in

Review Novel Hijab for Sisters 4 Karya Triani Retno

Hijab for Sisters 4 – Hai Grameds! Kamu pernah membayangkan tidak kehidupanmu akan berubah karena kamu harus pindah ke pesantren? Atau kamu memang salah satu anak pesantren? Nah, dalam novel “Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren” ini adalah salah satu novel yang menceritakan tentang perubahan seorang remaja gaul, ia tiba-tiba harus beradaptasi dengan kehidupan baru di pesantren. Novel ini bergenre novel remaja Islami yang ditulis oleh Triani Retno, seorang penulis yang sudah menerbitkan 50 buku.

Tidak mudah ketika kita harus tiba-tiba hidup dalam lingkungan yang sebelumnya sama sekali tidak kita kenal, bukan? Namun begitulah adanya, Tasya, sebagai tokoh utama novel ini pun begitu. Bahkan ia sering membuat onar dan pemberontakan atas dirinya yang tidak menerima.

Bagaimana kehidupan Tasya di pesantren pada akhirnya? Apakah ia akan kabur atau malah berusaha menikmatinya? Untuk menemukan jawabannya, segera dapatkan novel ini di toko buku terdekat atau bisa kamu pesan melalui toko online Gramedia.com, ya!

Novel Hijab for Sisters ini banyak memiliki banyak series lain dengan cerita-cerita yang berbeda dan tentunya menarik. Banyak pesan moral yang akan didapatkan, terutama tentang kehidupan remaja. Untuk lebih lanjutnya, yuk baca dulu review singkat untuk novel Hijab for Sisters 4: Jadi Anak Pesantren.

Sinopsis Novel Hijab for Sisters 4 Karya Triani Retno A

Holiday Sale

Kamu belajar sungguh-sungguh, memperkaya dirimu dengan berbagai ilmu dan keterampilan, memperkaya batinmu dengan ilmu hikmah, kalau diniatkan karena Allah, karena mengikuti sunah Rasulullah untuk mencari ilmu, Insya Allah bernilai ibadah.” –Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren

Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren menceritakan tentang kehidupan seorang remaja bernama Tasya. Awalnya, Tasya adalah seorang anak dengan pergaulan bebas di kota yang sering nongkrong dengan teman-temannya. Namun, tiba-tiba segalanya berubah ketika Tasya harus tinggal di pesantren. Pesantren yang ditempatinya adalah tipe modern yang luas dan super lengkap.

Setelah lulus SMA, kehidupan Tasya sebagai anak gaul langsung berubah drastis. Ia harus menjalani kehidupan yang asing dan menjadi anak yang serba teratur. Bahkan, Tasya harus berbagi kamar dengan santri lain dan kamarnya yang dulunya luas berubah menjadi kamar yang sederhana.

Awalnya, Tasya sering melakukan pemberontakan di pesantren setelah menjadi santri. Ia sering melanggar aturan dan tidak bisa mengikuti kedisiplinan yang diberlakukan. Tasya mengalami pergulatan batin hari demi hari.

Di pesantren, Tasya juga bertemu dengan banyak orang baru. Di antara lingkaran pertemanannya, ada Dini, seorang anak kampung yang pintar tapi minderan, Sarah, seorang bule Jerman yang kesasar, dan Astri, seorang gadis dari Jakarta yang terkenal sebagai anak bar-bar dan suka manjat pohon.

Tentu saja, pertemanan Tasya dengan ketiga remaja tersebut tidak selalu mulus. Karena Dini, Sarah, dan Astri harus bisa menghadapi Tasya yang seenaknya sendiri. Pesantren seringkali dianggap sebagai penjara yang mewah oleh mereka. Dan Dini, yang awalnya Tasya anggap sebagai musuh, justru menjadi orang pertama yang benar-benar memahami perasaan Tasya.

Bagaimana kehidupan Tasya di pesantren? Apakah ia akan bertahan hidup di sana?

 

Review Novel Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren

Pros & Cons

Pros
  • Novel remaja Islami yang menceritakan tentang lika-liku kehidupan dan persahabatan di pesantren.
  • Ceritanya mengalir dan menghadirkan konflik yang tidak terlalu berlebihan.
  • Pengembarangan karakter yang baik, terutama saling memahami, saling menerima kekurangan, dan dapat dijadikan contoh untuk banyak kebaikan
Cons
  • Ketergantungan pada cerita klise, beberapa novel remaja islami mungkin memiliki pola cerita yang sudah banyak digunakan sebelumnya.

