in

Review Buku Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

Rating 3,8/5

 

Siapa yang tidak kenal dengan Eka Kurniawan, sastrawan yang kerap kali menggunakan idiom-idiom unik dan tidak biasa dalam judul atau isi karyanya? Salah satu karyanya yang menarik perhatian adalah buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong. Buku ini dirilis setelah delapan tahun Eka tidak menerbitkan buku panjang, menambah antusiasme pembaca setianya. Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang tetap setia pada gaya khas sang penulis, dengan penggunaan bahasa yang cerdas dan sentuhan humor yang segar.

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Dalam buku ini, Eka mengajak kita menjelajahi berbagai tema, mulai dari kehidupan sehari-hari, politik, hingga isu-isu sosial. Semua tema tersebut diolah dengan pendekatan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menantang pemikiran. Kumpulan cerpen ini cocok untuk kamu yang menginginkan bacaan yang tidak biasa, namun tetap memberikan kedalaman makna di balik setiap ceritanya. Gaya bahasa Eka yang cerdas membuat buku ini terasa segar dan berbeda dari bacaan konvensional.

Nah, Grameds, sebelum mulai membaca buku ini, ada baiknya kamu melihat artikel di bawah ini yang mengulas sinopsis, kelebihan, dan kekurangan Anjing Mengeong Kucing Menggonggong. Dengan begitu, kamu bisa lebih memahami apa yang akan kamu temukan di dalam buku ini. Selamat menikmati bacaan yang penuh warna ini!

Sinopsis Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong

Holiday Sale

Buku ini menceritakan seorang anak bernama Sato Reang yang memutuskan untuk meninggalkan jalan hidup sebagai anak saleh yang selama ini ditunjukkan oleh ayahnya. Kadang ia demikian intim dengan dirinya, sehingga ini merupakan cerita tentang aku, tapi kali lain ia tercerabut, dan ini menjadi kisah tentang Sato Reang.

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Aku berhenti pergi ke masjid. Aku berhenti sembahyang. Aku tak lagi mengucapkan doa sebelum tidur. Sato Reang makan menggunakan tangan kiri, bodo amatlah, dan masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam. Jika sedang malas, aku pipis di samping pohon pisang tanpa cebok. Tak ada petir menyambarku seperti pecut api. Tak ada gempa meruntuhkan rumahku.

Tak ada anjing sekonyong datang dan menggigit betisku. Sato Reang bisa makan kenyang. Ia bisa tertawa riang untuk lelucon paling garing. Ia bisa tidur nyenyak, seperti sebongkah pohon, dan terbangun dengan perasaan penuh binar. Tentu sesekali ia menderita kesialan kecil, seperti gatal-gatal di bokong, tapi itu mudah saja disembuhkan dengan salep murah dari warung.

Sato Reang mesti berjumpa dengan Jamal, remaja seumuran yang tertib dan saleh. Di tengah kemuakkannya, kehadiran Jamal seolah-olah mewakili tatapan mengawasi sang ayah.

“Berbuatlah sedikit dosa, Jamal,” kataku kepada satu kawan sekolah, seolah ingin menyebarkan pencerahan yang kuperoleh. “Kau anak saleh. Pahalamu sudah banyak. Bertumpuk-tumpuk. Tak akan habis dikurangi timbangan dosamu.” Mendengar kata-kataku tersebut, Jamal akan terdengar bergumam, memohon perlindungan dari Tuhan.

“Aku berjanji akan ada suatu hari di mana aku bisa merayakan kebebasan, melakukan apa pun yang aku mau, dan di saat itu aku boleh menangis sekehendak hati.”

– Sato Reang –

Tentang Penulis Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong.

Eka Kurniawan, lahir di Tasikmalaya pada tahun 1975, adalah salah satu penulis Indonesia yang paling berpengaruh di kancah sastra internasional. Ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada pada tahun 1999. Sejak itu, ia telah menerbitkan beberapa novel yang terkenal, seperti Cantik itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), dan O (2016). Selain menulis novel, Eka juga aktif menulis kumpulan cerpen, esai, hingga skenario film.

Karya-karya Eka Kurniawan telah diterjemahkan ke lebih dari tiga puluh bahasa, menunjukkan pengaruhnya yang meluas di dunia sastra. Berkat kontribusinya, ia telah menerima berbagai penghargaan internasional, termasuk Emerging Voice Financial Times/Oppenheimer Award pada tahun 2016, Prince Claus Awards 2018, dan World Readers Award di Hong Kong pada tahun 2016. Eka juga mendapatkan apresiasi dari para kritikus sastra atas kemampuannya menggabungkan elemen-elemen surealis, sosial, dan politik dalam karyanya.

Salah satu karyanya yang berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas bahkan diadaptasi menjadi film layar lebar yang mendapat pengakuan luas serta berhasil memenangkan penghargaan, memperkuat posisi Eka sebagai sosok penting di dunia sastra dan perfilman.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong.

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Mengandung tema-tema yang masih relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Penciptaan karakter yang unik untuk mengangkat realitas sosial
  • Ada nilai-nilai kehidupan yang bisa kita refleksikan.
  • Alur cerita yang tidak bisa ditebak karena sesuai dengan ciri khas penulis
Cons
  • Ceritanya yang dapat disalah artikan dan diikuti oleh pembaca yang tidak mengerti
  • Judul buku yang kurang merepresentasi isi cerita

Kelebihan Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong ini mengandung beberapa tema yang diangkat dari cerita sehari-hari yang masih relevan. Cerita yang masih relevan ini menampilkan tema mulai dari kehidupan sehari-hari, sosial dan politik dengan pendekatan yang cerdas dan penuh humor. Meski cerita yang dituliskan terkadang terasa absurd atau aneh namun masih tetap relate dengan kondisi sosial yang semakin berubah dari waktu ke waktu. Penulis dengan baik menuliskan berbagai tema sosial ini dengan humor dan sindiran sehingga tertuju secara halus.

Karakter yang dituliskan dalam buku ini juga sangat unik, menggambarkan manusia yang semakin lama semakin mengembangkan sifat kebinatangan. Sato Reang sendiri memiliki arti yaitu Binatang (milik)ku. Karakter ini dibuat tidak semerta merta untuk menggurui namun penulis mengajak pembaca melihat realita yang ada dan bagaimana realita itu hidup selama ini dekat dengan kita karena terkadang setiap manusia pasti akan memiliki sifat kebinatangan itu. Karakter Sato Reang dan Jamal dapat menjadi gambaran generasi saat ini yang mudah terbawa arus dan tekanan teman sebaya sehingga menjadi pribadi yang “rusak”.

Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong ini bukan sembarang buku sastra yang tidak memiliki nilai dan sesuatu yang bisa direnungkan. Buku ini akan mengajak kamu untuk merefleksikan kehidupan, identitas, dan hubungan antar individu dengan cara yang baru. Pembaca juga diajak untuk melihat norma-norma sosial yang ada dan mempertanyakan mengenai norma-norma itu apakah masih sesuai atau justru malah bertolak belakang. Sato Reang dibuat menjadi sebuah kritikan terhadap kondisi seorang laki-laki.

Kelebihan lain yang tidak ditemukan pada buku karya penulis lain sekaligus menjadi ciri khas Eka sendiri yaitu alur nya yang dituliskan Eka tidak pernah terpaku atau terdapat struktur khusus atau unsur pembabakan. Alur ceritanya tidak mudah ditebak karena memang sesuai dengan keinginan Eka sendiri sehingga tidak ada yang dapat menentukan dan memprediksi alurnya. Pada bagian ending juga cukup memuaskan dimana Sato Reang akhirnya bisa mencari jati dirinya dengan baik dalam mencapai kebebasan.

Kekurangan Buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Salah satu kekurangan buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong terletak pada alur ceritanya. Buku ini sebenarnya berisi kritik sosial yang berkaitan dengan kehidupan remaja laki-laki yang berjuang mencari kebebasan setelah kehilangan ayahnya. Namun, jika pesan ini disalahartikan oleh pembaca yang mungkin mengalami hal serupa, risikonya adalah mereka bisa menganggap sikap memberontak sebagai hal yang positif. Padahal, inti dari cerita ini adalah untuk memberikan pelajaran bahwa dalam menghadapi ajakan yang negatif, kita harus tetap memiliki pendirian yang kuat.

