in

Review Buku Tan Peng Nio

t( "Enter your js here!" )

Rating: 4.32

Grameds mungkin sudah mengenal nama Tan Peng Nio atau bahkan mengetahui sejarah hidupnya. Raden Ayu Tan Peng Nio adalah seorang pejuang dari keturunan Tionghoa-Indonesia yang ikut serta dalam perlawanan melawan tentara Belanda dalam peristiwa Geger Pecinan. Ia merupakan putri Jenderal Tan Wan Swee, yang mengalami perselisihan dengan Kaisar Qian Long dari Dinasti Qing dan memberontak, meskipun pemberontakan itu berakhir dengan kegagalan.

Setelah kudeta gagal, Jenderal Tan Wan Swee menitipkan Tan Peng Nio kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe, seorang ahli dalam membuat peti mati sekaligus ahli bela diri. Bersama Lia Beeng Goe, Tan Peng Nio melarikan diri ke Singapura dan kemudian pindah ke Sunda Kalapa (sekarang Jakarta).

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Pada tahun 1740, terjadi peristiwa Geger Pecinan di mana tentara VOC Belanda melakukan pembantaian terhadap warga Tionghoa. Dalam situasi ini, diceritakan bahwa Tan Peng Nio dan Lia Beeng Goe melarikan diri ke arah Timur hingga sampai di Kutowinangun, sebuah daerah di Kebumen, Jawa Tengah, disini mereka bertemu dengan seorang ahli professional dalam membuat senjata yaitu, Kiai Honggoyudho.

Buku Tan Peng Nio karya Rudi Utomo & Mahya Bil Qisti adalah sebuah karya yang mengisahkan hidup Tan Peng Nio dalam bentuk narasi yang mendalam. Cetakan terbaru buku Tan Peng Nio terdiri atas 286 halaman yang diterbitkan pada 31 Mei 2024 oleh Penerbit Media Luhur Sentosa.

Sebelum kita mengenal Tan Peng Nio dari buku ini, kita berkenalan dahulu dengan Rudi Utomo & Mahya Bil Qisti, sosok penulis buku Tan Peng Nio. Jangan lewatkan setiap bagian artikel ini ya!

Profil Rudi Utomo & Mahya Bil Qisti – Penulis Buku Tan Peng Nio

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Rudi Utomo

Rudi Utomo lahir di Purwokerto pada 18 Mei 1968. Ia menghabiskan delapan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Pabelan Muntilan Magelang, dari tahun 1981 hingga 1989. Setelah menyelesaikan masa pendidikannya di pesantren, Rudi melanjutkan studi di Fakultas Syari’ah dengan Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Negeri (UIN).

Karirnya sebagai penulis dimulai pada tahun 1999, ketika Rudi mulai menulis skenario untuk berbagai program televisi. Salah satu karya terkenalnya adalah KISMIS (Kisah-kisah Misteri), yang tayang di RCTI dari tahun 2000 hingga 2002. Program ini menjadi pelopor dalam genre tayangan misteri di Indonesia dan diakui sebagai tren di dunia pertelevisian serta perfilman.

Pada tahun 2008, Rudi menulis serial televisi berjudul Santriwati Gaul, yang ditayangkan di TPI dan diproduksi oleh Starvision Plus. Serial ini berhasil membuka pintu bagi munculnya program-program religi yang mengambil latar pesantren, memperkaya variasi tayangan di televisi Indonesia.

Selain menulis untuk televisi, Rudi Utomo juga aktif sebagai penulis buku fiksi. Beberapa karyanya yang populer antara lain Hantusiana (Ensiklopedi Mini Hantu Indonesia) dan Dimensi Lain (Ghost Stories). Rudi juga sering terlibat sebagai penyunting dan ghostwriter, salah satu buku yang disuntingnya adalah Miniatur Madinah, yang membahas konsep pembangunan peradaban umat.

Mahya Bil Qisti

Mahya Bil Qisti, lahir di Jakarta pada 22 November 2000, adalah anak kedua dari Rudi Utomo. Setelah menempuh pendidikan di Universitas Trilogi Jakarta, ia mulai meniti karier sebagai penulis. Karya pertamanya, novel berjudul Waru, sukses dipublikasikan dan membuka jalan bagi karya berikutnya, Tan Peng Nio, yang mempertegas kehadirannya di dunia sastra.

Sinopsis Buku Tan Peng Nio

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Krisis ekonomi dan penyebaran hoaks pada tahun 1740 memicu peristiwa tragis yang dikenal sebagai Geger Pecinan, di mana lebih dari 10 ribu warga keturunan Tionghoa di Batavia dibantai oleh tentara Belanda, dan lebih dari 500 ribu rumah mereka dijarah dan dibakar. Mereka yang berhasil selamat melarikan diri ke Jawa Tengah. Kelompok-kelompok warga Tionghoa yang melarikan diri kemudian membentuk pasukan milisi dan bergabung dengan pasukan Keraton Mataram untuk melawan tentara Belanda, berhasil merebut beberapa wilayah di Jawa Tengah.

Di tengah kekacauan tersebut, muncul seorang prajurit wanita yang berpakaian seperti prajurit pria bernama Tan Peng Nio. Ia adalah putri dari Jenderal Tan Wan Swee, seorang jenderal yang pernah memberontak melawan Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing, sebelum akhirnya melarikan diri ke Jawa. Tan Peng Nio menyamar dengan mengenakan pakaian pria untuk menghindari pengejaran pasukan Kaisar Qianlong, yang berkolaborasi dengan tentara Belanda untuk menangkapnya hidup-hidup dan membawanya kembali ke Tiongkok agar dihadapkan pada Kaisar.

Peristiwa Geger Pecinan memicu perang besar antara pasukan gabungan warga Tionghoa dan Jawa melawan Belanda yang berlangsung selama 16 tahun, dari 1741 hingga 1757, dan berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Dalam perang tersebut, Tan Peng Nio bertemu dengan seorang pemuda bernama Sulaiman Kertowongso, yang ternyata adalah putra dari Kanjeng Raden Tumenggung Kolopkaing II.

Di balik pertumpahan darah yang terjadi, juga terselip kisah cinta antara Tan Peng Nio dan Sulaiman, yang menambah nuansa roman dalam sejarah tersebut. Kisah ini menggambarkan sosok Tan Peng Nio sebagai pendekar wanita Tionghoa yang memiliki semangat kecintaan terhadap Nusantara, mengajarkan nilai-nilai cinta dan etika dalam kehidupan berbangsa yang melintasi batas suku, ras, dan agama.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Tan Peng Nio

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Memberikan pengetahuan tambahan tentang sejarah dan pahlawan Indonesia.
  • Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti.
  • Isi buku yang terstruktur.
  • Terdapat unsur romansa dan kekeluargaan.
  • Memberikan insight serta bisa mengubah pandangan kepada keturunan Tionghoa di Indonesia.
  • Memberikan pembelajaran berharga.  
Cons
  • Terdapat banyak istilah sejarah.

Kelebihan Buku Tan Peng Nio

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Tan Peng Nio memiliki banyak sekali kelebihan yang dapat menarik perhatian pembaca, terutama generasi muda yang tertarik memahami lebih dalam tentang sejarah Indonesia dan peran penting sosok-sosok yang mungkin selama ini terabaikan. Salah satu kelebihan utama buku ini adalah bagaimana ia memperkenalkan sosok pahlawan yang berperan besar dalam perjuangan bangsa Indonesia, namun seringkali kurang mendapatkan sorotan dalam arus utama buku sejarah. Melalui tokoh-tokoh ini, buku ini memberikan pengetahuan tambahan yang penting serta mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menghargai kontribusi para pahlawan tersebut, termasuk dari kalangan keturunan Tionghoa yang sering kali tersingkir dari diskusi sejarah nasional.

