Everything is Fucked – Nama Mark Manson, tentu sudah tidak asing lagi. Ia adalah seorang penulis yang karyanya baru-baru saja booming berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Usai sukses dengan bukunya tersebut, Mark Manson pun kemudian merilis kembali sebuah buku berjudul Everything is Fuckedatau dalam versi bahasa Indonesia, buku ini berjudul Segala-galanya Ambyar.
Seperti buku Mark Manson sebelumnya, buku Everything is Fucked ini juga dinantikan banyak pembaca setia Mark Manson. Bagaimana isinya dan membahas tentang apa buku ini? Simak reviewnya berikut ini ya.
Table of Contents
Mengenal Mark Manson Penulis Buku Everything is Fucked
Mark Manson lahir pada 9 maret 1984, ia adalah seorang penulis serta blogger swadaya asal Amerika Serikat. Pada tahun 2019, Mark Manson telah menulis tiga buku, salah satu bukunya mendapatkan apresiasi yang baik dari khalayak internasional yaitu buku berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Buku tersebut bahkan mendapatkan posisi keenam dalam daftar buku paling laris versi The New York Times.
Mark Manson besar di Austin, Texas di Amerika Serikat. Ia kemudian pindah ke Boston Massachusetts untuk belajar dan kemudian lulus dari Universitas Boston dengan gelar dalam bidang bisnis internasional tahun 2007. Kemudian pada tahun 2016, ia menikah dengan Fernanda Neute.
Pada tahun 2009, Mark Manson memulai blog pertamanya, dalam blognya tersebut, ia menulis mengenai topik yang berkaitan dengan kencan sertan hubungan, psikologi, pilihan hidup serta budaya-budaya Amerika modern.
Pada tahun 2011, Mark Manson akhirnya menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Models: Attract Women Through Honesty, buku tersebut kemudian kembali diterbitkan oleh Pan Macmillan di Australia pada tahun 2017.
Kemudian pada tahun 2016, Mark Manson pun menerbitkan buku The Subtle Art of Not Giving a Fuck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life. Buku kedua Mark Manson ini kemudian masuk ke dalam daftar buku paling laris versi The New York Times pasa 2 Oktober 2016.
Setelah sukses dengan buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Mark Manson pun kembali merilis buku ketiganya berjudul Everything is Fucked: A Book About Hoper sebagai buku lanjutan dari The Subtle Art of Not Giving Fuck yang diterbitkan oleh HarperCollins pada tahun 2019.
Tentang Buku dan Sinopsis Buku Everything is Fucked
- Judul Buku : Everything is Fucked: A Book About Hope
- Penulis Buku : Mark Manson
- Jenis Buku : Self Improvement
- Penerbit : HarperCollins Publishers Inc
- Tahun Terbit : Mei 2019
- Jumlah Halaman : 288 halaman
Kebanyakan orang masih berkutat dengan harapan serta resolusi setiap awal tahunnya. Harapan tersebut umumnya berisi mengenai beberapa hal kecil yang mudah digapai oleh seseorang serta beberapa yang mungkin akan sulit untuk dicapai oleh seseorang.
Akan tetapi, bagaimana apabila harapan tersebut lenyap? Peristiwa yang terjadi belakangan ini membuat kita selalu dihadapkan pada menciutnya atau bahkan hilangnya harapan. Kita hanya mampu menjalani apa yang ada di depan mata saja dengan rasa kepasrahan. Pikiran yang pesimistis seperti itu sebetulnya dapat dihilangkan.
Sebuah buku mengenai harapan. Begitulah slogan dari buku Everything is Fucked ini. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Segala-galanya Ambyar.
Berbeda dari buku Mark Manson yang sebelumnya, Everything is Fucked ini menjabarkan mengenai asumsi-asumsi manusia mengenai hal-hal yang dapat membuatnya hidup dengan layak. Mark Manson pun memulainya dengan menyadari betapa pentingnya memiliki nilai di dalam hidup.
Selanjutnya, Mark pun memberikan konsep berupa tiga pilar harapan untuk mengembangkan serta tetap mempertahankannya. Pertama memiliki kontrol diri yang dapat membuat seseorang dapat mengendalikan hidupnya sendiri.
Kedua, memercayai pada suatu nilai yang dapat diperjuangkan orang tersebut dan ketiga, menjadi bagian dari suatu komunitas yang juga menghargai apa yang kita hargai.
Dalam buku ini, Mark Manson banyak bertanya kepada pembacanya, seperti pertanyaan apakah dirimu merasa kecewa dengan hidup? Apakah dirimu merasa cemas terus-menerus? Apakah dirimu merasa bahwa dunia di sekitarmu buruk serta jahat? Dan pertanyaan lainnya.
Melalui pertanyaan tersebut, Mark Manson menjelaskan bahwa anggapan atau asumsi tersebut benar atau dunia memang tengah dalam keadaan kacau. Akan tetapi dunia kacau karena pembaca tidak sadar bahwa harapannya terlalu disilaukan oleh keinginannya sendiri dan hal tersebut tidak masuk akal.
Sehingga, Mark Manson memberikan solusi untuk melepaskan harapan yang tidak masuk akal tersebut, jika seseorang ingin merasa waras serta hidup dengan lebih tenang.
Review Buku Everything is Fucked
Saat ini, kita memang tengah berada di zaman yang serba maju. Secara material, manusia kini tidak hanya mampu untuk mencukupi kehidupannya, tetapi ia juga mampu mendapatkan yang terbaik yang pernah ada dengan bantuan teknologi.
Manusia dapat hidup dengan lebih bebas, sehat serta lebih kaya dibandingkan dengan manusia yang ada pada zaman mana pun dalam sejarah. Akan tetapi entah bagaimana, segala sesuatu yang ada pada zaman ini justru terasa lebih mengerikan serta banyak pula kerusakan yang terjadi di bumi. Seperti pemanasan global, pemerintahan yang gagal, ekonomi yang runtuh serta semua orang yang secara terus menerus tersinggung.
Pada masa ketika manusia memiliki akses teknologi yang mudah, pendidikan serta komunikasi yang bahkan tidak dapat diimpikan oleh para nenek moyang, ternyata begitu banyak dari manusia pada zaman ini yang justru jatuh dalam keputusasaan.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana cara manusia saat ini agar mereka mampu memperbaiki situasi yang terlanjur kacau tersebut? Nah, pertanyaan tersebut akan terjawab dalam buku kedua Mark Manson yaitu everything is fucked.
Seperti yang Grameds ketahui, bahwa pada tahun 2016, Mark Manson menerbitkan buku The Subtle Art of Not Giving A Fuck yang mendapatkan banyak review bagus. Buku ini dinilai cukup cemerlang untuk menunjukan bahwa teknologi dapat membuat manusia peduli pada hal-hal yang salah, bahwa keinginan manusia untuk selalu menemukan kebahagiaan justru akan membuat manusia merasa tidak bahagia.
Sebaliknya, kunci dari kehidupan menurut Mark Manson ialah perjuangan yang tiada henti pada hal-hal yang memiliki arti dalam hidup seorang manusia.
Pada buku keduanya, Mark Manson pun mengalihkan topik bahasan, dari kekurang yang tidak dapat terhindarkan dalam diri masing-masing individu menjadi ke bencana yang tidak berujung dan terjadi di dunia.
Mark Manson membahas mengenai banyaknya penelitian yang berbasis psikologi yang membahas mengenai topik ini, seperti mengulas bagaimana kebijaksanaan para filsuf yang tidak lekang oleh waktu seperti Nietzsche, Plato dan Tom Waits, yang membedah mengenai agama serta politik dari sudut pandang yang cukup berani.
Mark Manson pun membahas mengenai hubungan manusia dengan hiburan, uang dan internet serta berapa banyak hal tersebut yang dapat mengacaukan kehidupan manusia di zaman sekarang ini. Ia secara terbuka menentang definisi mengenai iman, kebebasan, kebahagiaan serta harapan yang dimiliki oleh manusia.
Dengan gaya bahasa yang khas ala Mark Manson yaitu gamblang serta selera humor yang tidak biasa, Mark Manson juga menantang para pembaca agar lebih jujur pada dirinya sendiri serta lebih terhubung dengan dunia dalam cara-cara yang mungkin tidak akan pernah dipertimbangkan sebelumnya.
Buku ini akan terasa sesuai bagi seseorang yang suka dengan filosofi, suka memikirkan sesuatu, suka untuk menemukan suatu konsep serta di buku Everything is Fuckedini ada pula beberapa filosofi dari filsuf terkenal yang dibahas cukup detail oleh Mark Manson.
Buku ini dilengkapi pula dengan foto, tabel, dan grafiks, meskipun jumlahnya sedikit akan tetapi tabel dan grafik tersebut menjadi pelengkap data untuk pada pembaca.
Harus diakui bahwa pembahasan yang berkaitan dengan agama dalam buku kedua Mark Manson ini terasa lebih sensitif untuk diterima. Mark Manson banyak mencatutkan kalimat yang memiliki potensi untuk menimbulkan rasa tidak nyaman bagi para pembacanya.
Sehingga, apabila Grameds untuk membaca buku ini maka kuncinya adalah memiliki pemikiran yang terbuka. Ketika memiliki pikiran terbuka, maka Grameds pun bisa memilah dan memilih mana teori Mark Manson yang sekiranya dapat bermanfaat bagi diri sendiri serta mengabaikan opini Manson yang mungkin tidak baik bagi diri Grameds.
Mendapatkan rating 3.72 di Goodreads, buku ini kurang lebih berisi mengenai kumpulan pemikiran para filsuf atau penelitian mengenai harapan dan hal lainnya yang banyak dikutip oleh Mark Manson dari berbagai jurnal serta esai yang dapat mendukung pernyataanya. Termasuk dalam opini Manson mengenai menuhankan ilmu pengetahuan di atas ideologis seperti yang disebutkan dalam buku ini.
Mark Manson bahkan tanpa merasa ragu, mengungkapkan mengenai ketiadaan Tuhan. Lebih lanjut, Mark pun menggeneralisir persoalan yang terjadi, ia memukul rata apa yang disebut sebagai agama, ideologi maupun dogma. Sehingga, tidak wajar, ketika ada pembaca yang merasa tersinggung dengan opini Manson ini.
Meskipun begitu, tentu saja masih ada opini yang original dari Mark Manson dan masih ada beberapa pengetahuan yang dapat diambil oleh pembaca. Baik itu mengenai perang, psikologi, sejarah maupun nilai moral dari buku ini. Karena tentu saja, mengambil point bermanfaat dalam suatu buku, bergantung bagaimana cara pembaca berpikir mengenai buku tersebut.
Buku ini mungkin akan terasa sedikit tidak nyaman untuk dibaca, karena Manson membahas mengenai bagaimana cara manusia menolak sesuatu yang harus ditiolak serta bagaimana cara seseorang menghancurkan harapan yang membuatnya bergantung selama ini.
Masih ragu ingin membaca buku Everything is Fucked? Ini kelebihan serta kekurangan buku kedua Mark Manson ini yang bisa jadi bahan pertimbangan Grameds untuk mulai membaca buku ini.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Everything is Fucked
Usai mendapatkan review bombastis dari buku pertamanya, respon atas buku kedua Mark Manson pun dinilai cukup ekstrem. Mayoritas dari pembaca buku Everything is Fucked memberikan rating yang cukup tinggi, namun ada juga pembaca yang memberikan rating yang sangat rendah.
Kebanyakan pembaca menyukai buku ini karena menganggap pesan yang disampaikan oleh Mark Manson cukup konstruktif. Selain itu pembaca yang memberikan rating tinggi pun menyukai pendekatan argumentasinya yang disampaikan oleh Mark Manson karena dinilai lebih jernih.
Sebaliknya, pembaca yang memberikan rating cukup rendah merasa bahwa buku Everything is Fucked dari Mark Manson ini membuat perasaan mereka tidak nyaman atau mereka merasa tersinggung dengan beberapa opini Manson.
Karena selalu menyertakan bahasa yang blak-blakan, pembaca yang tidak cukup mengenal Mark Manson pun menilai bahwa gaya bahasa Manson cukup mengganggu. Beberapa juga merasa kecewa, karena mereka tertipu dengan judul buku ini, pembaca beranggapan bahwa judul Everything is Fucked seperti buku yang mengandung tips dan trik strategi.
Akan tetapi, tentu saja tidak sedikit dari pembaca buku ini yang meskipun memberi rating rendah, mereka tetap ingin membaca buku Mark Manson lainnya.
Wah, rupanya buku-buku karya Mark Manson ini memiliki pesona tersendiri ya?
Poin Menarik dalam Buku Everything is Fucked
Meskipun menuai banyak kritikan dan nyatanya tidak mendapatkan respons begitu baik, apabila dibandingkan dengan buku pertama Mark Manson, buku Everything is Fucked ini masih patut masuk ke wishlist buku bacaan Grameds karena memiliki beberapa poin menarik di dalamnya. Nah simak, ya!
1. Membahas mengenai sisi filosofi serta psikologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa buku kedua karya Mark Manson ini cocok bagi Grameds yang tertarik dengan filosofi serta psikologi. Seperti buku pertama Mark Manson, meskipun memiliki pembahasan yang berbeda akan tetapi buku ini masih membahas mengenai kehidupan manusia dari sisi psikologi serta melihat beragam falsafah yang ada.
2. Mark Manson mengajak pembacanya untuk memahami dunia
Mark Manson membawa buku Everything is Fucked dengan memandang suatu hal yang terlihat baik-baik saja, akan tetapi sebenarnya tidak. Ia mengajak para pembacanya untuk melihat dan memahami bagaimana cara pandangan manusia untuk berpijak pada sesuatu hal, yang sebenarnya dalam kondisi yang cukup bobrok serta sulit untuk diubah maupun diperbaiki.
3. Membahas mengenai perasaan yang tidak nyaman
Poin yang menarik ketiga dari buku Everything is Fucked karya Mark Manson ialah pembahasan dalam buku ini. Berangkat dari pandangan Manson mengenai perasaan yang tidak nyaman, ia mengajak pembacanya untuk dapat menyelami dunia yang selama ini ada, akan tetapi kadang kali orang-orang memilih untuk enggan memahaminya, karena merasa tidak nyaman.
4. Membahas mengenai topik-topik yang beragam, seperti agama hingga politik
Pandangan-pandangan Mark Manson mengenai gagasannya tentang kebahagiaan, harapan, maupun perasaan yang tidak nyaman, akhirnya membawa Manson untuk menyelami hal-hal klasik yang ada di sekitarnya, serta hal-hal yang sering kali dapat memengaruhi kondisi sosial sekitar. Oleh sebab itu, dalam buku ini Manson pun membahas mengenai beragam topik, mulai dari agama, politik maupun hal yang serupa satu sama lain.
5. Hubungan antara manusia dengan hiburan, uang serta hal lainnya
Point menarik terakhir yang ada dalam buku ini ialah Mark Manson membahas mengenai hubungan manusia dengan uang, hiburan serta hal-hal lainnya. Mark Manson menjabarkan mengenai hubungan manusia dengan beragam hal yang menurut dirinya secara psikologis dapat menelan seseorang hidup-hidup, artinya dapat memengaruhi kebahagiaan maupun kebebasan seseorang.
Rekomendasi Buku Karya Mark Manson versi Indonesia dan Bahasa Inggris
1. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat: Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik
2. Segala-Galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang Harapan
3. The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life
Itulah review singkat Everything is Fucked buku kedua Mark Manson. Apabila tertarik dengan buku ini atau ingin membeli buku Mark Manson lainnya, Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu menyediakan produk original agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Khansa
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi Kerja
- Rekomendasi Buku Shio
- Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Buku TOEFL
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Rekomendasi Novel Motivasi
- Review Buku 5 AM Club
- Review Buku Rusak Saja Buku Ini
- Review Buku Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah
- Review The Book You Wish Your Parents Had
- Review Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
- Review Buku Titik Nol Karya
- Review Buku The Art of Solitude
- Review Buku This Is Marketing
- Review Buku Yuk Belajar Nabung Saham
- Review Buku Investasi Saham ala Swing Trader Dunia
- Review Novel The Poppy War
- Review Buku Reinventing Your Life
- Review Buku Sabar Paling Dalam
- Review Buku Nyaman Tanpa Beban
- Review Buku Everything is Fucked
- Review Buku Homo Deus
- Review Animal Farm George Orwell
- Review Buku How to Love
- Review Buku Merawat Luka Batin
- Review Buku Maaf Tuhan Aku Hampir Menyerah
- Review Buku Seni Merayu Tuhan
- Review Buku Next Ria Ricis
- Review Buku Humankind
- Review Buku A Brief History of Time
- Review Buku Genom
- Review Buku Leaders Eat Last
- Review Buku The Black Swan
- Review Buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda
- Review Buku Hidup Apa Adanya
- Review Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan
- Review Buku The Secret
- Review Buku Cashflow Quadrant
- Review Buku Seri Pengetahuan
- Review Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan
- Review Buku Book of Introvert
- Review Buku Lagom: Rahasia Hidup Bahagia Orang Swedia
- Review Buku The Interpretations of Dreams
- Review Buku he Mind And The Brain