 

Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren karya Triani Retno adalah salah satu novel remaja islami yang menceritakan tentang kehidupan remaja yang semula gaul harus berjibaku dengan dunia pesantren dan juga tentang persahabatan yang semakin hari semakin terjalin dengan erat.

Novel ini disajikan dengan gaya tulisan yang ringan dan tidak berbelit-belit dengan konflik yang juga tidak terlalu berlebihan karena hanya seputar remaja yang sedang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya di pesantren.

Pengembangan karakter yang baik juga menjadi kelebihan novel ini. Tasya yang semula seenaknya sendiri pelan-pelan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Persahabatan antara Tasya, Dini, Sarah, dan Astri yang saling memahami, dan saling menerima kekurangan masing-masing sehingga novel ini bisa dijadikan contoh baik, terutama untuk para remaja-remaja di luar sana.

Novel ini tentunya membawa angin segar untuk novel-novel remaja. Akan tetapi, ada ketergantungan pada cerita yang dianggap klise, beberapa novel remaja islami mungkin memiliki pola cerita yang sudah banyak digunakan sebelumnya. Sebagaimana kisah remaja pada umumnya tentang cinta yang memiliki konflik tentang keluarga. Hal ini juga berlaku pada novel ini, kita bisa mendapati novel-novel lain yang bercerita sama, tentang seseorang yang terpaksa harus hidup di pesantren dan berusaha untuk menyesuaikan diri.

Penutup

Terlepas dari itu, novel-novel dengan genre islami ini patut diapresiasi. Hijab for Sisters memiliki tema kehidupan remaja yang dibalut dengan unsur islami. Novel-novel dengan bumbu-bumbu islami seperti itu harus lebih banyak lagi dengan alur cerita yang variatif. Karena selain menghibur, tentu pembaca akan mendapatkan banyak ilmu tentang islam yang dikemas tanpa terkesan menggurui.

Novel ini cocok untuk dibaca semua kalangan, terutama untuk para orang tua yang memiliki anak remaja dan anak-anak remaja itu sendiri. Karena banyak pesan moral yang akan didapatkan tentang kehidupan dan persahabatan.

Nah, untuk mendapatkan novel ini, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Atau kamu juga bisa melihat rekomendasi buku terkait di bawah ini. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

 

Series Lain Novel Hijab for Sisters

Hijab for Sisters

 

Hijab for Sisters karya Anastasha Hardi ini bercerita tentang Asha, seorang santriwati pesantren yang berjuang untuk mendapatkan beasiswa ke Jerman. Karena terbentuk dari lingkungan pesantren, Asha memiliki sifat yang polos, baik hati, dan pintar. Lalu ada Khalda, teman satu pondoknya sekaligus saingannya untuk mendapatkan beasiswa, Khalda memiliki sifat berani, lugas, dan sensitif.

Rangkaian tes beasiswa tersebut sangat penting, namun karena ada dua kandidat. Asha dan Khalda harus beradaptasi dengan sekolah umum. Akibat kepolosan Asha, ia merasa tegang dan kurang nyaman ketika harus berinteraksi dengan lawan jenis, terutama dengan Aidan.

Mampukah keduanya bersaing dengan sehat selama berada di sekolah umum yang terasa asing bagi mereka? Lantas, setelah mengalami berbagai kejadian yang membuat keduanya kian dekat, apakah pengumuman siapa yang akan mendapat beasiswa tersebut masih penting?

Hijab for Sisters 2: Kerudung untuk Rasi

 

Drama baru Asha dan Khalda untuk mendapatkan beasiswa ke Jerman belum usai. Susanto yang tiba-tiba sering bolos, permasalahan prinsip orang tua Khalda yang perlahan-lahan mengubat sudut pandang Khalda dalam beragama, hingga sekolah kedatangan murid baru yang membuat heboh.

Namanya Rasi, anak selebriti senior yang wajahnya sering muncul di Instagram. Kemunculannya membawa masalah baru, seperti teman pergaulan kelas atas yang tidak menyenangkan, aturan mamanya yang menjadikan ia sebagai pusat perhatian, dan pencarian identitas ayahnya yang membuat Asha dan Khalda harus ikut terlibat.