Selain itu, buku ini juga memiliki kekurangan pada aspek judul yang tidak sepenuhnya mencerminkan isi ceritanya. Berbeda dengan karya-karya Eka lainnya, di mana judul biasanya mewakili inti dari buku, Anjing Mengeong Kucing Menggonggong justru terasa ambigu. Pembaca yang melihat judul ini mungkin akan kebingungan dan merasa bahwa ada ketidaksesuaian antara ekspektasi yang dibangun oleh judul dengan isi cerita yang sebenarnya.

Meskipun demikian, buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong ini tetap menawarkan cerita yang menarik dengan tema yang jarang diangkat, yakni pergolakan batin seorang remaja dalam mencari identitas. Namun, akan lebih baik jika pesan moralnya disampaikan dengan lebih jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman di kalangan pembaca. Penggunaan judul yang lebih relevan juga akan membantu meningkatkan daya tarik dan pemahaman terhadap cerita.

Penutup

Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

button cek gramedia com

Nah, Grameds, itulah beberapa ulasan singkat mengenai buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong. Buku ini sangat cocok untuk kamu yang menyukai genre surealis dengan lapisan makna yang mendalam. Setiap ceritanya tidak hanya menghadirkan narasi yang unik, tetapi juga menantang pembaca untuk merenungi kritik sosial yang disisipkan secara cerdas. Bagi penggemar karya-karya Eka Kurniawan, buku ini pastinya akan menjadi bacaan yang menarik dan memikat.

Namun, bagi kamu yang baru pertama kali membaca karya Eka, buku ini mungkin terasa sulit dipahami. Dengan penuh sindiran terhadap kehidupan sosial masa kini, Eka menyoroti bagaimana banyak norma-norma kehidupan yang telah dilupakan atau dianggap remeh. Pesan-pesan kritis yang disajikan melalui cerita-cerita surealisnya bisa menjadi tantangan tersendiri, tetapi justru itulah daya tarik buku ini—mengajak kita untuk berpikir lebih dalam tentang realitas yang ada di sekitar kita.

Jika Grameds tertarik membaca buku Anjing Mengeong Kucing Menggonggong, Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku yang berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Novel Cantik Itu Luka

Novel Cantik Itu Luka

button cek gramedia com

Hidup di era kolonialisme bagi para wanita dianggap sudah setara seperti hidup di neraka. Terutama bagi para wanita berparas cantik yang menjadi incaran tentara penjajah untuk melampiaskan hasrat mereka. Itu lah takdir miris yang dilalui Dewi Ayu, demi menyelamatkan hidupnya sendiri Dewi harus menerima paksaan menjadi pelacur bagi tentara Belanda dan Jepang selama masa kedudukan mereka di Indonesia. Kecantikan Dewi tidak hanya terkenal dikalangan para penjajah saja, seluruh desa pun mengakui pesona parasnya itu. Namun bagi Dewi, kecantikannya ini seperti kutukan, kutukan yang membuat hidupnya sengsara, dan kutukan yang mengancam takdir keempat anak perempuannya yang ikut mewarisi genetik cantiknya. Tapi tidak dengan satu anak terakhir Dewi, si Cantik, yang lahir dengan kondisi buruk rupa. Tak lama setelah mendatangkan Cantik ke dunia, Dewi harus berpulang. Tapi di satu sore, dua puluh satu tahun kemudian, Dewi kembali, bangkit dari kuburannya. Kebangkitannya menguak kutukan dan tragedi keluarga.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

button cek gramedia com

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan bercerita tentang seorang anak muda bernama Ajo Kawir yang digambarkan sebagai pemuda yang bermasalah, nakal, dan biang onar. Suatu ketika bersama sahabatnya Si Tokek, Ajo Kawir mengintip sebuah tragedi pemerkosaan yang dilakukan oleh dua orang polisi terhadap seorang perempuan sakit jiwa. Mereka mengintip kejadian tersebut melalui lubang dari jendela dan nahasnya perbuatan mereka ketahuan saat salah satu di antara mereka terpeleset jatuh. Si Tokek sendiri berhasil kabur, sedangkan Ajo Kawir sialnya dibekuk oleh kedua polisi tersebut. Tak mampu melawan, Ajo Kawir langsung diseret ke dalam gubuk tempat berlangsungnya perbuatan bejat kedua polisi tersebut. Ajo Kawir dipaksa untuk menyaksikan pemerkosaan tersebut, bahkan sampai diajak untuk turut serta dengan moncong pistol diarahkan ke kepala Ajo Kawir. Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

button cek gramedia com

Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.