Bagi para penggemar novel atau anime Jepang, pastinya sudah tidak asing lagi dengan Hyouka. Serial novel Hyouka merupakan novel seri Klub Sastra Klasik, yang seri pertamanya diterbitkan pada tanggal 31 Oktober 2001, oleh Kadokawa Shoten. Sejumlah novel Hyouka yang telah berhasil diterbitkan, yaitu Hyouka: You can’t escape / The niece of time (2001), Fools’ Staff Roll: Why didn’t she ask Eba? (2002), The Kudryavka Sequence: Welcome to Kanya Festival! (2005), Dolls in the Distance: Little birds can remember (2007), Estimated Distance Between the Two: It walks by past (2010), Even Though I’m Told I Now Have Wings: Last seen bearing (2016).
The Kudryavka Sequence merupakan buku ketiga dari serial novel Hyouka yang ditulis oleh Honobu Yonezawa. Sama seperti novel seri Hyouka yang lainnya, novel The Kudryavka Sequence juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia. Versi Bahasa Indonesia novel The Kudryavka Sequence diterbitkan oleh penerbit Haru pada bulan Januari 2019. Kisah The Kudryavka Sequence juga telah diadaptasi menjadi sebuah anime.
Novel dengan total 392 halaman ini mengisahkan kelanjutan perjalanan Klub Sastra Klasik. Festival Budaya yang dinanti segera tiba. Namun, masalah besar menimpa Klub Sastra Klasik. Akibat sebuah kesalahan, antologi Hyouka dicetak terlalu banyak.
Ketika semua anggota kebingungan memikirkan cara untuk menjual habis antologi itu, suatu kasus pencurian yang aneh terjadi di dalam kompleks sekolah. Apakah mereka bisa menjual habis antologi yang sangat banyak itu di tengah riuhnya festival? Apakah Hotaro bisa menyelesaikan kasus pencurian itu? Sebelum mengetahui jawabannya, simak ulasan novel The Kudryavka Sequence di bawah ini ya.
Table of Contents
Profil Honobu Yonezawa – Penulis Novel The Kudryavka Sequence
Honobu Yonezawa merupakan pria asal Jepang, tepatnya di Prefektur Gifu, pada tahun 1978. Honobu Yonezawa adalah seorang penulis Jepang. Ia dinobatkan sebagai penulis terbaik untuk novel seri misteri fiksi remaja yang berjudul Hy?ka atau Hyouka, yang juga dikenal sebagai seri Klub Sastra Klasik.
Honobu Yonezawa diketahui telah menyukai mengarang cerita sejak ia masih kecil. Ia mulai mencoba menulis pada usia 11 tahun. Pada waktu itu, ia menulis sekuel The War of the Worlds karya H. G. Wells. Pada usianya yang ke-14 tahun, ia mulai menulis novel fiksi orisinal. Saat dia baru masuk universitas, Honobu Yonezawa mempublikasi cerita karyanya di situs miliknya sendiri yang bernama Hanmuden.
Setelah lulus dari universitas, Honobu Yonezawa meyakinkan orang tuanya untuk membiarkan dia mencoba untuk mencapai mimpinya menjadi penulis novel selama dua tahun. Honobu Yonezawa mendapat pekerjaan sebagai pegawai toko buku di Takayama sambil terus menulis. Pada tahun 2001, ia secara resmi memulai debutnya dengan novel Hy?ka, yang mendapatkan penghargaan terhormat dalam Penghargaan Kategori Orang Muda Misteri dan Horor Novel Kadokawa Gakuen ke-5.
Keputusannya untuk menyerahkan kisah Hyouka didorong oleh penerimaan positif dari Hyouka di situs webnya sendiri. Hyouka menjadi novel pertama dalam yang dijuluki seri Klub Sastra Klasik, yang didistribusikan oleh Klub Misteri Sneaker yang baru didirikan di dalam jejak Kadokawa Sneaker Bunko. Kisah Hyouka yang diadaptasi menjadi manga dibuat oleh Taskohna. Ia memulai serialisasi di majalah Monthly Sh?nen Ace pada bulan Januari 2012.
