Rating 4/5
Grameds, buku Garis Batas ini merupakan buku yang menceritakan mengenai kehidupan masyarakat yang hidup di negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Buku ini tidak hanya memberikan informasi namun buku akan memberikan banyak cerita dan juga kesan yang menarik bagi kamu yang tidak mengetahui tentang negara-negara tersebut.
Buku Garis Batas ini merupakan buku catatan perjalanan seorang penulis yang mengunjungi banyak sekali negara-negara Timur Tengah. Jika kamu tertarik pada buku-buku perjalanan kisah seseorang dalam berpetualang, maka buku ini sangat cocok untuk kamu miliki dan kamu baca. Buku ini akan membuka wawasan yang lebar untuk kamu yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai negara-negara Timur Tengah. Sebelum kamu memiliki bukunya, berikut ini adalah artikel yang akan membahas mengenai ulasan singkat, kelebihan dan kekurangan serta profil penulis buku Garis Batas ini. Simak artikelnya berikut ini!
Table of Contents
Sinopsis Buku Garis Batas
Penduduk desa Afghan setiap hari memandang ke “luar negeri” yang hanya selebar sungai jauhnya. Memandangi mobil-mobil melintas, tanpa pernah menikmati rasanya duduk dalam mobil. Mereka memandangi rumah-rumah cantik bak vila, sementara tinggal di dalam ruangan kumuh remang-remang yang terbuat dari batu dan lempung.
Mereka memandangi gadis-gadis bercelana jins tertawa riang, sementara kaum perempuan mereka sendiri buta huruf dan tak bebas bepergian. Negeri seberang begitu indah, namun hanya fantasi. Fantasi yang sama membawa Agustinus Wibowo bertualang ke negeri-negeri Asia Tengah yang misterius. Tajikistan. Kirgizstan. Kazakhstan. Uzbekistan. Turkmenistan. Negeri-negeri yang namanya semua berakhiran “Stan”.
Perjalanan ini bukan hanya mengajak pembaca mendaki gunung salju, menapaki padang rumput, menyerapi kemegahan khazanah tradisi dan kemilau peradaban Jalan Sutra, ataupun bernostalgia dengan simbol-simbol komunisme Uni Soviet, tetapi juga menguak misteri tentang takdir manusia yang terpisah dalam kotak-kotak garis batas.
Cinta bangsa itu tidak bisa dibagi-bagi. Dimanapun kita berada, semua adalah sama. Seluruh dunia adalah rumah kita. Langit kita bukan lagi langit Kirgizstan, langit Tajikistan, langit Indonesia, langit Tiongkok, tetapi menjadi langit semesta. Ya, betapa luasnya, dunia yang tanpa garis batas – halaman 235
Pada negara-negara yang berakhiran “stan” ini sangat terlihat kemiskinan yang masih melanda, uang negara sendiri yang anjlok, garis imajinasi dengan membayangkan negara lain (tetangganya) yang lebih makmur, dan lainnya. Hingga urusan RAS yang sekatnya sangat besar. Semuanya bisa grameds lihat pada buku ini.
Profil Penulis Buku Garis Batas
Buku Garis Batas ini ditulis oleh seorang pria asal Lumajang, bernama Agustinus Wibowo. Agus Wibowo semenjak kecil sudah ditantang oleh ayahnya untuk melihat dunia. Petualangannya dimulai ketika ia berhasil diterima di perguruan tinggi terbaik di tanah leluhurnya, Tiongkok. Usai meraih gelar S1-nya, Agustinus muda justru bermimpi ingin melakukan perjalanan darat dari Beijing hingga Tanjung Harapan, di Afrika Selatan.
Namun, perjalanannya harus terhenti di Afghanistan, yang kemudian dibahas dalam buku Selimut Debu. Ia tersentuh oleh “keindahan” negara yang identik dengan perang ini. Setelah itu, ia justru berubah arah ke negara-negara berakhiran “Stan” di Asia Tengah. Alasannya satu, selama berada di Afghanistan, ia iri melihat mobil, listrik dan cahaya lampu, serta kebebasan hidup di negeri seberang garis batas itu. Perjalanan ini membuka matanya terhadap realitas yang berbeda dan memperkaya pengalamannya sebagai seorang penulis. Setiap tempat yang ia kunjungi menambah dimensi baru dalam cara pandangnya terhadap dunia.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Garis Batas
Kelebihan Buku Garis Batas
Kelebihan buku garis batas ini ada pada setiap pemilihan kalimat dan katanya. Agustinus seakan memiliki banyak kamus kata dan menggunakan pilihan yang tepat untuk mendeskripsikan setiap hal yang ia lihat dan ia rasakan ketika berpetualang di negara-negara Asia Tengah itu. Pembaca seakan bisa membayangkan apa yang ia tuliskan dan masuk dalam imajinasi pembaca. Kelebihan Agustinus yang menguasai berbagai bahasa membuatnya dapat berbaur dalam kehidupan sehari-hari negara tersebut.
