in

Review Novel Metropop: Mencari Simetri Karya Annisa Ihsani

Metropop: Mencari Simetri merupakan sebuah novel karya Annisa Ihsani. Dapat dilihat dari judulnya, novel ini menjadi salah satu novel yang masuk ke dalam kelompok MetroPop, yakni cerita yang latarnya kehidupan metropolitan. Buku dengan total 244 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Agustus 2019.

Novel ini berfokus pada April. Saat ini, terhitung sudah enam tahun lamanya April duka kepada Armin, tetapi dia tetap tak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mereka tidak pacaran, tetap juga bukan sekadar teman. Situasi yang sungguh menyebalkan.

Menjelang usianya yang ke-29, April mulai kehilangan arah. April memiliki karier yang nyaman, tetapi tidak dapat dibanggakan. Saat ia masih mau hang out, kebanyakan temannya sudah sibuk dengan keluarganya masing-masing. Bahkan, kehadiran Lukman yang menawarkan hubungan yang serius juga tidak mampu menimbulkan percikan rasa di hatinya.

Ditambah lagi, ayahnya mulai bersikap aneh dengan terus-menerus melupakan hal kecil. Sebenarnya, hidup seperti apa yang April cari? Apakah April akan terus menunggu balasan cinta dari Armin atau akhirnya akan menerima kemapanan bersama Lukman?

Bisakah April menemukan apa yang ia inginkan? Supaya Grameds bisa mendapatkan gambaran yang lebih banyak akan kisah April, baca artikel ulasan ini sampai selesai ya!

Profil Annisa Ihsani – Penulis Novel Metropop: Mencari Simetri

Holiday Sale

Annisa Ihsani merupakan seorang ilmuwan komputer, tetapi ia sudah meninggalkan profesinya itu. Setelah menyelesaikan studi Masternya, ia mulai menjadi seorang penulis. Hingga saat ini, ia masih ragu apakah itu menjadi keputusan yang bijak.

Namun, melihat dari banyaknya karya Annisa Ihsani, karier kepenulisannya terbilang sukses. Adapun beberapa karyanya yang sudah berhasil diterbitkan, yaitu Teenlit: Teka-Teki Terakhir (2014), Young Adult: A untuk Amanda (2016), Teenlit: A Hole In The Head (2017), dan Metropop: Mencari Simetri (2019). Selain itu, Annisa juga merupakan seorang penulis komunitas untuk The Jakarta Post.

Sinopsis Novel Metropop: Mencari Simetri

Sita, temanku, pernah berkata bahwa semua orang memiliki sosok Armin mereka sendiri. Sebelum aku sempat bertanya mengapa ia memakai nama Armin seperti sebutan serbaguna, Sita melanjutkan,

“Kau tahu bahwa orang yang menghubungimu setiap hari, mengajakmu jalan bersama, kadang-kadang memegang tanganmu, tetapi tidak pernah benar-benar menjadi pacarmu.”

Tapi, Armin tak pernah memegang tanganku. Namun, benar memang jika dia selalu mengangguku setiap saat. Hari ini, contohnya, tiba-tiba saja dia muncul di mejaku dan menanyakan bahan apa yang harus dia pilih untuk wadahnya, tanpa menjelaskan konteks apa yang dia maksud.

Ternyata, ia mau beli blender untuk kado pernikahan kakaknya, dengan alasan siapa tahu kakaknya mau membuat smoothie keren seperti yang ada di postingan Instagram-ku. Aku pun menjawab, “Beritahu kakakmu supaya jangan lupa kasih hashtag #cleaneat dan #soulfood.”

Armin menyahut, “Kau belum menjawab pertanyaanku. Jadi bahan apa? Plastik atau stainless steel atau besi? Perlu level kecepatan berapa? Lima? Atau tiga saja sudah cukup?”. Belum selesai, “Apa aku perlu beli yang ada safety lock? Sejak kapan membeli blender jadi sesulit ini?”

“Yang mana saja, tak banyak bedanya”, jawabku. Armin malah menegaskan untuk membantunya supaya tidak salah pilih. Ia takut kalau dia terlanjur membeli blender, tetapi ada blender yang lebih baik, yang menunggu untuk dibeli. Perkenalkan, Armin sang tukang memperumit situasi.

Kataku, “Kau tidak butuh blender terbaik. Pilih saja blender biasa yang cukup baik untuk menghancurkan makanan.” Armin terlihat mengernyit, lalu menjawab, kenapa aku harus puas dengan yang cukup baik jika aku mampu mendapatkan yang terbaik?”

Balasku, “Kenapa kau harus repot-repot mencari yang terbaik jika bisa menemukan yang cukup baik?”. Armin tidak menjawab lagi, walaupun aku ragu kalau itu akibat dia mendengarkan argumenku. Sebab, Armin tak pernah mendengarkan argumenku. Bahkan, Armin hampir selalu saja melakukan hal yang sebaliknya dari yang aku sampaikan.

Aku bertemu dengan Armin pada hari pertamaku masuk kerja. Sejak itu, aku tahu dia akan menjadi masalah. Aku berharap tak perlu berurusan langsung dengannya, karena aku yakin bahwa aku akan suka padanya. Dia adalah cowok yang seperti perwujudan nyata dari impianku. Ia sangat pintar, sangat lucu, dan memiliki senyum hangat yang tak pernah gagal meluluhkan hati, tetapi memiliki pacar yang hampir sempurna di sisinya.

Aku bekerja di divisi Marketing, sedangkan dia di bagian IT. Hal ini cukup mengabulkan harapanku, di mana aku memang tak harus banyak berurusan dengan dia. Selalu menyenangkan kalau aku kebetulan berpapasan dengannya di pantry, dan dia melayangkan senyum kepadaku. Terlepas dari itu, tak pernah ada interaksi lain di antara kami berdua.

Aku paham bahwa dia jauh berada di luar jangkauanku. Namun, setelah setahun berlalu, dalam suatu acara perusahaan, kami mulai berbincang. Aku kemudian mengetahui bahwa dia sudah putus dengan pacarnya. Percakapan kami pun berlanjut ke chat pribadi, dan untuk pertama kalinya, aku membiarkan diriku menganggap bahwa mungkin, hanya mungkin, kami mempunyai koneksi istimewa.

Sayangnya, sudah enam tahun berjalan, dan kami masih begini-begini saja. Jadi, mungkin koneksi istimewa itu hanya ada dalam imajinasiku saja. Armin kemudian menawarkan aku untuk mencari bubur ayam, lalu mengatakan bahwa ia belum sarapan, sedangkan aku mungkin sudah kenyang dengan sarapan sehatku.

Aku hanya bisa mengangkat bahu. Aku bisa saja makan bubur, karena yang aku tidak bisa lakukan adalah menolak Armin. Kami pun berakhir makan bubur ayam. Armin tiba-tiba berkata, “Apa kau akan update di Instagram-mu? Karena sekarang ini, dua ribu pengikutmy menyangka kau sarapan smoothie mangga dan pepaya dengan biji-bijian.”

Aku meralatnya, “Chia seeds, dan sudah bertambah jadi 2021 pagi ini”. Armin hanya memiliki dua puluh followers, dan setengah di antaranya adalah keluarganya. “Lagi pula, ini terhitung sebagai makan siang.” Armin mengaduk buburnya, kebiasaan yang tak pernah kumengerti, karena membuat kerupuk jadi basah dan melempem.

“Ck, ck. Ini alasannya aku tak pernah percaya apa yang ditulis orang di media sosial mereka. Sebab, selalu saja ada cerita lain di balik wajah-wajah bahagia itu”, kata Armin. Aku menjawab, “Jadi menurutmu, orang-orang yang tampil di media sosial itu sebenarnya sengsara?”

Armin menjelaskan bahwa ia tidak berpikir mereka sengsara, hanya saja pasti selalu ada cerita lain. Dia kemudian memerhatikan aku sembari menyuap satu sendok besar bubur. Kemudian, ia mengulum senyum dan menambahkan, “Seperti yang itu”.

Dan aku tentunya memalingkan wajah, karena aku tidak mampu lama-lama memandanginya. Bagiku, rasanya seperti sedang melihat matahari yang sangat menyilaukan. Aku tak percaya bahwa aku baru saja berpikiran begitu, karena usiaku hampir 29, bukan dua belas lagi.

Biar aku jelaskan saja, aku tidak melewatkan enam tahun terakhir ini dengan terus-terusan mengharapkan Armin. Ada waktu-waktu tertentu juga saat dia turun ke urutan paling bawah dalam daftar hal-hal yang aku pikirkan. Selama itu, aku pernah pacaran dengan orang lain dan dia juga begitu.

