Lavender merupakan novel karya penulis populer asal Indonesia, Luna Torashyngu. Luna Torashyngu dikenal sebagai penulis fiksi yang target pembacanya adalah para remaja dan dewasa muda. Sejumlah karya Luna Torashyngu memiliki latar belakang yang sama, yang disebut sebagai Luna Story Universe. Novel Lavender ini merupakan kisah awal dari rangkaian Luna Story Universe Gen-2.
Novel dengan total 256 halaman ini terbagi menjadi 36 bagian cerita. Novel Lavender diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Mei 2022. Kisah ini dimulai saat kehidupan baru Joy yang tenang mulai terusik ketika dia harus menolong Samantha, sahabatnya yang merupakan pembunuh profesional.
Mereka berdua berusaha kabur dari kejaran mafia Italia, orang suruhan seorang miliarder kaya dan pintar yang memiliki ambisi untuk menguasai teknologi informasi di seluruh dunia. Bukan hanya itu saja organisasi kejahatan yang dulu menaungi Samantha, sekarang malah berusaha untuk membunuh gadis itu. Oleh karena berusaha menolong sahabatnya dari kesulitan, Joy jadi ikut terseret dalam masalah itu. Dia terpaksa kembali ke kehidupan lamanya untuk menyelamatkan banyak orang.
Table of Contents
Profil Luna Torashyngu – Penulis Novel Lavender
Jika mendengar nama Luna Torashyngu, Anda mungkin berpikir bahwa sosok ini adalah perempuan. Namun, hal itu tidak benar. Luna Torashyngu adalah nama pena dari seorang lelaki asal Purwokerto. Nama asli Luna Torashyngu dirahasiakan hingga saat ini.
Nama pena tersebut disebut unik, dengan terdiri atas dua kata, yakni Luna, dan Torashyngu. Luna berarti “bulan” dalam Bahasa Spanyol. Sedangkan, “Torashyngu” adalah nama yang diambil karena memberikan kesan nama Jepang. Sebab, Luna suka sekali dengan segala hal yang berbau Jepang.
Mulai dari musik, masakan, hingga dorama. Penyanyi asal Jepang favorit Luna, yakni BoA, Ayumi Hamasaki, dan sedikit Laruku. Sedangkan, film Jepang kesukaannya, yakni YOMIGAERI. Luna mengatakan bahwa beberapa cerita yang ditulisnya ada yang terinspirasi dari J-Movie dan dorama yang pernah dia tonton, tetapi dia tidak menjiplak ceritanya kok.
Luna Torashyngu telah menikah dengan seorang wanita bernama Angela. Dari pernikahannya dengan istrinya, Luna Torashyngu dikaruniai seorang putri yang juga diberi nama Luna. Nama yang persis sama dengan nama pena yang dikenal masyarakat luas.
Karya Luna Torashyngu yang pertama berjudul Alpha Veta. Novel ini mengisahkan tentang terancamnya Bumi dari Bintang raksasa yang diketahui sudah lama mati, tetapi tiba-tiba memancarkan energi lagi yang diberi nama Alpha Veta. Setelah novel Alpha Veta, Luna menerbitkan buku kedua, yakni Trilogi Sweet Angel yang lebih dikenal dengan judul D’Angel.
Hingga saat ini, Luna Torashyngu masih aktif menulis dan menerbitkan buku. Ia juga sudah menerbitkan banyak karya. Selain kedua buku di atas, Luna Torashyngu sudah menerbitkan sejumlah novel, yaitu Love Detective, Dua Rembulan, Trilogi Mawar Merah, Beauty and the Best, Golden Bird, Best of the Best, Angel’s Heart, Trilogi Lovasket, dan Lavender.
Sinopsis Novel Lavender
Napoli, Italia
Sebuah truk trailer memasuki satu gudang di kawasan pelabuhan kota Napoli, Italia. Truk tersebut berhenti di tengah gudang. Di sana berdiri lima pria, empat di antaranya memegang senjata api laras panjang. Sopir truk keluar dari ruang kemudi dan menghampiri salah saat pria itu. Ia mencari seorang pria bernama Mateo.
Pria yang berusia sekitar empat puluh dan berkepala botak itu menjawab bahwa Mateo memiliki tugas lain, dan dia adalah orang yang menggantikannya. Pria itu adalah satu-satunya orang yang tidak memegang senjata. Si sopir truk kemudian menatap pria berkepala botak itu dalam-dalam. Lantas, si pria botak itu bertanya, apakah ada masalah? Si sopir truk menjawab bahwa tidak ada masalah.
Pria botak itu lalu mengambil sesuatu dari sakunya. Setumpuk uang yang dibungkus amplop berwarna coklat. Amplop itu dilemparkan ke arah sopir truk. Pria botak itu mengatakan bahwa amplop itu berisi bayarannya. Si sopir truk kemudian membuka amplop yang baru dia terima dan melihat sekilas isinya. Si botak lalu menyuruhnya pergi.
Si sopir truk membuka mulut, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun, kemudian dia melihat para pria bersenjata yang menatapnya bagaikan serigala mengintai mangsa. Maka itu, ia terdiam dan menutup mulutnya lagi. Sopir truk tak mau mencari masalah, maka itu ia kemudian berjalan ke luar gudang.
Sesaat setelah melihat sopir truk itu keluar dari gudang, si botak menyerukan kepada rekan-rekannya bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu. Empat jam kemudian, di dalam salah satu ruangan dalam rumah mewah di pinggir kota Cagliari, seorang pria berusia 62 tahun berdiri diam. Baju tidur yang dipakainya tampak agak kusut. Wajahnya menahan amarah.
Ia bertanya kepada anak buahnya, mengapa hal ini dapat terjadi. Pria paruh baya itu kemudian menjawab bahwa ada seseorang yang membocorkan jadwal pengiriman barang kita, sambil mengusap rambut pendeknya dengan gugup. Pria tua itu kemudian bertanya, apakah sosok pelakunya sudah diketahui?
“Kami sedang menyelidiki tentang itu, Don.” Pria yang dipanggil Don itu menoleh. Nama pria itu adalah Fabio Carlini. Nama yang sangat populer di daerah selatan Italia. Nama yang dapat membuat gemetar orang yang mendengarnya, terutama yang mengenal siapa dirinya.
Don Fabio, demikian pria itu dipanggil. Dia adalah salah satu pimpinan mafia di pesisir selatan Italia. Kelompok mafia yang dipimpinnya menguasai bisnis kelab malam dan perdagangan obat-obat terlarang di daerah tersebut. Bahkan, pernah ada isu yang berkembang bahwa Don Fabio juga memiliki bisnis senjata api dan peledak ilegal di pasar gelap, meskipun isu itu tak dapat dibuktikan kebenarannya.
Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan
Seorang wanita berambut coklat telungkup di bibir tebing, di tepi Sungai Imjin, perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara, Wanita itu memegang senapan laras panjang AWM 300, salah satu senapan sniper paling mematikan di seluruh dunia yang daya tembaknya bear dan jangkauannya sangat jauh. Ia menatap pos perbatasan kedua negara yang berjarak kira-kira satu kilometer dari posisinya, terutama pos perbatasan yang masih termasuk wilayah Korea Utara.
Mulutnya menghitung mundur. Sesekali pandangannya berpindah ke scope yang terpasang pada senapannya untuk melihat lebih jelas. Dia adalah Samantha Rodriguez, atau di lingkungan kerjanya lebih dikenal dengan nama Butterfly, kupu-kupu. Samantha adalah seorang pembunuh profesional yang tergabung dalam organisasi yang tak diketahui namanya. Organisasi itu diwakili oleh DEALER.
Tiga hari sebelumnya, Samantha menerima tugas untuk membunuh seorang mantan pejabat pemerintah Korea Selatan yang menjadi buronan, karena dituduh melakukan korupsi dan menerima uang suap dari sebuah proyek pemerintah bernilai miliaran won. Uniknya, mantan pejabat itu tak lama tertangkap dan ditahan di Korea Utara, hanya akibat pelanggaran lalu lintas ringan. Setelah melalui negosiasi dan diskusi yang alot antara pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara, mantan pejabat itu akhirnya dideportasi ke negara asalnya.
Namun, rencana deportasi mantan pejabat itu membuat resah beberapa pihak yang takut akan terseret kasus korupsi yang cukup besar dan menghebohkan itu. Salah satu pihak lalu menyewa Butterfly melalui DEALER untuk membunuh si mantan pejabat. Tugas yang mudah, jika saja tidak ada syarat tambahan. Syaratnya, mantan pejabat itu harus dibunuh sebelum masuk wilayah Korea Selatan.
Alasannya, kalau target dibunuh di wilayah Korea Selatan, pemerintah Korea Selatan akan melakukan penyelidikan, dan investigasi pasti akan merembet ke kasus korupsi si mantan pejabat yang melibatkan si klien, sehingga membunuh target akan menjadi sia-sia. Sedangkan, jika target dibunuh di wilayah Korea Utara, pemerintah Korea Selatan tak akan bisa menyelidiki pembunuhan ini karena masalah yurisdiksi. Pemerintah Korea Utara juga tidak akan terlibat, sehingga kasus ini kemungkinan akan ditutup begitu saja, sesuai dengan harapan klien yang menyewa Butterfly.
Masalahnya, pada saat ini Korea Utara ditutup bagi orang asing. Tak seorang pun yang boleh masuk dengan alasan apa pun. Jadi, Samantha juga tidak bisa mendekati targetnya yang ditahan di penjara di dekat Pyongyang. Satu-satunya kesempatan untuk membunuh target adalah ketika dia berpindah mobil di perbatasan, dan momen itu hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Tak boleh ada kesalahan sedikit pun.