Kisah Hyouka yang diadaptasi menjadi anime memiliki total 22 episode. Anime ini diproduksi oleh Kyoto Animation dan disutradarai oleh Yasuhiro Takemoto, dan resmi tayang mulai tanggal 22 April 2012 sampai 16 September 2012. Kisah Hyouka juga diadaptasi menjadi sebuah film yang berjudul Hyouka: Forbidden Secrets, yang resmi dirilis pada tanggal 3 November 2017. Film ini disutradarai oleh Mari Asato, dan dibintangi oleh Kento Yamazaki serta Alice Hirose.
Novel Hyouka memiliki 4 karakter utama, yaitu Hotaro Oreki. Hotaro adalah seorang siswa SMA tahun pertama yang pragmatis, alasannya bergabung dengan klub sastra klasik hanya karena permintaan sang kakak, Tomoe Oreki, agar klub tersebut tidak terancam untuk dibubarkan. Hotaro Oreki menyatakan bahwa dirinya tak suka menghabiskan energi, tetapi jika diberikan sebuah kasus untuk mengungkap misteri, ia akan menyelesaikannya dengan logika deduksi yang brilian. Bagi Hotaro, Eru adalah seseorang yang tak bisa ia abaikan. Hal ini menjadi suatu pertanda yang mengindikasi bahwa Hotaro mungkin memiliki perasaan terhadap Eru.
Tokoh kedua adalah Eru Chitanda, ia juga seorang siswa SMA tahun pertama. Eru Chitanda diketahui memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia juga merupakan anggota klub sastra klasik. Meskipun Eru pandai secara akademik dan selalu memiliki nilai yang bagus, ia kerap kali bergantung pada kemampuan penalaran Hotaro. Eru merupakan gadis yang penuh semangat, ia juga sangat berpengalaman dalam hal tradisi dan etika di kota tempat dia tinggal, karena ia memiliki garis keturunan berasal dari keluarga petani yang kaya raya.
Jika Eru dihadapkan dengan suatu kasus misteri, ia tak akan bisa berhenti memikirkan kasus itu sampai misteri tersebut terselesaikan. Eru memiliki ketertarikan terhadap Hotaro, ia kerap memujinya karena bakat Hotaro dalam menyelesaikan banyak kasus misteri. Eru tampaknya juga memiliki perasaan terhadap Hotaro.
Tokoh ketiga adalah Satoshi Fukube, ia juga siswa SMA tahun pertama yang merupakan sahabat Hotaro. Satoshi juga tergabung dalam klub sastra klasik. Ia sangat bangga dengan kemampuan mengingatnya yang menakjubkan, sampai ia menyebut dirinya sendiri sebagai database. Walaupun ia selalu mendorong Hotaro untuk lebih aktif dalam kehidupan SMA, diketahui bahwa dirinya ternyata iri terhadap kemampuan penalaran yang Hotaro punya.
Ia memanggil Mayaka Ibara dengan nama depannya, yang sangat menunjukkan kedekatan hubungan mereka. Satoshi mengungkapkan bahwa dirinya mempunyai perasaan terhadap Mayaka, tetapi ia tak ingin memiliki obsesi kepadanya. Ia mulai menjalin hubungan dengan Mayaka pada musim semi tahun kedua mereka di SMA.
Lalu, ada Mayaka Ibara, ia merupakan siswa SMA tahun pertama, juga salah satu anggota klub sastra klasik. Ia beserta anggota laki-laki dari klub itu dulu sekolah di SMP yang sama. Ibara memiliki hubungan yang tak terlalu baik dengan Hotaro, meskipun hubungan mereka kian membaik setelah Ibarat berteman dengan Eru. Ibara memiliki ketertarikan dalam menggambar manga, dan ia juga tergabung sebagai anggota di klub manga di sekolahnya. Mayaka telah memiliki perasaan kepada Satoshi sejal lama. Ia memanggil Satoshi dengan nama Fuku-chan.
Sinopsis Novel The Kudryavka Sequence
Buku ketiga dari seri Hyouka ini mengisahkan tentang Festival Kanya, Festival Budaya SMA Kamiyama. Dikisahkan, SMA Kamiyama memiliki berbagai macam klub, dan festival budaya menjadi salah satu ajang untuk pameran seluruh klub. Festival Kanya diadakan selama empat hari, tetapi hari pertama festival digunakan sepenuhnya untuk persiapan. Jadi, festival sejatinya diadakan selama tiga hari.
Selama festival budaya diadakan, terjadi sebuah kasus pencurian di kompleks sekolah. Barang-barang milik sejumlah klub hilang. Korban pertama adalah Klub Akapela, kemudian Klub Igo, Klub Peneliti Ramalan juga, lalu Klub Taman, dan tak terkecuali Klub Sastra Klasik yang manuskripnya juga dicuri. Hal ini menjadi pusat perhatian para siswa, sehingga suasana festival budaya menjadi cukup ricuh.
Di tengah kericuhan yang terjadi akibat kasus pencurian ini, Klub Sastra Klasik juga tertimpa masalah lain. Antologi Hyouka yang akan dijual di Festival Kanya mengalami kesalahan cetak. Antologi Hyouka dicetak terlalu banyak, sehingga mereka menerima sejumlah 200 eksemplar antologi Hyouka. Bagaimana cara Klub Sastra Klasik menjual antologi Hyouka di tengah kericuhan festival budaya?
Klub Sastra Klasik pada awalnya hanya bisa meratapi banyaknya jumlah antologi Hyouka yang menggunung. Bagaimana pun caranya, mereka harus berusaha untuk menjual habis antologi tersebut. Mayaka yang juga merupakan anggota Klub Manga tak bisa membantu Klub Sastra Klasik secara penuh. Hotaro yang mempunyai prinsip hemat energi memilih untuk menjalankan tugas menjaga stan dan melayani pembeli. Chitanda dan Satoshi pun bertugas memikirkan cara supaya bisa menjual antologi Hyouka.
Satoshi kemudian melakukan promosi dengan giat. Walaupun ia tampak senang di festival budaya ini, Satoshi juga terus mencari cara supaya Klub Sastra Klasik bisa dilirik oleh pengunjung, agar antologi Hyouka bisa terjual. Mulai dari mengikuti lomba kuis, sampai lomba memasak pun diikuti Satoshi demi bisa mempromosikan antologi Hyouka. Chitanda juga terus berusaha keras dengan meminta bantuan orang lain, mulai dari Klub Radio sampai Klub Majalah Dinding.
Mayaka juga turut membantu dengan cara menitipkan antologi Hyouka di Klub Manga. Namun, rencana iu diurungkan saat melihat atmosfer Klub Manga yang kurang enak. Klub Sastra Klasik memanfaatkan kasus pencurian yang disebut kasus Juumonji itu untuk terus melakukan promosi dalam penjualan antologi Hyouka. Pada akhirnya, sedikit demi sedikit jumlah antologi Hyouka terus berkurang.
Sedikit demi sedikit, teka-teki tentang kasus Juumonji juga dapat terungkap. Tentu saja ini bisa selesai berkat bantuan Hotaru yang sangat pandai menganalisis. Sebenarnya, siapa yang melakukan pencurian itu? Apa alasannya mencuri barang-barang milik klub? Apakah antologi Hyouka bisa terjual habis?
Kelebihan Novel The Kudryavka Sequence
Berbicara tentang novel Hyouka, pastinya sudah tak usah diragukan lagi. Termasuk juga novel The Kudryavka Sequence ini, memiliki banyak kelebihan. Kelebihan yang pertama, yaitu dari gaya penulisan Honobu Yonezawa yang sangat detail dan deskriptif. Gaya penulisan ini mampu membuat pembaca dengan mudah mengimajinasikan setiap adegan yang dituliskan.
Kemudian, dibandingkan dengan kedua novel Hyouka sebelumnya, pembaca menilai novel The Kudryavka Sequence ini kisahnya lebih utuh. Sebab, plotnya begitu mengalir dan berkelanjutan, tidak seperti gabungan beberapa cerita pendek seperti novel sebelumnya. Kemudian, misteri yang disajikan juga dinilai cerdas, setiap pecahan misteri dapat disatukan dengan baik. Misteri tersebut juga bisa berjalan bersama dengan keempat tokoh utama.
Selain itu, tentunya novel Hyouka yang satu ini masih menggunakan sudut pandang dari keempat tokoh utamanya. Hal ini membuat pembaca dapat mengenal tiap tokoh dengan lebih baik, dan tidak merasa bosan.
Kemudian, pembaca juha menilai versi terjemahan novel ini dalam Bahasa Indonesia sangat baik. Pemilihan kata dan susunan kalimatnya mudah untuk dimengerti dan pas. Kemudian, penerbit Haru juga menyediakan catatan kaki yang menjelaskan istilah asing yang terdapat di cerita. Ini menjadi sebuah nilai tambah, karena pembaca dapat mempelajari kosakata baru sembari menikmati kisah ini.
Kekurangan Novel The Kudryavka Sequence
Selain kelebihan, nocel The Kudryavka Sequence ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada tempo alur di bagian awal cerita yang dinilai cukup lambat. Hal ini mungkin diakibatkan bab pertama yang diawali dengan menjelaskan bagaimana persiapan Festival Kanya.
Pesan Moral Novel The Kudryavka Sequence
Melalui kisah The Kudryavka Sequence ini, kita dapat belajar untuk menghadapi masalah dengan tenang dan dengan cara yang cerdik. Seperti Klub Sastra Klasik yang menangani masalah kesalahan cetak antologi Hyouka ini di tengah suasana yang ricuh. Para anggota Klub Sastra Klasik dapat menghadapinya dengan baik, tidak secara panik, sehingga masalah juga dapat teratasi dengan baik.
Melalui kisah ini juga, kita dapat belajar untuk tidak mudah mengatakan bahwa kita lelah. Lelah memang suatu reaksi biologis yang normal dialami. Namun, manusia cenderung terlalu mudah mengucapkan dirinya lelah ketika berada dalam situasi yang tidak enak. Padahal pada kenyataannya, anda masih dapat menghadapi situasi itu dengan optimal.
Sekian artikel ulasan novel The Kudryavka Sequence karya Honobu Yonezawa. Bagaimana nasib Klub Sastra Klasik? Apakah mereka mampu menjual 200 antologi Hyouka sampai habis? Siapa pelaku kasus Juumonji? Yuk temukan jawabannya sendiri dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.
- Review Novel My Youth
- Review Novel The Love Hypothesis
- Review Novel Lavender
- Review Novel Real Face
- Review Novel IPA dan IPS
- Review Novel Bumi dan Lukanya
- Review Novel Supernova 1
- Review Novel Supernova 2
- Review Novel Supernova 3
- Review Novel Miss Marple's Final Cases
- Review Novel Aroma Karsa
- Review Buku Ayana, Journey to Islam
- Review Buku Home Body
- Review Novel All the Light We Cannot See
- Review Buku Matilda
- Review Novel Orang Berikut Yang Kaujumpai Di Surga
- Buku 24 Jam Bersama Gaspar
- Review Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
- Review Novel Three Dark Crowns
- Review Novel The Old Man and the Sea
- Review Novel Midnight Sun
- Review Novel Circe
- Review Because You Love to Hate Me
- Review Novel The Kudryavka Sequence
- Review Novel Confessions
- Review Novel Kitchen
- Review Novel Burning
- Review The Chronicles of Narnia Series
- Review Novel Weathering With You
- Review Novel Rich People Problems
- Review Novel Guns, Germs dan Steel
- Review Novel Siege and Storm
- Review Novel Absolute Justice
- Review Novel Silam