Pada setiap bab akan dilampirkan berbagai foto mengenai tempat-tempat dan negara-negara yang sudah dikunjungi oleh Agustinus. Foto-foto yang dilampirkan juga merupakan hasil jepretan dari sang penulis sendiri. Album foto yang ada pada buku ini akan membantu pembaca dalam membayangkan mengena kebudayaan dan tempat asli dari yang diceritakan oleh penulis. Selain foto-foto terdapat juga peta dan rute perjalanan yang dilakukan Agustinus yang mungkin dapat diikuti oleh pembaca.
Kekurangan Buku Garis Batas
Kekurangan buku Garis Batas ini ada pada tulisannya yang masih terdapat beberapa typo. Namun hal ini masih dapat dimaklumkan dan tidak mengganggu pembaca dalam memahami cerita dan isi dari buku Garis Batas ini.
Selain itu kekurangan pada buku Garis Batas ini terdapat beberapa unsur SARA yang dirasakan sendiri oleh penulis. Kemungkinan buku ini juga akan menimbulkan banyak konflik pemikiran bagi yang membacanya. Maka dari itu buku ini juga dianjurkan dibaca oleh orang dewasa yang dapat memahami isi buku ini dengan banyak penyaringan dan pemahaman. Di balik kekurangan tersebut, penulis berhasil menggambarkan realitas yang ada dengan sangat jujur. Setiap kata yang ditulis mencerminkan pengalaman pribadi penulis yang mendalam. Ini membuat pembaca dapat merasakan ketulusan penulis dalam menyampaikan pesannya.
Untuk alurnya sendiri, buku ini tidak cocok dibaca dengan cepat-cepat. Grameds pasti akan lama menyelesaikan 510 halaman buku Garis Batas ini karena setiap bab dan setiap ceritanya akan membuat kita memahami dan merasakan apa yang penulis jalani. Alurnya akan terasa lambat namun itu sesuai dengan banyaknya negara-negara yang penulis kunjungi dan banyak budaya dan aktivitas yang penulis lakukan.
Penutup
Nah grameds itu dia adalah ulasan singkat mengenai buku Garis Batas. Buku ini merupakan kisah perjalanan dari seorang pria asal Indonesia yang melakukan perjalanan panjang ke negara-negara Asia Tengah yang memiliki belakang “stan”. Hidup di negara Asia Tengah dan menjadikannya minoritas memang tidak mudah, banyak hal yang ia terima mulai dari diskriminasi bahkan hingga berurusan dengan polisi setempat.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk kamu yang penasaran bagaimana dengan negara-negara Asia Tengah. Buku ini akan membawa kamu melihat kenyataan, budaya hingga kehidupan disana. Buku Garis Batas ini disarankan untuk dibaca bagi pembaca yang sudah dewasa atau 17 tahun keatas. Ada banyak hal yang membuat kita sebagai pembaca akan salah persepsi atau perbedaan pendapatan maka dari itu perlu disaring dengan pemikiran kita sendiri.
Jika Grameds tertarik membaca buku Garis Batas, Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku yang berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca
Penulis: Devina
Rekomendasi Buku Terkait
Di Kaki Bukit Cibalak
Perubahan yang mendasar mulai merambah Desa Tanggir pada tahun 1970-an. Bunyi orang menumbuk padi hilang, digantikan bunyi mesin kilang padi. Kerbau dan sapi pun dijual karena tenaganya sudah digantikan traktor. Sementara, di desa yang sedang berubah itu muncul kemelut akibat pemilihan kepala desa yang tidak jujur. Pambudi, pemuda Tanggir yang bermaksud menyelamatkan desanya dari kecurangan kepala desa yang baru malah tersingkir ke Yogya. Di kota pelajar itu Pambudi bertemu teman lama yang memintanya meneruskan belajar sambil bekerja di sebuah toko.
Melalui persuratkabaran, Pambudi melanjutkan perlawanannya terhadap Kepala Desa Tanggir yang curang, dan berhasil. Tetapi pemuda Tanggir itu kehilangan gadis sedesa yang dicintainya. Dan Pambudi mendapat ganti, anak pemilik toko tempatnya bekerja, meski harus mengalami pergulatan batin yang meletihkan.
Jalan Cahaya
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga (Mat 19: 12). Seorang lelaki tua tampak duduk di kursi roda. Dengan saksama, ia memperhatikan para saudaranya mengikrarkan prasetya. Benaknya memutar waktu. Ia kembali merasakan ketika peristiwa itu dialaminya sendiri sewaktu muda. Berpuluh-puluh tahun lalu, Margo Sunaryo telah menyerahkan diri sepenuhnya. Ia menggeluti hidup sebagai anggota Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda. Ia bertekad pada janji setia dalam kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan. Ia memberanikan diri melawan kodrat sebagai laki-laki pada normalnya. Ungkapan kaul membuat para lelaki itu terlahir kembali dalam Roh. Pesona hidupnya bersinar dalam pelukan jubah serta kepenuhan cinta. Mereka siap merawat panggilan melalui hidup doa, karya kerasulan, dan kebersamaan dalam persaudaraan. Seperti itu pula cerminan hidup Margo Sunaryo. Walau banyak orang menganggap jalan yang ditempuh Margo di luar kewajaran, ia menggeluti setiap kisahnya penuh kebahagiaan. Tingkahnya kocak, nyentrik, penuh lelucon, namun dari sana mengalir refleksi yang melahirkan kemendalaman makna. Termasuk soal kemerdekaan, mimpi terdalam, pergulatan melajang seumur hidup, keutuhan manusiawi, hingga mempersiapkan maut yang tak terelakkan. JALAN CAHAYA merupakan ruang tengah di antara penyucian dan kesatuan Ilahi. Margo Sunaryo berjuang menghayati kekudusan lewat selera humornya yang tinggi. Hingga akhirnya, ia menemukan seumur hidupnya menjadi persembahan.
Tempat Paling Sunyi
Di tengah keriuhan pertengkaran rumah tangga yang tak kunjung reda, Mustafa berjuang keras menyelesaikan penulisan novelnya. Berkisah tentang hidupnya yang bagai tegak di pekarangan tepi neraka, juga sejarah negerinya dalam cengkeraman perang saudara. Di antara semua kemelut yang dia hadapi, Mustafa dipertemukan dengan Riana, seorang gadis yang telah lama hadir dalam mimpi-mimpinya. Dia berharap Riana bisa mengubah jalannya, mengubah hidupnya, dan menjadi semacam pemicu semangat untuk menuntaskan novelnya yang sudah begitu lama terkatung-katung. Namun, saat Mustafa berhasil merebut hati Riana, takdirpun berkata lain. Lelaki itu justru dihadapkan pada berbagai pilihan hidup membuat luka masa lalunya menganga. Mustafa lagi-lagi terpuruk, terempas, dan terpaksa berjalan sendirian di tempat paling sunyi. Sebuah kisah perjuangan tanpa henti, pengorbanan, cinta, impian, dan pencarian diri. Bagai sebuah cermin yang menghadirkan bayang ganda, begitulah kisah kesetiaan yang terkhianati, ketulusan yang tersakiti, cinta yang berubah benci, dan surga yang seketika menjadi bentangan neraka.
- 14 Days Isabella
- A dan Z
- Agensi Rumah Tangga
- Albiandra: The Untold Story
- Anne of Avonlea
- Antologi Cerita Anak Muslim di Mancanegara
- April : Fallen
- Anatomi Rasa Karya
- Athar: Cinta dalam Ikhlas
- Arkananta
- Book’s Kitchen
- Bukan Kekasih Impian
- Catatan Harian Menantu Sinting
- Children of Blood and Bone
- Diskoneksi
- Eat Drink Sleep
- Enola Holmes dan Kereta Kuda Hitam
- Garis Batas
- Ghosting Writer
- Gyo
- Haji Murad
- Highly Unlikely
- Hotel Mooi Indie
- Iblis Menjelma Senapan Berburu
- Imama Al-Hafidzh
- Istana Merah
- Jais Darga Namaku
- Kemelut Rodansih dan Dua Anaknya
- Kenangan Manis Takkan Pernah Habis
- Klasik Bahasa Inggris White Fang
- Konstelasi Andro dan Mega: Dunia Tanpa Zodiak
- Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?
- Laiqa: Mana Hijrah?!
- Laiqa: Siniar Semut Kecil
- Laiqa: Hijab for Sisters
- Laiqa: Rope That Binds
- Lelap dalam Lautan Bintang
- Lit: Left Unsaid
- Malam Seribu Jahanam
- Mari Pergi Lebih Jauh
- Masquerade Hotel
- Me Minus You
- Mencintaimu Sampai Kau Mau
- Menyelamatkan Teetee
- Merah Kirayu
- Mickey7
- Muslimah Keren
- Nadira
- Norwegian Wood
- Mata Hari (The Spy)
- My Long Black : Unsent Letters
- Paracosm D'arte
- Parnassus Keliling
- Pada Sebuah Kapal
- Perempuan di Rumah No 8
- Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
- Rara Mendut
- Romansa Stovia
- Rumah di Mango Street
- Rumus Ciuman Sempurna
- Sang Pemenang Berdiri Sendirian
- Sarhad
- Seandainya
- Senyum Karyamin
- Seperti Sungai Yang Mengalir
- Serikat Anjing Mandiri
- Sidney Sheldon's The Phoenix
- Sikencur
- Sihir Perempuan
- Suluh Rindu
- Sumur Anjing Gila
- The Boyfriend
- The Count of Monte Cristo
- The Dragon's Promise
- Ther Melian - Discord
- The Night Mark
- The Night Swim
- The Power
- The Snatched and The Snapped
- Toko Buku Kucing Hitam
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3
- Tumbal Genderuwo
- Yang Katanya Cemara Karya
- Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati
- Yang Tak Kunjung Usai
- We Hunt the Flame: Memburu Api