Mampukah Rasi menghadapi semua kenyataan hidupnya sendirian?

Gaya bercerita sang penulis dalam novel ini sangat menarik. Apalagi ada selipan seputar ilmu pengetahuan yang dapat mengedukasi pembacanya. Kemudian, karakter Khalda dan Asha sangat kuat di novel ini, terutama Khalda yang dewasa dalam menyikapi masalah.

Lebih lanjut, novel ini ditulis dengan sudut pandang orang ketiga, bahasanya sangat mengalir sehingga nyaman untuk dibaca oleh remaja. Lalu, interaksi antar tokohnya juga hangat dan lucu khas anak remaja.

Penulis juga mampu mengeksekusi konflik yang ringan khas remaja secara rapi. Novel ini tidak hanya ditujukan untuk anak remaja, tetapi juga untuk dewasa muda dan orang tua. Novel ini mengajarkan pembaca untuk selalu berbuat baik, berpikir jernih, dan selalu haus untuk belajar.

Hijab for Sisters 4: Setop Ngomongin Rain!

 

Hidup Rain yang serba mewah dan punya subscriber puluhan ribu di akun YouTube-nya, jutaan viewers untuk acara bertajuk “Hamba Sahaya Rain”—harus berakhir pada sebuah malam tragis. Suri, salah satu peserta challenge, ditemukan dalam keadaan nyaris meninggal.

Setelah kejadian itu, Rain dikeluarkan dari sekolah. Tidak hanya itu, orangtua Suri menuntut Rain pindah ke sebuah pesantren tradisional di Cirebon untuk mendapatkan pendidikan moral. Dalam satu malam, hidup Rain berubah total.

Dia melewati berbagai kegiatan yang tak pernah dilakukannya untuk pertama kali. Tinggal di sebuah kamar berisi empat teman dengan latar belakang menyedihkan, tidur tanpa alas tidur, menjalani hari tanpa ponsel, mencuci pakaian sendiri berikut menimba air dari sumur, lalu makan dengan menu seadanya.

Akankah Rain bertahan, lalu menjadi pribadi yang lebih baik setelah mondok di sana?

Nomik Hijab for Sisters

 

Nomik Hijab for Sisters kali ini dikemas menjadi sebuah komik yang bercerita tentang kehidupan remaja. Melalui komik ini diharapkan pembaca mampu menyikapi permasalahan remaja melalui pandangan islam.

Buku komik ini adalah visual dari cerita Hijab for Sisters 1 tentang Asha dan Khalda, dua orang remaja dari pondok pesantren Modern Putri Siti Fatimah yang harus bersaing untuk mendapatkan beasiswa ke Jerman.

Karena nilai Asha yang nyaris seimbang dengan Khalda membuat mereka berdua harus dikirim ke sekolah umum selama satu semester sebagai rangkaian tes akhir tentang siapa yang lebih berhak mendapatkan beasiswa.

Cerita berawal pada hari pembagian rapor, Asha yang menjadi langganan juara umum di Pondok Pesantren Modern Putri Siti Fatimah, dikejutkan oleh pengumuman Ustazah Nurul mengenai beasiswa yang akan diberikan pihak pesantren. Namun, karena nilainya nyaris seimbang dengan Khalda, para ustazah bingung menentukan siapa yang laik diterbangkan ke Jerman untuk mendapat pendidikan yang diimpi-impikan banyak santri.

Seakan masih kurang mengejutkan, pesantren mengirim keduanya untuk mengikuti satu semester pendidikan di sekolah umum sebagai tes akhir siapa yang lebih berhak mendapatkan beasiswa. Rangkaian tes ini sangat penting, karena baik Asha maupun Khalda bisa langsung menerapkan ilmu agama Islam yang sudah dipelajarinya di tengah-tengah siswa-siswi majemuk.

Mampukah keduanya bersaing dengan sehat selama berada di sekolah umum yang terasa asing bagi mereka? Lantas, setelah mengalami berbagai kejadian yang membuat keduanya kian dekat, apakah pengumuman siapa yang akan mendapat beasiswa tersebut masih penting? Yuk, temukan jawabannya di dalam nomik ini.

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy