Grameds, pernahkah kalian mendengar atau membaca tentang filosofi ‘Wabi Sabi’? Istilah tersebut diperkenalkan oleh negara Jepang yang menggambarkan antara ketidaksempurnaan dan ketidakabadian dalam hidup. Wabi sabi adalah bagaimana seseorang melihat kehidupan dengan membawa efek kedamaian sekaligus menenangkan hati dan jiwa.
Salah satu buku karya Beth Kempton mengupas tuntas konsep wabi sabi di dalam bukunya yang berjudul Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan. Pembaca akan menemukan pelajaran dan kutipan menarik yang bisa dipetik di dalam buku ini seperti “Berpuaslah dengan lebih sedikit”, “Saya tidak memiliki semuanya, tetapi saya tidak perlu memiliki semuanya, saya memiliki cukup”, dan masih banyak lagi.
Bagi pembaca yang menyukai genre self-help mungkin akan terbantu dengan memahami apa saja yang disampaikan oleh penulis seputar kehidupan. Tidak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak review buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan dan profil dari Beth Kempton di bawah ini sampai selesai ya!
Table of Contents
Mengenal Beth Kempton, Penulis Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Ada pepatah Zen mengatakan bahwa “setiap hari adalah hari yang baik”.
Penulis buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Beth Kempton merupakan sosok ahli Jepang dan penulis swadaya terlaris dan mentor penulis, yang telah menerjemahkan bukunya ke dalam 24 bahasa. Ia menyukai pelajaran hidup dan gagasan filosofis yang terkubur di dalam budaya, kata, dan ritual Jepang. Perlu diketahui juga, Beth Kempton adalah ibu dari dua gadis kecil yang mengisi kegembiraannya setiap hari.
Beth memiliki dua gelar dalam bahasa Jepang dan telah menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun untuk tinggal dan bekerja di Jepang. Ia menganggap Jepang adalah rumah keduanya. Selama bertahun-tahun itu, ia fokus mempelajari pembuatan kertas Jepang, merangkai bunga, membuat tembikar, pembuatan noren, kaligrafi, upacara minum teh, dan tenun-menenun.
Berdasarkan pengalamannya tersebut, Beth berhasil menciptakan cinta yang mendalam terhadap negara sekaligus pemahaman langka mengenai nuansa Jepang dan bahasa Jepang. Ia berhasil menghirup keajaiban dan misteri Jepang yang telah dipengaruhi oleh filosofi dan estetika selama lebih dari dua dekade.
Tidak hanya itu saja, Beth juga dikenal sebagai seorang guru yoga berkualifikasi dan Master Reiki yang dilatih di Tokyo. Ia memiliki kecanduan terhadap coklat dan alat tulis Jepang yang tidak dapat disembuhkan. Beth menjalani kehidupan lambat (konsep Wabi Sabi) di dekat laut Devon, Inggris. Buku kelimanya yang berjudul Kokoro: Japanese Wisdom for a Life Well-Lived merupakan buku terlaris sebelum buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan.
Alur Buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Majalah Sunday Times STYLE mengemukakan bahwa bacaan dari buku ini benar-benar transformatif. Jessica Seaton, salah satu pendiri Toast dan penulis Gather, Cook, Feast juga menyetujui kalau buku ini benar-benar diperlukan oleh banyak orang. Bagaimana tidak? Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan Karya Beth Kempton merupakan sebuah buku yang mengambil inspirasi dari kearifan lokal negara Jepang selama berabad-abad. Pembaca akan memahami cara memandang dunia baru yang unik dan mengesankan.
Wabi sabi (“wah-bi sah-bi” ) adalah kesenian dan filosofi estetika dari negara Jepang, untuk mencari keindahan dalam bentuk ketidaksempurnaan, kesederhanaan, cara menghargai, dan menerima sifat sementara dari segala waktu. Saat ini, manusia dihadapi oleh tantangan hidup dan mencari makna di luar materialisme. Wabi sabi berperan penting terhadap kearifan abadi menjadi lebih relevan dari sebelumnya sehingga berkembang seiring berjalannya waktu.
Sesuai dengan judulnya, buku ini mengupas lebih dalam seputar tiga realitas sederhana konsep Wabi Sabi, yaitu: hal-hal kehidupan tidak ada yang dapat bertahan, tidak ada yang selesai, dan tidak ada kesempurnaan. Masyarakat sering mengartikan Wabi Sabi sebagai rasa damai dan perubahan alami kehidupan. Konsep Wabi Sabi menghargai keindahan dengan cara menerima fakta bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal.
Pada abad ke-14, kesepian dan kesendirian tidak diartikan sebagai sifat buruk tetapi dipandang menjadi kebebasan dan kebijaksanaan. Ketidaksempurnaan di dalam perkembangan hidup, perlu dirangkul agar setiap manusia memahami bahwa tidak ada namanya keabadian. Di Jepang, konsep Wabi Sabi terus berkembang seiring dengan perkembangan dan berjalannya waktu. Wabi dihubungkan dengan kesepian dan kesendirian yang dialami oleh pertapa di wilayah terpencil sedangkan Sabi adalah hubungan antara noda atau berkarat sehingga menunjukkan perkembangan alamiah.
Wabi Sabi menghubungkan kembali dunia dengan alam sekaligus menjadi penangkal bagi dunia yang serba cepat. Manusia akan melambat dan lebih bersikap baik pada dirinya sendiri sehingga segala sesuatu terlihat sederhana dan berfokus pada hal-hal penting.
Review Buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Tren gaya hidup minimalis sudah menjadi suatu kebiasaan dan tradisi bagi masyarakat Jepang sehingga menginspirasi banyak orang dan patut dicontoh. Konsep ‘Wabi Sabi’ sudah lama tertanam sejak dini dan masyarakat Jepang sering melakukannya setiap hari. Namun, mereka sulit mengartikan esensi atau makna dari wabi sabi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Penulis buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Beth Kempton berhasil mendefinisikan wabi sabi secara sederhana sehingga pembaca dapat memahami maknanya dengan cukup baik. Wabi sabi seperti cinta yang dimana setiap orang bisa merasakan sekaligus memahaminya dengan pengalaman yang berbeda-beda.
Pada awal pembahasan, buku ini memberikan pengalaman menarik seputar terapi hutan untuk menyatukan manusia dengan alam. Makna wabi sabi memiliki keterikatan yang kuat dengan alam sehingga terapi hutan dianggap lumrah dan wajar. Terapi hutan merupakan suatu kegiatan dengan cara menghirup udara segar, merasakan tekstur daun atau kulit pohon, melihat keindahan langit, dan sebagainya. Hal ini akan membantu seseorang untuk merasakan tempo hidup lambat dan meningkatkan rasa bersyukur.
Selain itu, gaya hidup minimalis ala konsep wabi sabi juga dijelaskan dengan penuh keunikan. Misalnya saja, mendekorasi ruangan seminim mungkin dan menggunakan barang-barang multifungsi. Nuansa alam seperti meletakkan vas bunga di dalam ruangan juga dapat memberikan pengaruh besar di dalam hidup seseorang.
Secara garis besar, buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan karya Beth Kempton memberikan pandangan menarik seputar kehidupan sederhana dan mencari kebahagiaan. Melalui buku ini, pembaca akan diingatkan kembali dengan ketidaksempurnaan dan ketidakabadian sehingga dapat bebas dari tekanan dan penilaian orang lain.
Detail buku:
Judul buku: Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Nama penulis: Beth Kempton
Jumlah halaman: 300
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit: 30 Juni 2019
Berat: 0.2 kg
ISBN: 9786020629988
Lebar: 13.5 cm
Panjang: 20 cm
Bahasa: Indonesia
Kelebihan dan Kekurangan Buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan
Buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan yang ditulis oleh Beth Kempton mendapatkan nilai 3.92 bintang dari pembaca situs Good Reads. Berdasarkan opini pribadi, novel ini memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang sudah tertera pada tabel di atas.
Pertama, buku ini memiliki kelebihan seperti desain sampul untuk menarik perhatian pembaca dengan menerapkan gaya seni ala Jepang. Perpaduan warna yang mencolok memberikan ketenangan dan cukup mempesona. Buku ini berhasil mengundang pembaca untuk merenung dan mendalami apa yang disampaikan oleh penulis terkait pengetahuan Wabi Sabi sekaligus pengalamannya.
Tak hanya sampul bukunya, buku ini cukup menginspirasi pembaca untuk menjalani hidup dengan ketidaksempurnaan. Kutipan yang dicantumkan oleh penulis memiliki makna serta saran-saran berguna tentang mencapai ‘wabi sabi’ dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hal-hal kecil mampu membawa kegembiraan bagaimana seseorang memandang hal tersebut secara berbeda dan cara menghadapinya.
Hidup tidak ada yang sempurna sepanjang waktu, sehingga seseorang tidak perlu mencapai gaya hidup fantasi di dunia ini. Pesan yang dikemukakan oleh penulis seperti memancarkan cara hidup orang-orang Jepang dengan kedekatan alam. Menurutnya, kecepatan hidup yang lebih lambat akan membawa kebahagiaan dibandingkan hidup lebih cepat. Dalam hidup lambat, masyarakat kerap melalui hal-hal kecil yang terkadang tidak diperhatikan atau diabaikan sama sekali.
Penulis juga memberikan cerita pengalaman pribadi seputar kehidupan di Jepang dari hari ke hari. Terdapat wawasan dan petunjuk bermanfaat bagi pembaca untuk menjalani hidup secara berbeda dan mendapatkan kesenangan dari banyak hal yang ditemukan. Misalnya, tips decluttering atau menyingkirkan barang tidak terpakai sangat dibutuhkan oleh pembaca yang ingin belajar melepaskan sesuatu dengan lebih mudah. Wabi Sabi juga membahas seputar keuangan, pekerjaan, hubungan, dan rumah.
Kedua, buku ini membahas seputar konsep wabi sabi yang cukup unik dan sudah diteliti dengan sangat baik. Namun, kekurangan pada buku Wabi Sabi dapat terlihat dari diksi dan gaya penulisan yang terkadang membingungkan pembaca untuk mengartikan intisari di dalamnya. Pada bab pertama, buku Wabi Sabi dimulai dengan deskripsi yang menarik perhatian tetapi agak terbata-bata saat penyampaian ekses swadaya sehingga cenderung membosankan.
Selain itu, penulis terlalu banyak mencantumkan proyek, situs, dan koneksi sehingga tidak berfokus dan konsisten terhadap penjelasan yang sedang disampaikan. Buku ini juga cenderung memiliki alur yang lambat, sehingga pembaca merasa kesulitan untuk menyelesaikannya sampai tuntas.
Penutup
Nah, itu dia buku Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan karya Beth Kempton yang sudah dipaparkan di atas. Jika Grameds tertarik untuk membaca dan membeli buku-buku karya Beth Kempton lainnya, maka Grameds bisa langsung mendapatkannya dengan cara mengunjungi laman gramedia.com.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia menyediakan berbagai macam jenis buku yang diperlukan oleh Grameds, lho. Dijamin original dan tentunya berkualitas. Jangan lewatkan promo diskon menarik dari Gramedia.com selama periode berlangsung. Yuk, beli sekarang sebelum kehabisan!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Nama penulis: Riva Destira Ramadhani
Rujukan:
- https://www.gramedia.com/products/wabi-sabi-menemukan-keindahan-dalam-ketidaksempurnaan?queryID=3435555cd3a142f4f7fc7f9a53787a87
- https://www.goodreads.com/book/show/39692401-wabi-sabi
- https://bethkempton.com/about/
- Review Buku Aku Lala Padamu
- Review Buku Alasan untuk Tetap Hidup
- Review Buku Anak-Anak Tukang
- Review Buku Angsa dan Kelelawar
- Review Buku Beautiful Uncertainties
- Review Buku Belahan Jantungku
- Review Buku Berani Berubah Untuk Hidup Yang Lebih Baik
- Review Buku Chain of Iron
- Review Buku China’s Disruptors
- Review Buku Convenience Store Woman
- Review Buku Filosofi Teras
- Review Buku Hidup Sederhana: Hadir di Sini dan Saat Ini
- Review Buku In the Middle of Everything
- Review Buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar
- Review Buku Kakeibo
- Review Buku Kapan Nanti: Novel Terbaru Ziggy
- Review Buku Life as We Know It
- Review Buku Lord of The Darkwood
- Review Buku Marketing 4.0
- Review Buku Misteri Listerdale
- Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru
- Review Buku Pressure and Pleasure
- Review Buku Puisi Perihal Gendis
- Review Buku The Naked Traveler 8
- Review Buku Wabi Sabi
- Review Komik A Couple of Cuckoos
- Review Komik Blue Lock
- Review Komik Boruto
- Review Komik C.M.B.
- Review Komik Death Note
- Review Komik Fight Ippo
- Review Komik Haikyu!!
- Review Komik Love, Blob
- Review Komik Mashle
- Review Komik My Hero Academia
- Review Komik Q.E.D IFF
- Review Komik Ruler of The Land
- Review Komik Spy x Family
- Review Komik The King's Beast
- Review Komik Tomie Part 2 Karya Ito Junji
- Review Novel After All This Time Karya Ollyjayzee
- Review Novel Agaskar
- Review Novel Ayah dan Sirkus Pohon
- Review Novel Buku Catatan Josephine (Crooked House)
- Review Novel Dari Aku yang Hampir Menyerah
- Review Novel Eknath
- Review Novel Enola Holmes #6: Kasus Perpisahan Gipsi
- Review Novel Fickle and Brittle
- Review Novel Ghosting Writer
- Review Novel Hingga Ujung Cakrawala
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Kipas Merah Muda Misterius
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes - Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Kuliner Aruna dan Lidahnya
- Review Novel Lebih Senyap dari Bisikan
- Review Novel Lelaki di Sudut Cafe
- Review Novel Mata dan Manusia Laut
- Review Novel Mata dan Nyala Api Purba
- Review Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi
- Review Novel Pantai Pesisir
- Review Novel Pembunuhan di Teluk Pixy
- Review Novel Poempm
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 2: That Which Connects Souls
- Review Novel Pulang
- Review Novel Putri Cina
- Review Novel Rumah Hujan
- Review Novel Rewrite My Heart
- Review Novel Salju Pertama di New York
- Review Novel Saman
- Review Novel Semua Ikan di Langit Karya Ziggy Z
- Review Novel Series American Royals 1
- Review Novel Shine
- Review Novel Si Anak Savana
- Review Novel Solo Leveling 3
- Review Novel The Maltese Falcon
- Review Novel The Nightingale
- Review Buku The Taming of The Shrew
- Review Novel The Underling Purpose
- Review Novel Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
- Review Novel White Fang
- Review Novel Yakumo The Abyss Of A Soul
- Review Cursed Bunny
- Review Srimenanti