Novel Laut Pasang 1994 merupakan adaptasi dari kisah yang ditulis di platform Wattpad oleh penulis dengan nama pena Lilpudu. Adapun kisah ini terinspirasi dari peristiwa tsunami yang melanda kawasan Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1994. Novel ini berlatar pada tahun 1988, menceritakan kehidupan sebuah keluarga besar yang terdiri dari bapak, ibu, tujuh bersaudara laki-laki, dan kakek (Si Mbah), yang tinggal di Banyuwangi.
Cerita ini memberikan gambaran tentang perjuangan keluarga itu dalam menghadapi tragedi dan kehilangan yang mendalam. Bagaimana mereka semua menghadapi perubahan dalam dinamika keluarga. Walaupun menghadapi banyak tantangan, keluarga ini tetap utuh dan kompak, sembari mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Masing-masing dari mereka belajar untuk memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi masalah hidup ini.
Buku Laut Pasang 1994 karya Lilpudu yang diterbitkan Penerbit Akad x Tekad pada 4 April 2023 ini akan membahas tentang tragedi yang tak terlupakan, dan pastinya menghadirkan banyak pembelajaran. Buku yang terdiri dari 328 halaman ini akan mengajak pembaca untuk menyelami tragedi ini dalam sudut pandang yang baru.
Grameds, sudah siapkah kamu menyaksikan kisah tragedi yang menyayat hati ini? Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang sinopsis dan ulasan buku ini, supaya kamu bisa mengenalnya lebih baik. Sebelum kenalan dengan karyanya, kita kenalan dengan penulisnya dulu, yuk!
Table of Contents
Profil Lilpudu – Penulis Novel Laut Pasang 1994
Lilpudu merupakan seorang penulis yang mengawali karirnya melalui platform Wattpad. Penulis yang sering dipanggil “Teh Rin” ini telah melahirkan 5 cerita di Wattpad, yakni Dari Ayah Untuk Abang (selesai), Tinta Terakhir (selesai), Laut Pasang 1994 (selesai), Dierja Gentala 1997 (on going), dan Merayakan Kesedihan (preview).
Kisah-kisah yang dituliskan Lilpudu atau Airinda Nanda ini sukses menarik hati banyak orang, dibuktikan dengan jumlah followers akun Wattpad-nya yang bernama @Lilpudu, yang mencapai 52 ribu pengikut. Meskipun, penulis yang satu ini gemar membuat akhir cerita yang sedih.
Bagi Grameds yang ingin mengenal sosok Lilpudu lebih dekat, bisa mengikuti karya-karyanya di Wattpad, juga mengikuti akun Instagram bernama @lilpuduuuu yang memiliki total 26 ribu pengikut (per Maret 2024). Jangan lupa untuk membeli karya tulis Lilpudu lainnya yang sudah diterbitkan, yakni Laut Pasang 2 dan Merayakan Kesedihan.
Sinopsis Novel Laut Pasang 1994
Tahun 1994 menjadi tahun paling menyakitkan untukku. Bukan hanya aku, tapi bagi semua warga di kampungku. Kejadian yang tidak disangka oleh siapapun ini merenggut banyak senyum dan kebahagiaan. Aku yang egois dan keras kepala, seperti pada kejadian 2 Juni 1994, mendapatkan balasan dari semua perbuatanku.
Malam itu, gemuruh suara air naik dengan cepat ke daratan, disertai teriakan, jeritan, dan runtuhan barang yang saling membentur. Dengan sekuat tenaga, aku meneriaki satu persatu nama tujuh anakku yang hanyut terhempas air pada malam itu. Kami bagaikan dicambuk oleh takdir.
Entah suatu keberuntungan atau sebuah kesialan. Aku selamat dari tragedi itu. Tiang besar yang menjadi tempat aku bertumpu, menyelamatkan diriku dari kuatnya arus air yang semakin naik. Mataku memandang jauh ke semua penjuru, walau yang kulihat hanya tubuh tak bernyawa yang mengapung terbawa arus.