Akan tetapi, setiap kali aku yakin dia telah benar-benar menghilang dari wilayah romantisku, entah dalam satu atau seribu cara, dia selalu kembali lagi. Dia selalu menawan, dan aku selalu tidak berdaya menghalaunya.

Kalau boleh jujur, di penghujung usiaku di kepala dua ini, aku mulai merasa lelah. Saat aku mengeluhkan ini kepada Sita, dia mengatakan bahwa  hubunganku dengan Armin yang terus seperti ini tak akan pernah berakhir, karena hubungan ini bahkan tak pernah dimulai. Aku tidak bisa mengakhirinya karena memang tidak ada yang bisa diakhiri. Jadi, aku akan menghabiskan sisa hidupku terlunta-lunta mengharapkannya.

Itu dia situasi yang dihadapi April, seorang wanita berumur 29 tahun yang memiliki pekerjaan nyaman, dan sudah 6 tahun lamanya memendam perasaan kepada Armin, rekan kerjanya. Hubungan mereka sangat rumit, April selalu saja mengharapkan Armin. Saat dia ingin move on, Armin selalu memiliki cara untuk merebut perhatiannya kembali.

Tak hanya lelah dengan situasi hatinya, April juga lelah menghadapi sang ayah yang semakin lama semakin aneh. Tak ada yang mengganggap penting saat ayahnya mulai melupakan hal-hal sepele, seperti kata-kata umum yang sulit terucap, mematikan microwave, dan sebagainya. Sedangkan, ibunya memiliki kesibukan untuk mengurus neneknya di Semarang.

Dan, sang kakak sibuk dengan dirinya sendiri. Ditambah lagi, sahabatnya mulai menjauh, karena mempunyai kesibukan sendiri untuk menemukan teman lain yang sesuai dengan kehidupannya sekarang.

Muncul sedikit harapan saat Lukman hadir di tengah hidup April yang mulai kehilangan arah. Mantan rekan kerjanya itu tidak pantang menyerah untuk mendekati dirinya. Apakah kehadiran Lukman akan mengusir rasa lelah dalam hati dan juga beban emosi dalam dirinya? Apakah hidup April akhirnya bisa simetris dengan berbagai masalah yang terus menghampirinya?

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Metropop: Mencari Simetri

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini menawarkan kisah yang menggambarkan dunia masa kini, mulai dari latarnya, premis ceritanya, juga konflik yang diangkat.
  • Seluruh konflik yang disajikan dalam novel ini dinilai sangat realistis dan nyata terjadi kepada banyak perempuan di kehidupan sehari-hari.
  • Latar tempat yang digunakan dapat dibayangkan dengan mudah dan terasa dekat, karena novel ini menggambarkan kota metropolitan yang nyata.
  • Karakter yang dibangun dalam kisah ini juga realistis, cerdas, sinis, dan penuh warna.
  • Ditulis dengan bahasa yang baku yang mudah untuk dimengerti dan tidak membosankan.
  • Penulis menyelipkan beberapa bagian yang lucu dengan sarkasme yang tepat.
  • Novel ini bisa memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah hidup di berbagai bidang.
  • Membaca novel ini juga mampu membuat pembaca bisa berpikir kritis dengan berbagai penyelesaian konflik dan transformasi ilmu yang ada dalam cerita ini.
Cons
  • Beberapa pembaca merasa bahwa membaca novel ini bagaikan mendengarkan cerita orang yang selalu mengeluh dengan kepahitan hidupnya.
  • Bagian hubungan April dengan Lukman dinilai diceritakan terlalu cepat dan porsi ceritanya kurang.

Kelebihan Novel Metropop: Mencari Simetri

Dari sinopsis di atas, Grameds mungkin sudah menemukan bahwa cerita ini sangat relate dengan situasi yang sering ditemukan di masa ini. Novel ini memang menawarkan kisah yang menggambarkan dunia masa kini, mulai dari latarnya, premis ceritanya, juga konflik yang diangkat.

Seluruh konfliknya yang disajikan dalam novel ini dinilai sangat realistis dan nyata terjadi kepada banyak perempuan di kehidupan sehari-hari. Mulai dari tentang pekerjaan tanpa pencapaian bermakna, tak pernah mendapat prestasi, sudah terlalu nyaman dengan situasi yang ada, dan tak pernah membuat orangtua bangga. Selain konflik pekerjaan, ada juga konflik romansa, pertemanan, dan keluarga, yang juga realistis.

Kemudian, latar tempat yang digunakan juga dapat dibayangkan dengan mudah, karena novel Metropop ini menggambarkan kota metropolitan yang nyata. Tidak ada setting imajiner dalam novel ini. Maka itu, pembaca bisa merasa dekat dengan kisah ini.

Karakter yang dibangun dalam kisah ini juga realistis, cerdas, sinis, dan penuh warna. Secara khusus April, yang dinilai sebagai gambaran banyak perempuan yang sedang mengalami quarter-life crisis atau third-life crisis. Sedangkan, karakter Armin sangat menyegarkan denganisi kepalanya yang sangat tidak tertebak dan cenderung nyeleneh.

Bagi Grameds yang sudah pernah membaca beberapa karya Annisa Ihsani, Anda pasti akan menemukan bahwa penulis konsisten dengan selalu menggunakan gaya bahasa yang baku. Meskipun begitu, pemilihan kata yang dilakukan Annisa dinilai tepat, karena bahasa yang baku ini mudah untuk dimengerti dan tidak membosankan.

Ditambah lagi, penulis juga menyelipkan beberapa bagian yang lucu dengan sarkasme yang tepat. Hal ini membuat kisah yang penuh dengan konflik ini menjadi segar dan seru.

Secara lebih jauh, novel ini bisa memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah hidup di berbagai bidang. Novel ini juga mengingatkan bahwa tak apa-apa untuk menjadi orang biasa saja, dan tak apa-apa kalau hidup belum seimbang.

Membaca novel ini juga mampu membuat pembaca bisa berpikir kritis dengan berbagai penyelesaian konflik dan transformasi ilmu yang ada dalam cerita ini. Pembaca bisa mempunyai banyak pandangan baru setelah membaca novel ini.

Kekurangan Novel Metropop: Mencari Simetri

Selain memiliki kelebihan, novel Metropop: Mencari Simetri ini juga masih memiliki kekurangan. Beberapa pembaca merasa bahwa membaca novel ini bagaikan mendengarkan cerita orang yang selalu mengeluh dengan kepahitan hidupnya. Walaupun kepahitan itu relate, tetapi dinilai terlalu banyak dan bisa memberikan kesan yang terlalu negatif terhadap hidup.

Lalu, bagian hubungan April dengan Lukman dinilai diceritakan terlalu cepat. Juga, porsi cerita tentang hubungan Lukman dan April dinilai terlalu kecil, sehingga Lukman terkesan sebagai tokoh selingan saja, padahal memiliki peran yang cukup besar dalam cerita ini.

Pesan Moral Novel Metropop: Mencari Simetri

Dari kisah Metropop: Mencari Simetri, kita bisa belajar bahwa hendaknya kita bisa merasa cukup akan segala sesuatu. Sebab, manusia memang memiliki kecenderungan untuk tidak pernah puas, yang bisa mendorong kepada hal-hal buruk. Dengan merasa cukup dan puas dengan pencapaian atau apa yang kita miliki, kita bisa belajar untuk mensyukuri apa yang ada.

Kisah ini juga mengajarkan kita untuk bisa mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Prioritaskan diri sendiri sebelum menjadikan orang lain prioritas. Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan akan bisa dirasakan ketika sudah mampu mengenal dan menerima diri sendiri.

Kisah ini juga mengajarkan kita untuk memandang komitmen sebagai sebuah hal yang paling penting. Sebab, cinta sejatinya bisa datang dan pergi. Namun, komitmen yang membuat Anda bisa tetap bertahan untuk tetap bersama-sama dengan pasangan sampai selama-lamanya.

Bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang keluarga, karier, dan segala hal yang kita lakukan. Komitmen akan menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dan apa yang kita lakukan. Komitmen akan menjaga kita dari kata menyerah pada keadaan.

Kisah ini juga mengingatkan bahwa kita tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang, dan itu tidak apa-apa. Jangan hidup untuk orang lain. Hidup untuk dirimu sendiri, demi dirimu sendiri.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel Metropop: Mencari Simetri karya Annisa Ihsani. Penasaran akan kelanjutan kisah April? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Selamat membaca!

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rating: 3.60

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy