Macam Batik di Indonesia – Pasti Grameds sudah tidak asing lagi dengan apa yang disebut dengan batik. Batik merupakan kerajinan yang terbuat dari bahan dasar kain yang dilukis dengan menggunakan cairan malam sehingga menghasilkan berbagai ragam motif yang mempunyai nilai tinggi. Nah, pola-pola yang dilukis pun mempunyai keunikannya masing-masing sesuai dengan asal daerahnya.
Lantas, dari mana kata batik tersebut berasal? Batik pada mulanya berasal dari kata “amba” yang mempunyai arti menulis dan “nitik” atau titik yang bisa diartikan membuat titik atau gambar.
Table of Contents
Macam Motif Batik di Indonesia
Dalam perkembangannya ada berbagai ragam jenis batik yang tersebar di Indonesia. Ragam-ragam motif batik pada umumnya bergantung pada ciri khas maupun keyakinan di tiap-tiap daerah asalnya. Berikut 10 motif batik populer dari berbagai daerah yang berhasil kami rangkum dari berbagai sumber:
1. Motif Batik Tujuh Rupa (Pekalongan)
Motif batik tujuh rupa yang berasal dari Pekalongan ini sangat kental dengan nuansa alam. Pada umumnya, batik pekalongan menampilkan berbagai bentuk motif dengan gambar hewan maupun tumbuhan. Berbagai motif tersebut diambil dari berbagai macam campuran kebudayaan lokal dengan kebudayaan dari etnis Cina.
Pasalnya, pada zaman dahulu Pekalongan merupakan tempat transit para pedagang yang berasal dari berbagai negara. Sehingga, akulturasi budaya tersebut yang menjadikan batik Pekalongan memiliki ciri khas yang berhubungan dengan alam, khususnya motif buketan, motif jlamprang, motif semen, motif terang bulan, motif lung-lungan, dan motif pisan bali.
2. Motif Batik Sogan (Solo)
Motif batik sogan telah ada sejak masa nenek moyang suku Jawa beberapa abad yang lalu. Batik ini, memiliki warna dominan, yakni warna cokelat muda dan mermpunyai motif yang khas, yaitu gambar bunga dengan aksen titik-titik maupun lengkungan garis.
Pada mulanya, batik sogan hanya dikenakan oleh raja-raja di Jawa khususnya keraton kesultanan Solo. Akan tetapi, sekarang batik sogan bisa dipakai oleh siapapun, baik warga keraton maupun warga biasa.
3. Motif Batik Gentongan (Madura)
Motif gentongan dapat dikatakan berbeda dengan batik yang lainnya. Pasalnya, batik yang berasal dari Madura ini memakai motif abstrak sederhana, tanaman, maupun kombinasi dari keduanya. Warna batik gentongan pada umumnya menggunakan warna yang terang seperti merah, hijau, kuning, atau ungu. Kata gentongan sendiri diambil dari asal kata gentong, yaitu kerajinan gerabah yang digunakan sebagai tempat untuk mencelupkan kain batik ke cairan warna.
4. Motif Batik Mega Mendung (Cirebon)
Motif batik mega mendung merupakan motif batik yang cukup sederhana, tetapi memberi kesan yang mewah. Motif mendung di langit mega dengan nuansa warna cerah inilah yang menjadikan batik mega mendung sangat cocok digunakan baik oleh orang tua maupun anak muda, baik laki-laki maupun perempuan.
5. Motif Batik Keraton (Yogyakarta)
Motif batik keraton adalah motif batik yang berasal dari kebudayaan Jawa yang kental akan sistem kekeratonan atau kesultanannya. Batik keraton ini merupakan lambang dari kearifan, kebijaksanaan, serta kharisma dari raja-raja Jawa. Pada mulanya, batik yang berasal dari Yogyakarta ini hanya boleh digunakan oleh warga keraton saja, tetapi sekarang sudah umum digunakan oleh siapa saja.
Ciri khas dari motif batik keraton, yaitu motif bunga yang simetris atau sayap burung yang dikenal dengan nama motif sawat lar. Motif ini dapat dikatakan sebagai motif yang paling banyak dipakai baik oleh orang lokal maupun orang mancanegara.
