Rating: 4.50
Grameds, siapa dari kalian yang tidak mengenal Chairil Anwar? Pastinya semua pernah mendengar namanya, atau bahkan merupakan penggemar karyanya. Chairil Anwar sendiri merupakan penyair legendaris Indonesia yang berpartisipasi besar dalam dunia sastra negeri ini. Pada artikel kali ini, Gramin akan membahas salah satu karya dari penyair ternama ini.
Buku The Snatched and The Snapped atau Yang Terampas dan Yang Putus merupakan karya antologi dua bahasa (bilingual). Buku ini diterjemahkan oleh Idrus. Cetakan terbaru buku The Snatched and The Snapped ini diterbitkan pada 27 Februari 2024 oleh Gramedia Pustaka Utama, dengan total 82 halaman.
Buku The Snatched and The Snapped ini akan menyajikan kumpulan puisi karya Chairil Anwar, di antaranya Malam, Krawang-Bekasi, Ina Mia, Buat Gadis Rasid, Puncak, dan Yang Terampas dan Yang Putus. Bagi Grameds yang penasaran dengan puisi-puisi karya Chairil Anwar, baca artikel ini sampai selesai ya! Sebelum itu, kita kenalan dengan sosok Chairil Anwar lebih dekat yuk!
Table of Contents
Profil Chairil Anwar – Penulis Buku The Snatched and The Snapped
Chairil Anwar, sebagai salah satu tokoh utama dari “Generasi 1945″, ia dikenal sebagai sosok yang memainkan peran krusial dalam perkembangan sastra Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Melalui karyanya, Chairil Anwar berhasil menyemai semangat baru dalam puisi Indonesia dan menghadirkan perspektif yang segar dalam panorama kebudayaan Indonesia. Selain itu, ia juga terkenal karena kehidupan pribadinya yang eksentrik, termasuk kegemarannya mencuri buku dari toko, kecenderungannya untuk menjiplak karya-karya penyair asing, kisah cintanya yang beragam, pertempurannya melawan berbagai penyakit, dan gaya hidup bohemian yang ia anut.
Chairil lahir di Medan pada 22 Juli 1922. Ia mengenyam pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS), sebuah sekolah dasar Belanda untuk penduduk asli Indonesia. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan nya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sebuah sekolah menengah pertama di Belanda, namun ia tidak menyelesaikannya. Orang tuanya bercerai pada saat ia berusia sembilan belas tahun setelah perceraian itu Chairil pindah ke Jakarta bersama ibunya, di mana ia mulai masuk dalam dunia sastra.
Meskipun pendidikannya tidak tuntas, Chairil dengan giat mempelajari bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman, serta menghabiskan waktunya membaca karya-karya penulis internasional yang terkenal seperti J. Slauerhoff, Rainer M. Rilke, W.H. Auden, H. Marsman,Archibald MacLeish, dan Edgar du Perron. Para penulis inilah yang menjadi referensinya, mempengaruhi puisinya, dan membantu mengarahkan sastra Indonesia ke Eropa.
Chairil mulai dikenal sebagai penyair ketika usianya baru dua puluh tahun karena terbitnya Nisan pada tahun 1942. Ia terkejut dengan kematian neneknya, sehingga ia sadar bahwa kematian dapat datang kapan saja. Sebagian besar puisi yang ditulisnya setelah titik ini merujuk atau setidaknya secara implisit menggambarkan tentang kesadaran akan kematian. Seluruh puisinya, baik yang asli ia tulis sendiri, adaptasi, maupun yang diduga plagiarisme terkumpul dalam tiga buku yang berjudul: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950).
Energi puisi Chairil Anwar tidak pernah sebanding dengan kondisi fisiknya yang semakin melemah akibat gaya hidupnya yang berantakan. Sebelum mencapai usia dua puluh tujuh tahun, ia sudah menderita berbagai macam penyakit. Pada tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar meninggal dunia di Rumah Sakit CBZ (sekarang R.S. Cipto Mangunkusumo) Jakarta. Keesokan harinya, ia dimakamkan di Pemakaman Karet. Untuk mengenang kata-kata yang ditinggalkannya, tanggal 28 April kini diperingati sebagai Hari Sastra se-Indonesia.
Sinopsis Buku The Snatched and The Snapped
CEMARA BERTEBARAN
Cemara bertebaran hingga jauh
hari terasa akan berubah menjadi malam
beberapa dahan di jendela mulai rapuh
dipukul oleh angin yang terpendam
Sekarang aku adalah seseorang yang mampu bertahan
sudah lama bukan anak kecil lagi
dulu memang ada sesuatu yang menjadi masalah
yang kini bukan dasar perhitungan
hidup hanya menunda kekalahan
semakin jauh dari cinta masa sekolah
dan menyadari, ada hal-hal yang tetap tak terucapkan
sebelum akhirnya kita menyerah.
Kelebihan dan Kekurangan Buku The Snatched and The Snapped
Kelebihan Buku The Snatched and The Snapped
Karya Chairil Anwar memang tidak perlu diragukan lagi, buku ini menawarkan banyak sekali keunggulan. Dimulai dari sampul dan judul buku nya yang menarik, lewat perpaduan ini pembaca dapat langsung terhipnotis untuk membeli buku ini hanya dengan sekali lihat sampul bukunya saja. Ditambah dengan penggunaan diksi yang indah dan penuh warna, sehingga setiap kata yang ditulisnya terasa hidup.
Chairil Anwar juga memiliki kemampuan luar biasa dalam meromantisasi setiap keadaan, sehingga tercipta suasana yang sarat dengan emosi dan perasaan yang sangat mendalam. Dalam puisinya, ia menggambarkan gambaran alam dan peristiwa sehari-hari dengan sentuhan magis, sehingga setiap pembaca dapat merasakan pengalaman seolah-olah mereka yang sedang berada di sana. Selain itu, puisi-puisi Chairil Anwar juga selalu penuh dengan makna, hal ini dapat membawa pesan-pesan mendalam yang menggugah pemikiran dan perasaan pembaca.
Melalui metafora dan simbolisme yang sangat kuat dalam karyanya, ia berhasil menyampaikan refleksi pribadi, eksistensial, dan universal tentang kehidupan, cinta, dan kematian kepada pembaca puisinya. Selain itu jumlah halaman dari buku ini juga tidak terlalu banyak, hanya 82 halaman saja menjadikannya buku yang sangat cocok hanya dengan sekali duduk.
Kekurangan Buku The Snatched and The Snapped
Kekurangan dari buku The Snatched and The Snapped ini adalah sifatnya yang multitafsir dan ambigu, yang sering kali membuat pembaca kebingungan dalam memahami makna sebenarnya. Dalam dunia puisi, keberagaman interpretasi adalah hal yang sangat wajar dan sering terjadi, tetapi tingkat ambiguitas dalam karya Chairil menjadi tantangan tersendiri untuk pembaca karena pengguna bahasanya yang penuh dengan metafora. Beberapa pembaca mungkin akan merasa kesulitan menangkap inti dari pesan atau nuansa emosional yang ingin disampaikan oleh penyair.
Pesan Moral Buku The Snatched and The Snapped
Pesan moral yang penting dari karya Chairil anwar ini adalah tentang perjuangan melawan kesendirian dan kehampaan dalam kehidupan. Chairil Anwar menggambarkan perasaan yang mendalam tentang kehilangan, nostalgia akan masa lalu yang penuh dengan kehangatan, dan keinginan untuk kembali menjalin kembali hubungan yang sudah putus. Namun, di tengah-tengah gambaran kegelapan dan perasaan yang terpisah itu, Chairil menunjukkan ketegaran dalam menghadapi tantangan dan kekosongan. Oleh karena itu kita harus selalu tegar dalam menghadapi segala rintangan apapun.
Lewat buku The Snatched and The Snapped ini juga kita diingatkan akan pentingnya menjaga hubungan dengan orang-orang yang kita cintai dan selalu mengungkapkan perasaan dengan jujur tanpa disertai kebohongan. Lalu buku ini juga mengingatkan pembacanya bahwa, akan ada saat-saat di mana kita harus menerima keterbatasan dan kegagalan, namun kita jangan pantang menyerah dan menerima kegagalan itu dengan tangan terbuka, coba dulu yang terbaik, jika memang itu bukan jalannya kita harus belajar untuk ikhlas.
Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari Buku The Snatched and The Snapped karya Chairil Anwar. Yuk langsung dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Selain novel ini, Gramin juga sudah memberikan beberapa rekomendasi buku lainnya yang tak kalah menarik di bawah ini. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi novel
Chairil Anwar: Kisah Si Binatang Jalang
Chairil Anwar merupakan sosok penyair, sastrawan yang namanya sangat populer terutama bagi mereka yang mengikuti dunia kesusastraan. Karya-karyanya sangat melegenda dan masih sering dibacakan sampai sekarang. Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Saat usianya mencapai 18 tahun, dia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, dia telah bertekad menjadi seorang seniman. Chairil Anwar dijuluki sebagai si Binatang Jalang, nama yang diambil dari isi salah satu puisinya yang berjudul “Aku”. Ia diperkirakan telah menulis sebanyak 96 karya, termasuk sejumlah 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh kritikus sastra H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan 45.
Semasa hidupnya, Chairil terlibat secara serius dalam aktivitas sastra. Ia mengunggah nasionalisme berbagai tokoh pergerakan Indonesia melalui puisi-puisinya. Tanggal kematiannya pun diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Kehidupan Chairil Anwar sungguh berliku, penuh perjuangan dan romansa. Selain itu, terdapat banyak cerita menggelitik yang berkaitan dengannya. Berbagai karyanya berhasil menggugah kesadaran masyarakat dan menjadi puisi – puisi legendaris di Indonesia. Buku ini berisi kisah perjalanan “ si binatang jalang” Chairil Anwar yang semasa hidupnya banyak memberikan pengaruh terhadap pergerakan bangsa terutama di bidang sastra.
Bilang Begini Maksudnya Begitu
Gerimis bukan berarti hujan, bunga belum tentu berarti kembang. Konon, puisi adalah hasil permainan gaya bahasa seorang penyair yang tidak bisa diartikan secara harfiah. Kerap kali penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu. Lalu, bagaimana caranya bisa menikmati puisi dan menangkap pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh penyair? Dalam usaha memahami karya sastra, tentu berbagai pertanyaan bisa timbul. Bisa saja dua orang pembaca merasa telah memahami suatu karya sastra, tetapi ternyata penafsiran keduanya berbeda. Penafsiran siapa yang benar? Sampai berapa jauhkah peran sastrawan dalam penafsiran itu? Apakah minat dan pandangan hidup kita bisa berpengaruh terhadap penafsiran itu? Itu semua macam pertanyaan yang mungkin sekali akan sering kita cari jawabannya di sini.
Buku ini lahir bukan sebagai buku teori sastra, tetapi lebih kepada semacam ajakan dari seorang Sapardi Djoko Damono untuk kita agar dapat lebih bisa mengapresiasi puisi dengan pengenalan akan sejumlah alat kebahasaan yang dimanfaatkan penyair untuk menyampaikan sesuatu yang bisa saja berupa cerita, gagasan, sikap, suasana, dan sebagainya. Sejumlah alat, muslihat serta gaya yang biasa digunakan penyair dalam puisinya dijelaskan oleh penulis Hujan Bulan Juni ini dengan menampilkan sejumlah contoh. Pemahaman atas “alat-alat” tersebut diharapkan bisa membantu tumbuhnya apresiasi puisi yang lebih baik. Dalam buku ini penulis tidak membedakan antara puisi asli dan terjemah. Sebab baginya, begitu diterjemah puisi langsung menjadi milik bahasa yang baru. Yang asli hanya diperlukan kalau kita berniat membongkar aspek-aspek linguistik secara ketat dan karena aspek itu berubah dalam terjemahan maka penulis akan berusaha tidak menyinggungnya kecuali memang diperlukan demi pemahaman.
Persinggahan Perangai Sepi (Antologi Puisi)
“Beruntunglah Wawan, seorang anak muda yang memiliki semua keberuntungan itu. Dan yang lebih beruntung tentu kita yang berkesempatan membaca, mengecap, menyantap dan mencerna makna. Menulis dan membaca selalu menjadi penyeimbang gizi kehidupan untuk menjaga nurani agar tetap sehat dan terang menyala. Selamat berkobar ananda Wawan, tetaplah riang berbagi terang.” – Tatty Elmir, Penulis novel Keydo, Pendiri ASA Indonesia dan Forum Indonesia Muda
“Pada mulanya, kata ada demi dirinya sendiri. Lalu kita menerakan makna atasnya. Wawan Kurn menyebutnya, teguran untuk diri sendiri. Apapun itu, lewat kumpulan puisi ini, Wawan mengajak kita menyigi jejak cinta dengan sederhana dan bersahaja. Senang bisa membaca kumpulan sajak ini.” – Khrisna Pabichara, penyuka prosa dan puisi.
“Puisi ini ‘mengguruiku’. Bahwa puisi tak perlu dipersulit agar indah. Bahwa puisi tak butuh kamus khusus agar berdiksi syahdu. Semua akan indah pada maknanya.” – Gegge Mappangewa, Penulis novel Best Seller Lontara Rindu.
Sumber:
- https://www.goodreads.com/book/show/211366623-the-snatched-and-the-snapped—yang-terampas-dan-yang-putus
- https://id.m.wikisource.org/wiki/Yang_Terampas_dan_yang_Putus_(antologi)
- 14 Days Isabella
- A dan Z
- Agensi Rumah Tangga
- Albiandra: The Untold Story
- Anne of Avonlea
- Antologi Cerita Anak Muslim di Mancanegara
- April : Fallen
- Anatomi Rasa Karya
- Athar: Cinta dalam Ikhlas
- Arkananta
- Book’s Kitchen
- Bukan Kekasih Impian
- Catatan Harian Menantu Sinting
- Children of Blood and Bone
- Diskoneksi
- Eat Drink Sleep
- Enola Holmes dan Kereta Kuda Hitam
- Garis Batas
- Ghosting Writer
- Gyo
- Haji Murad
- Highly Unlikely
- Hotel Mooi Indie
- Iblis Menjelma Senapan Berburu
- Imama Al-Hafidzh
- Istana Merah
- Jais Darga Namaku
- Kemelut Rodansih dan Dua Anaknya
- Kenangan Manis Takkan Pernah Habis
- Klasik Bahasa Inggris White Fang
- Konstelasi Andro dan Mega: Dunia Tanpa Zodiak
- Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?
- Laiqa: Mana Hijrah?!
- Laiqa: Siniar Semut Kecil
- Laiqa: Hijab for Sisters
- Laiqa: Rope That Binds
- Lelap dalam Lautan Bintang
- Lit: Left Unsaid
- Malam Seribu Jahanam
- Mari Pergi Lebih Jauh
- Masquerade Hotel
- Me Minus You
- Mencintaimu Sampai Kau Mau
- Menyelamatkan Teetee
- Merah Kirayu
- Mickey7
- Muslimah Keren
- Nadira
- Norwegian Wood
- Mata Hari (The Spy)
- My Long Black : Unsent Letters
- Paracosm D'arte
- Parnassus Keliling
- Pada Sebuah Kapal
- Perempuan di Rumah No 8
- Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
- Rara Mendut
- Romansa Stovia
- Rumah di Mango Street
- Rumus Ciuman Sempurna
- Sang Pemenang Berdiri Sendirian
- Sarhad
- Seandainya
- Senyum Karyamin
- Seperti Sungai Yang Mengalir
- Serikat Anjing Mandiri
- Sidney Sheldon's The Phoenix
- Sikencur
- Sihir Perempuan
- Suluh Rindu
- Sumur Anjing Gila
- The Boyfriend
- The Count of Monte Cristo
- The Dragon's Promise
- Ther Melian - Discord
- The Night Mark
- The Night Swim
- The Power
- The Snatched and The Snapped
- Toko Buku Kucing Hitam
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3
- Tumbal Genderuwo
- Yang Katanya Cemara Karya
- Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati
- Yang Tak Kunjung Usai
- We Hunt the Flame: Memburu Api