Semua tampak gelap akibat listrik padam. Beruntungnya, cahaya bintang masih memberikan sedikit sinarnya untuk manusia sepertiku. Di bawah langit malam, tubuhku telah kehabisan tenaga. Manusia egois seperti aku hanya bisa menangis dan menyesali perbuatan buruk yang sudah aku perbuat selama bertahun-tahun.
Tak ada satu pun dari anak-anakku yang pulang, walaupun aku sudah berusaha untuk tetap terjaga, mereka tak pernah muncul. Suaraku hampir habis, hanya bunyi gemuruh air yang bisa aku dengar. Bunyi yang menyerupai ledekan di telingaku. Bunyi yang sedang menertawakan sosok Bapak brengsek yang sedang menyesali perbuatannya.
Jika ditakdirkan untuk merasakan tragedi ini lagi, di mana aku harus kehilangan untuk kedua kalinya, aku akan lebih memilih ikut mati dibandingkan harus bertahan hidup dalam penyesalan dan kesengsaraan. Melanjutkan hidupku tanpa anak-anak, sama saja seperti hidup tanpa nyawa.
Kalau sampai terbukti tak ada yang selamat, aku mohon pada Tuhan untuk mengambil nyawaku saja sekarang. Aku benar-benar menyesal. Menyesal akibat belum sempat meminta maaf kepada mereka. Apa harus dengan cara ini, kalian semua menghukum Bapak?
Tragedi yang menghancurkan seluruh kota dalam waktu yang sangat singkat. Tujuh tubuh paling menyedihkan menjadi saksi bagaimana ganasnya gelombang pasang malam itu. Malam terakhir yang penuh bintang, indah seperti senyuman ibu enam tahun lalu.
“Apta! Esa! Genggam tangan Mas yang kencang!”
Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang diucapkan Khalid, yang ternyata menjadi usahanya yang sia-sia. Semua terjadi sangat cepat, air laut naik ke daratan lebih buas dari dugaannya, dan dengan mudah memisahkan genggaman tangan mereka tanpa belas kasihan.
“Bagaimanapun takdirnya nanti, tujuh akan tetap tujuh. Ingat kata Si Mbah, bahwa kita itu satu, satu jiwa yang terbagi dalam tujuh raga yang berbeda.”
Kelebihan dan Kekurangan Novel Laut Pasang 1994
Kelebihan Novel Laut Pasang 1994
Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu ini menawarkan banyak kelebihan melalui ceritanya. Buku ini menyajikan kisah inspiratif dari tragedi yang benar-benar terjadi. Dalam sudut pandang lain, novel ini mampu memberikan pembelajaran akan sejarah yang mungkin tidak diketahui semua orang.
Kisah tragedi yang menyayat hati ini tentunya berhasil mengundang perhatian pembaca, dan lebih dari itu, membuat pembaca menginvestasikan perasaannya secara penuh. Kisah ini mampu menguras perasaan dan emosi, karena pembaca seolah ikut serta dalam tragedi ini. Rangkaian kalimat dan gaya penulisan yang rapi dan mudah dimengerti, membuat pembaca bisa terhanyut dalam cerita ini.
Novel Laut Pasang 1994 ini menyajikan memberikan gambaran mengenai perjalanan emosional dan pertumbuhan karakter para tokohnya. Penokohan yang dibangun Lilpudu dinilai cerdas dan sangat menarik. Pada akhirnya, banyak sekali pelajaran hidup yang bisa didapatkan dengan membaca novel ini. Beberapa diantaranya, yakni mengajarkan tentang cinta kepada keluarga, kasih sayang persaudaraan, cars untuk ikhlas, dan penyesalan.
Kekurangan Novel Laut Pasang 1994
Meskipun novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu ini memiliki banyak kelebihan, novel ini tidak luput dari kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada beberapa bagian yang dinilai cukup membingungkan, karena perpindahan alur maju dan mundur. Beberapa transisi alur tersebut dinilai kurang mulus, sehingga perlu dibaca beberapa kali untuk memahaminya.
Pesan Moral Novel Laut Pasang 1994
Melalui novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu ini, pembaca bisa mendapatkan banyak pembelajaran. Walaupun menghadapi banyak kesulitan dan cobaan, keluarga ini tetap utuh dan kompak untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka belajar untuk saling memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi cobaan hidup.
Melalui kisah ini, pembaca diajak untuk merenungkan akan pentingnya hubungan keluarga. Pembaca diingatkan tentang pentingnya kehadiran mereka, di mana cinta dan dukungan dari orang terdekat mampu membantu diri kita mengatasi kesulitan. Kisah ini juga menyampaikan betapa pentingnya untuk menghargai setiap detik kehidupan, dengan memanfaatkannya waktu untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain.
Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu. Yuk langsung saja dapatkan bukunya hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
Laut Pasang 1994 Part 2
Apta Bayuaji Cokroaminoto.
Nama yang tercatat pada daftar pasien salah satu rumah sakit di Surabaya, adalah satu dari sekian banyak korban Tsunami Banyuwangi pada 03 Juni 1994.
Setelah beberapa hari mengalami koma, ia mengalami gangguan ingatan parsial yang membuat lelaki itu tampak begitu menyedihkan. Sendirian di kota orang dengan ingatan yang tidak sempurna membuat penderitaannya semakin lengkap.
Perihal kematian hanya Tuhan yang tahu. Namun, jika
kehilangan karena kematian terus-menerus dihadapkan, siapa yang berani berteriak ‘ikhlas? Gelombang tsunami merenggut lima raga tanpa permisi, berpura pura berterima atas kehilangan adalah hal yang harus Bapak, Khalid, dan Dewangga jalani. Hingga suatu waktu datang sebuah surat yang membuat Bapak sadar jika raga yang hilang yaitu Apta masih hidup.
Banyak emosi menyeruak atas tragedi yang terjadi, tetapi tidak ada satupun manusia yang tahu jika Apta selalu berkelahi dengan pikirannya sendiri.
Raganya memang belum mati namun di kepalanya hanya ada dua pilihan tetap tinggal atau kembali.
“Bu, Apta mau pulang…”
Merayakan Kesedihan
Mereka hilang dalam hitungan detik. suara tawa anak-anak di teras rumah malam itu akan selalu menjadi kenangan paling menyakitkan. Rasanya baru kemarin aku menghabiskan waktu, duduk bersama mereka di teras rumah sambil menyanyikan beberapa lagu untuk mengobati luka di hati kita masing-masing sudah biasa kupastikan bahwa luka yang ada di hati mereka adalah aku penyebabnya.
Alunan gitar yang sesekali kumainkan, menjadi caraku untuk menebus semua kesalahanku selama ini, yang ternyata sama sekali tidak cukup menghapus kesalahanku.
Penyesalan kembali datang, menghantui setiap nafas dan langkahku. Aku hampir kehilangan arah, jika saja Tuhan mengambil semuanya dan hanya menyisakan ku seorang diri. Kalau sampai itu benar-benar terjadi, aku lebih baik ikut mati daripada harus menanggung sakit yang sampai kapan pun tidak akan pernah sanggup aku lewati.
Hafalan Shalat Delisa
Delisa adalah gadis kecil asal Lhok-Ngah Aceh berusia 6 tahun ini penggemar warna biru. Gadis cerdas, polos, dan suka bertanya ini tinggal bersama umminya dan ketiga kakaknya. Ayahnya bekerja di kapal tanker dan baru pulang setiap 3 bulan sekali. Suatu waktu, Delisa mendapat tugas menghafal bacaan salat dan umminya pun berjanji akan memberinya hadiah bila Delisa mampu menuntaskannya. Namun, Tuhan lebih tahu apa yang lebih baik untuk hamba-Nya. Tsunami datang melumatkan senyuman pada wajah Delisa. Tsunami mengambil segala-galanya, keluarga juga kaki kecilnya. Yang tersisa, hanya dia dan ayahnya. Apakah Delisa mampu tetap tersenyum seperti dahulu dan menuntaskan hafalannya?
Novel ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang berusaha menghafal bacaan salat. Dia semangat melakukannya karena jika dia berhasil, Ibunya akan membelikan seuntai kalung emas. Saat dia siap menyetor hafalan tersebut ke guru di sekolahnya, peristiwa bencana besar terjadi, yaitu Tsunami. Anak perempuan itu pun terpisah dari keluarganya. Hafalan shalatnya pun terputus. Setelah bertemu Ayahnya, apakah dia akhirnya bisa bertemu dengan Ibunya kembali? Juga dengan kakak-kakaknya? Atau dia akan menemukan banyak pemahaman baru tentang ketulusan. Termasuk ketulusan saat menghafal bacaan salat, bukan untuk hadiah seuntai kalung emas dan berdamai dengan bencana itu.
Sumber:
- https://www.wattpad.com/user/Lilpudu
- https://mabhak.sch.id/archives/3715
- https://www.kompasiana.com/dzuliqaromiliaputri0479/657f4c64c57afb23bd734c92/sinopsis-dan-unsur-intrinsik-novel-laut-pasang-1994-karya-lilpudu?page=all#section2
- 4 Masa 1 Mimpi
- 5th of December
- 172 Days
- A Good Girl Guide To Murder
- Aku Purple Kamu
- Alice's Adventures in Wonderland
- All Out of Love
- Akasha: Monster 02
- Anggara Kasih
- Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya
- Bebas Tanggungan
- Belok Kiri Langsing
- Better Than This
- Before We Were Strangers
- Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini
- Buddha 2
- Ca Bau Kan
- Cake Shop
- Captivated Me
- City Lite: Secangkir Kopi dan Pencakar Langit
- Classics : Kisah Dokter Dolittle
- Clover
- Daisy
- Dawai-Dawai Ajaib Frankie
- Di Balik Jendela
- Dompet Ayah Sepatu Ibu
- Duo Tulalit
- Eccedentesiast
- Episode Hujan
- Exit West
- Fairish
- From Pesantren With Laugh
- Five Survive
- Five Nights At Freddy's Graphic Novel #1: The Silver Eyes
- Gadis-Gadis Somerset
- Gentayangan
- Guys Read: The Warlords of Recess
- Hello
- Happy Ending Machine
- Heaven
- Hold On, It Hurts
- Hopeless
- Holy Mother
- If We Make It Through December
- In The First Circle
- Jejak Balak
- Jevgar The Story of Sheana
- Jubah Kristus
- Kang Liu
- Kemuning: Cinta Tanpa Bicara
- Kota Bandung dan Biru Karya Niawida
- Kwaidan
- Laiqa : Mengejar Restu Bunda
- Larutan Senja
- Lalu, Baton Diserahkan
- Langit Goryeo
- Little Gray
- Love Eve
- Laut Pasang
- Laut Pasang 2
- Lemonade Granny
- Lofarsa
- Mada
- Merayakan Kesedihan
- Marveluna
- Menua dengan Gembira
- Meniti Bianglala
- Minotaur
- Ode To The Stars
- Oh My Baby Blue
- Oi Abang Oi
- One, Two, Buckle My Shoe
- Panggil Aku Kartini Saja
- Pengantin Setan
- Pingkan Melipat Jarak
- Pukul Setengah Lima
- Rintik Terakhir
- Risol Mas Marvel
- Rumah Untuk Alie
- Rumus Musim Panas
- Sang Penyihir dari Portobello
- Salt To The Sea
- Sang Pemanah
- Saga Dari Samudra
- Sekotak Senja Untuk Nirbita
- Senja Di Alaska
- Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong
- Sherlock Holmes - Short Stories #2
- Shadow
- Sincerpity
- Si Anak Pohon
- Si Jago Pahlawan Pembela Penampilan
- Tanah Tabu
- The Life We Lead
- Tingka
- Tiga Putri Anuspati
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 2
- Tragedi Pedang Keadilan
- The Ink Black Heart
- The Martyr
- The Spanish Love Deception
- Yellowface
- Wish Me Luck
- White Wedding: Malaikat juga Bisa... Jatuh Cinta