Kisah ini dimulai saat kehidupan baru Joy yang tenang mulai terusik ketika dia harus menolong Samantha. Mereka berdua berusaha kabur dari kejaran mafia Italia, orang suruhan seorang miliarder kaya dan pintar yang memiliki ambisi untuk menguasai teknologi informasi di seluruh dunia. Bukan hanya itu saja organisasi kejahatan yang dulu menaungi Samantha, sekarang malah berusaha untuk membunuh gadis itu. Oleh karena berusaha menolong sahabatnya dari kesulitan, Joy jadi ikut terseret dalam masalah itu. Dia terpaksa kembali ke kehidupan lamanya untuk menyelamatkan banyak orang.
Kelebihan Novel Lavender
Lagi-lagi, Luna Torashyngu berhasil menyajikan premis cerita yang sangat menarik. Kali ini, ia menyajikan kisah penuh aksi yang dinilai sangat seru untuk diikuti. Novel Lavender ini menyajikan adegan aksi secara penuh yang membuat pembaca merasa tidak diberi waktu untuk istirahat. Dalam setiap bagiannya, selalu ada aksi-aksi yang mengagumkan.
Novel Lavender ini masih menjadi bagian dalam Luna Story Universe. Sama seperti buku-buku lainnya yang berada dalam universe tersebut, kisah Lavender ini memiliki alur yang cepat. Narasi kisahnya juga dituliskan secara detail, dengan time stamp yang sangat jelas.
Luna Torashyngu juga dinilai berhasil dalam membangun karakter yang menarik hati. Mulai dari karakter protagonis, hingga karakter antagonis juga mampu menarik perhatian pembaca. Kemudian, meskipun kisah ini masih ada kaitannya dengan cerita-cerita sebelumnya, tetapi kisah ini juga dapat berdiri sendiri. Jadi, pembaca bisa langsung membaca novel ini tanpa harus membaca buku-buku sebelumnya.
Kekurangan Novel Lavender
Selain kelebihan, novel Lavender ini memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada begitu banyaknya konflik yang disajikan. Jumlah konflik tersebut dinilai terlalu banyak, hingga banyak konflik yang pada akhirnya tidak terselesaikan, dan terkesan hanya untuk memperkeruh suasana cerita saja.
Pesan Moral Novel Lavender
Melalui novel Lavender ini, kita kembali diingatkan dengan konsep bahwa setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya, sekecil apapun hal itu. Maka dari itu, kita hendaknya selalu berpikir ke depan, apa yang mungkin kita dapatkan atau terjadi jika kita melakukan hal ini. Supaya kita dapat melakukan perbuatan yang baik dan bertanggung jawab atas hal tersebut.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Lavender karya Luna Torashyngu. Dari sinopsisnya saja sudah terlihat ya kalau kisah ini sangat seru. Bagi kalian yang penasaran akan petualangan Joy dan Samantha, kalian bisa langsung mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 3.6
- Review Novel The Time We Walk Together
- Review Novel Sangkakala di Langit Andalusia
- Review Novel Magnus Chase and The Gods of Asgard #3: The Ship of the Dead
- Review Novel Para Pencemas (Anxious People)
- Review Novel Patuhi Rules
- Review Novel Love Letters for Mr. T
- Review Novel Klara dan Sang Matahari
- Review Novel Gagal Cinta Kronis
- Review Novel Penyalin Cahaya
- Review Novel High Reputation
- Review Novel Philia
- Review Novel Dago Love Story
- Review Novel Temenan Sama Nasib
- Review Novel Merindu Cahaya De Amstel
- Review Novel American Gods
- Review Novel Brianna dan Bottomwise
- Review Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru
- Review Novel The School for Good and Evil
- Review Novel Pembunuh di Balik Kabut
- Review Novel TeenLit: Vision
- Review Novel Banyu Biru
- Review Novel Lavender
- Review Buku English Classics: Sherlock Holmes - Short Stories #1
- Review Buku The Prophet
- Review Review Novel Belantara
- Review Novel Aliansi Monyet Putih
- Review Novel The Days I Love You
- Review Novel Misteri Kereta Api Biru
- Review Novel Cerita untuk Ayah
- Review Novel Lusi Lindri
- Review Novel Mayat dalam Perpustakaan
- Review Novel Rogue Lawyer
- Review Novel Para Pelindung (The Guardians)
- Review Novel Annisa
- Review Novel Arum Manis
- Review Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
- Review Novel Black House
- Review Buku Se(N)Iman
- Review Novel Not Me
- Review Novel Komsi Kamsa
- Review Buku Atavisme
- Review Novel Manusia dan Badainya
- Review Novel Muslihat dengan Cermin (They Do it with Mirror)
- Review Novel Masque of the Red Death
- Review Buku The Mysterious Affair at Styles
- Review Norse Mythology
- Review Novel Melbourne Wedding Marathon