6. Motif Batik Simbut (Banten)
Motif batik simbut adalah motif batik yang gambarnya menyerupai bentuk daun talas. Motif batik simbut adalah motif yang paling sederhana, hanya merapikan serta menyusun satu jenis motif saja. Motif simbut adalah motif batik yang berasal dari suku Badui pedalaman di daerah Jawa Barat yang kental dengan peradaban lama.
Meski demikian, seiring dengan berjalannya waktu, para penduduk dari suku Badui yang memperoleh modernitas mengembangkan batik ini di daerah pesisir Banten. Sehingga batik motif simbut juga dikenal dengan nama batik banten.
7. Motif Parang (Pulau Jawa)
Parang berasal dari kata pereng atau yang berarti miring. Bentuk motif parang berbentuk menyerupai huruf “S” yang miring berombak dan memanjang.Motif parang ini dapat dengan mudah ditemukan di hampir seluruh pulau Jawa, mulai dari Jawa Tegah, Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Umumnya, perbedaan dari batik ini hanya terletak dalam aksen dari batik motif parang tersebut. Misalkan, di Yogyakarta terdapat motif parang rusak dan motif parang barong, di daerah Jawa Tengah terdapat motif parang slobog, dan di daerah Jawa Barat terdapat motif parang klisik.
8. Motif Kawung (Jawa Tengah)
Batik morif kawung adalah motif batik yang terinspirasi dari bentuk buah kolang kaling. Bentuk buah kolang kaling yang lonjong tersebut disusun pada empat sisi dan membentuk lingkaran. Motif kawung kerap diidentikan dengan motif yang sepuluh atau kuno, karena bentuk dari motif tersebut yang bulat dengan lubang ditengahnya.
Motif ini berasal serta berkembang di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Meskipun berasal dan berkembang dari daerah yang berbeda, tetapi motifnya sama dan perbedaannya hanya dapat ditemukan pada hiasan atau aksennya saja. Batik ini juga dapat dikatakan sebagai motif batik Indonesia yang paling banyak digunakan.
9. Motif Pring Sedapur (Magetan)
Motif batik pring sedapur mempunyai ciri khas yang elegan dan sederhana. Motif yang digunakan adalah motif dengan gambar menyerupai bambu, sehingga kerap disebut juga sebagai batik pring.
Batik motif ini tak hanya indah dalam kesederhanaan motifnya, tetapi juga mempunyai filosofi yang sederhana. FIlosofi dari bambu memberikan makna ketentraman, kerukunan dan keteduhan. Disamping itu, bambu atau pring juga mempunyai filosofi yang mendalam bagi warga suku Jawa, yaitu apa saja yang ada di dalam diri kita haruslah memberikan manfaat untuk orang lain, sejak lahir hingga tutup usia.
10. Motif Priyangan (Tasik)
Motif batik priyangan mempunyai bentuk motif yang terinspirasi dari tumbuhan. Perbedaannya dengan batik motif lain, tumbuhan yang digambar disusun dengan simetris nan rapi. Sehingga, tampak kesan elegan yang muncul dalam batik asal Tasik ini, baik dari corak warna maupun segi kerapiannya. Batik motif ini mempunyai warna yang terang, tetapi kalem dan tidak mencolok. Hal tersebut membuat batik dengan motif priyangan ini pantas untuk dipakai dalam suasana dan acara apa pun.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah batik Indonesia memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit serta penyebaran ajaran agama Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan, perkembangan batik banyak terjadi pada zaman Kesultanan Mataram, dan berlanjut pada zaman Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Keberadaan dari kegiatan batik yang paling tua berasal dari Ponorogo den masih bernama Wengker sebelum abad ke-7. Dari berbagai catatan, ditemukan penjelasan bahwa kerajaan di Jawa Tengah belajar mengenai batik dari daerah Ponorogo.
Oleh karena itu, batik-batik ponorogo memiliki motif yang cukup mirip dengan motif batik yang beredar di daerah Jawa Tengah, hanya saja batik Ponorogo yang dihasilkan pada umumnya memiliki warna yang hitam pekat atau juga disebut sebagai batik irengan karena memiliki kedekatan dengan unsur-unsur magis. Batik yang beredar di Jawa Tengah, pada mulanya merupakan motif batik ponorogo yang telah dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan dari Jawa Tengah.
Eksistensi dari batik ponorogo hingga abad ke-20 dapat dikatakan sebagai surga bagi para pembatik, karena produksi batik dari Ponorogo terbilang tinggi melampaui industri batik yang berada di Jawa Tengah maupun Yogyakarta yang lalu diambil oleh para pengepul batik dari Pekalongan dan Surakarta, pada masa itu upah pembatik di Ponorogo merupakan upah pembatik yang paling tinggi di Pulau Jawa.
Kesenian batik di Indonesia sudah dikenal sejak pada zaman Kerajaan Majapahit serta terus berkembang hingga kerajaan dan raja-raja yang berikutnya. Kesenian batik secara umum semakin meluas di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa pasca akhir abad ke-18 atau pada awal abad ke-19.
Teknik batik sendiri sudah diketahui sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu serta kemungkinan berasal dari Sumeria atau Mesir kuno. Teknik batik meluas di berbagai negara di Afrika Barat seperti Kamerun, Nigeria, dan Mali, dan di Asia, seperti India, Bangladesh, Sri Lanka, Iran, Thailand, Malaysia serta Indonesia.
Hingga pada awal abad ke-20, ada batik baru yang dihasilkan, yakni batik tulis. Batik cap baru dikenal seusai berakhirnya Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain dan digunakan sebagai pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan dari Indonesia pada zaman dahulu. Pada mulanya, kegiatan membatik merupakan kegiatan terbatas yang ada di dalam keraton dan batik yang dihasilkan, digunakan sebagai pakaian raja, keluarga pemerintah, serta para pembesar.
Oleh karena banyaknya para pembesar yang berada di luar keraton, menjadikan kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dibuat di tempat barunya masing-masing. Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian batik ini banyak ditiru oleh rakyat jelata dan semakin meluas. Pada akhirnya, perkerjaan membatik menjadi pekerjaan dari kaum ibu rumah tangga yang membatik untuk mengisi waktu luang.
Bahan-bahan pewarna yang digunakan pada waktu membatik terbuat dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang diolah sendiri, antara lain: pohon mengkudu, soga, dan nila. Bahan sodanya terbuat dari soda abu, sedangkan untuk garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Sejarah Lahirnya Hari Batik Nasional
Sebagai bangsa Indonesia, tentu kita harus bangga mempunyai batik sebagai warisan budaya dari nenek moyang. Bahkan, kerap kali kita melihat keributan di internet mengenai hak milik batik dengan negara tetangga. Padahal, kalian tidak perlu repot meributkan hal tersebut, lho!
Hal tersebut dikarenakan, UNESCO telah memberikan pengakuan internasional kepada batik sejak 2 Oktober 2009 sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia. Sejak pada saat itu, maka tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Batik Nasional.
Bahkan, disebutkan bahwa pada tahun 2015, batik sudah menjadi mata pencaharian utama bagi 47.775 UKM di Indonesia serta 199.744 orang yang melakoni profesi sebagai pengrajin, desainer, dan penjahit.
Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia kita diharapkan untuk selalu melestarikan warisan budaya Indonesia yang satu ini. Terlebih lagi, sejumlah instansi, kini, mewajibkan penggunaan batik di acara-acara tertentu, Grameds! Keren banget, ya!
Baca juga:
- Ragam Jenis Batik Berdasarkan Cara Membuatnya
- Memperingati Hari Batik Nasional dengan Membatik di Atas Kue
- Jangan Sampai Salah Pilih Motif Saat Memperingati Hari Batik Nasional!
- Bahan Kain Katun Rayon: Kekurangan, Kelebihan, dan Cara Merawat
- Jenis Kain Untuk Dress yang Paling Banyak Dicari
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien