akhirnya menjadi kakek dari Bani Israel, yang menjadi garis turun lahirnya Isa. Namun, sebagaimana yang diuraikan oleh Karen Armstrong dalam bukunya Sejarah Tuhan, pemeluk ketiga agama tersebut memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang ketuhanannya masing-masing.

Pada dasarnya, agama-agama besar itu dalam rentang sejarahnya adalah masih satu rumpun, yakni agama semitik. Oleh sebab itu, antara agama yang satu dengan yang lainnya terdapat suatu keterkaitan, bahkan tak jarang pula mempunyai kesamaan ajaran dan pandangan.

Kesamaannya terletak kepada nilai-nilai universal yang disampaikan oleh agama samawi tersebut. Karen Armstrong di sisi lain kurang tegas dan eksplisit terkait perbedaan dan persamaan ketiga agama besar tersebut, meskipun dia telah mendeskripsikan sejarah agama-agama yang disajikan sangat luas dan mendalam.

Selanjutnya, dia menjelaskan usaha pencarian Tuhan yang dilakukan kalangan para filsuf jika hanya dilakukan melalui pendekatan akal akan sia-sia saja dalam melihat Tuhan. Ini dikarenakan terkait zat, sifat, dan perbuatan Tuhan yang tidak bisa dirasionalkan. Namun demikan, tak kurang-kurang usaha para filsuf dalam merenungkan Tuhan. Seperti halnya al-Kindi yang merupakan filsuf muslim pertama, dia mencoba mengungkapkan dalil-dalil tentang keberadaan Tuhan.

Dengan banyak merujuk kepada pemikiran filsafat Aristoteles, al-Kindi berusaha tetap konsisten kepada ajaran Al-Qur’an sebagai landasan pemikiran filsafatnya. Dia berkeyakinan bahwa filsafat juga berperan penting dalam mendampingi agama. Menurut al-Kindi, kebenaran yang dicari oleh para filsuf tidak berbeda dengan kebenaran yang disampaikan oleh Muhammad.

Dalam membuktikan adanya Tuhan, dia mengemukakan dalil-dalil yang lazim digunakan para teolog, yakni dalil kebaruan alam, keragaman dan kesatuan, serta pengendalian alam dalam keteraturan.

Sayangnya, dalam ulasan buku Sejarah Tuhan, Karen Amstorong justru menolak al-Kindi sebagai seorang filsuf dengan alasan karena tidak sesuai dengan filsafat Yunani yang terkait kepada creatio ex nihilo (penciptaan dari ketiadaan). Al-Kindi memang berpaling dari pemikiran Yunani dan berpisah dari Aristoteles terkait awal penciptaan alam, karena dia mengetengahkan doktrin Al-Qur’an. Al-Kindi memang mengikuti Aristoteles, tetapi tidaklah sama persis pemikirannya dengannya. Al-Kindi di sinilah sebenarnya memperlihatkan letak orisinalitas atau keotentikan sebagai seorang filsuf.

Persepsi akan Tuhan akan terus bergulir dalam bentuk siklus keimanan dalam kehidupan. Akan tetapi, pada akhirnya yang haq adalah yang sesuai dengan firman Allah SWT, yang termaktub dalam kitab suci yang masih autentik diturunkan kepada Rasul-Rasul-Nya. Tentu akan jauh menyimpang sebuah ajaran jika telah tercampuri oleh kepentingan para pemuka agama, seperti konflik antara kelompok Arius dan kelompok Athanasius dalam ke-Kristenan karena saling menyalahkan kebenaran kitab suci mereka pada tahun 325 Masehi.

Karen Amstrong berpendapat jika Al-Qur’an kembali kepada gagasan semitik tentang keesaan Sang Ilahi dan dia menolak gagasan Trinitas Kristiani, yakni Tuhan dapat memperanakkan putra “Isa Al-Masih” atau Yesus dalam agama Abrahamik. Gagasannya sama seperti yang termaktub dalam Surah Al-Ikhlas ayat pertama dan ketiga yang berbunyi, “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”.

Sistem nilai tauhid dalam Islam telah terangkum dalam sebuah formulasi frase “La Ilaha Illallah”, yang artinya tidak ada tuhan selain Allah. Pengikraran kalimat tersebut menurutnya bukan hanya sekadar penegasan atas eksistensi Tuhan, tetapi juga sebuah pengakuan bahwa Allah merupakan satu-satunya realitas yang tertinggi dan sejati.

4. Dari Puncak Khilafah: Sejarah Arab-Islam Sejak Era Kejayaan Khilafah Utsmaniyah Karya Eugene Rogan

Buku ini adalah rujukan yang memiliki otoritas dalam mengenalkan sejarah mengenai dunia Arab-Islam modern. Sejarah Arab-Islam yang tertulis di dalam buku ini dimulai dari masa kejayaan Utsmaniyah pada abad ke-16. Karya penting yang ada di dalam buku ini menjelaskan mengenai perjalanan Arab melalui penglihatan masa imperialisme Eropa, masa persaingan negara-negara adidaya pada era Perang Dingin, hingga masa sekarang, yaitu kekuatan unipolar Amerika Serikat.

Buku ini bersumber dari para laporan saksi mata yang hidup lama selama bertahun-tahun di Arab dan juga beragam tulisan mengenai sejarah Arab-Islam. Dengan banyaknya sumber tersebut, buku ini membahas berbagai keterangan politikus, intelektual, pelajar, penyair, novelis, orang-orang terkenal, serta orang yang tidak terkenal, sehingga menjadi karya yang kompleks dalam menjelaskan kehidupan dunia Arab sekitar lima abad.

Buku ini memiliki jangkauan geografis yang luar biasa, yaitu bangsa Arab di Afrika Utara hingga Jazirah Arab. Penulis berusaha mendalami dan mengeksplorasi sejarah dari Arab-Islam dengan memetakan evolusi identitas Arab dari arabisme lalu ke islamisme. Hal tersebut juga mencakup tema dan isi yang meliputi konflik antara dominasi asing dan kehendak menjadi bangsa merdeka, pertentangan Arab-Israel dan proses perdamaiannya, kebangkitan nasionalisme Arab, pertentangan antara nilai-nilai islamisme, dan sekularisme.

Dengan membaca buku sejarah ini, kalian akan merasa seperti membaca novel, karena buku ini memiliki otoritas, banyak data, dan juga asyik untuk dibaca. Jika banyak cendekiawan Barat yang menuliskan buku sejarah dari Timur Tengah dengan menggunakan sudut pandang dari pihak luar yang mengamati ke dalam, tidak halnya dengan Rogan. Dia menulis buku ini dengan menggunakan sudut pandang dari bangsa Arab sendiri.

Dapat dikatakan bahwa Eugene Rogan adalah satu-satunya penulis sejarah Arab-Islam yang paling berbakat. Dia dapat menuliskan sejarah yang berdarah-darah, beragam, dan juga menakjubkan. Kalian dapat membaca buku ini sebagai panduan wajib untuk mengetahui dunia Islam memiliki dendam terhadap dunia Barat.

5. Sapiens: Kelahiran Umat Manusia Karya Yuval Noah Harari

Buku Sapiens yang ditulis oleh Yuval Noah Harari ini telah direkomendasikan oleh banyak orang, serta layak berjajar di rak buku best seller.

Seberapa menariknya buku sejarah ini sampai banyak orang yang membicarakannya?

Buku Sapiens merupakan bentuk adaptasi yang radikal sekaligus epik dari buku terlaris karya Yuval Noah Harari. Buku ini penuh dengan kecerdasan, humor, rujukan budaya pop, serta ilustrasi yang penuh warna. Harari (selaku rekan penulis) sudah bekerja sama dengan seniman komik populer bernama David Vandermeulen (penulis bersama) serta Daniel Casanave sebagai ilustrator.

Ilustrasi dalam buku ini memiliki peran yang sangat penting, yakni menggambarkan kembali cerita umat manusia dengan metode yang menarik seluruh pembaca, baik orang dewasa maupun anak-anak. Termasuk mereka yang umumnya tidak terbiasa untuk membaca buku sains dan sejarah.

BACA JUGA:

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Fandy Aprianto Rohman

Dunia sastra selalu berkembang dan mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini, sastra mampu hidup di dunia apa pun, bahkan mampu masuk ke dunia industri kreatif, sehingga sastra dapat lebih bersifat kekinian.