Penggunaan bahasa dalam buku Tan Peng Nio ini juga sangat mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, dapat menikmati isinya tanpa merasa terbebani oleh istilah-istilah yang terlalu rumit. Selain itu, isi buku yang terstruktur dengan baik memudahkan pembaca mengikuti alur cerita dan mempelajari fakta-fakta sejarah secara sistematis, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Tidak hanya terbatas pada penyajian fakta sejarah, buku ini juga berhasil menyegarkan ceritanya dengan sentuhan romansa dan kekeluargaan. Kehadiran unsur-unsur ini tidak hanya memberikan dimensi emosional yang lebih kaya, tetapi juga menjadikan buku ini lebih menarik bagi pembaca yang menyukai cerita dengan nuansa kemanusiaan. Bumbu romansa dan kekeluargaan ini membantu menggambarkan bahwa para tokoh sejarah tersebut bukan hanya pahlawan dalam perjuangan nasional, tetapi juga manusia biasa yang memiliki kehidupan pribadi dan hubungan antar keluarga.

Salah satu poin yang paling berharga dari buku Tan Peng Nio ini adalah bagaimana ia bisa memberikan insight yang mendalam serta mampu mengubah pandangan pembaca terhadap keturunan Tionghoa di Indonesia. Di tengah konteks sejarah yang jarang menyebut etnis tionghoa, buku ini hadir untuk menampilkan realitas yang lebih adil dan memberikan gambaran yang lebih luas tentang peran mereka dalam perjuangan bangsa. Hal ini memberikan pembelajaran penting bagi pembaca untuk lebih menghargai keragaman dan peran semua kelompok etnis dalam membangun Indonesia.

Yang terakhir, buku Tan Peng Nio ini memberikan banyak pembelajaran berharga bagi pembacanya. Selain menggali pengetahuan sejarah, buku ini juga mengajarkan nilai-nilai penting seperti keberanian, pengorbanan, dan pentingnya persatuan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi bangsa ini. Dengan demikian, buku ini bukan hanya sebuah bacaan yang menghibur dan informatif, tetapi juga sebuah alat yang dapat membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air serta semua elemen yang membentuk identitas Indonesia.

Kekurangan Buku Tan Peng Nio

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Walaupun buku ini menawarkan berbagai keunggulan yang memikat, ada beberapa hal yang mungkin menjadi tantangan bagi sejumlah pembaca. Salah satu kendala utama adalah banyaknya penggunaan istilah-istilah sejarah yang mungkin tidak familiar bagi sebagian orang. Referensi terhadap peristiwa bersejarah dan tokoh-tokoh tertentu bisa terasa membingungkan bagi pembaca yang tidak memiliki latar belakang sejarah yang memadai.

Bagi mereka yang kurang memahami konteks historis tersebut, kerap kali diperlukan waktu tambahan untuk menghentikan alur bacaan demi mencari penjelasan atau pemahaman lebih lanjut. Hal ini tentu dapat mengurangi kelancaran membaca dan mengganggu kenikmatan dalam menyelami cerita. Meskipun tidak merusak keseluruhan pengalaman, ketergantungan pada pengetahuan sejarah yang lebih mendalam bisa menjadi penghalang bagi sebagian pembaca untuk benar-benar larut dalam alur cerita yang ada pada buku Tan Peng Nio ini.

Penutup

Tan Peng Nio

button cek gramedia com

Untuk Grameds yang ingin mengenali lebih dalam tentang Raden Ayu Tan Peng Nio, buku ini wajib sekali untuk kalian miliki, dengan begitu kalian akan lebih memahami dan mengenali tokoh pahlawan lain yang berperan penting dalam sejarah Indonesia.

Bagi Grameds yang ingin membaca buku Tan Peng Nio karya Rudi Utomo & Mahya Bil Qisti, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyediakan rekomendasi buku-buku yang tak kalah seru di bawah ini. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Jalan Berliku Menjadi Orang Indonesia

Jalan Berliku Menjadi Orang Indonesia

button cek gramedia com

Buku ini mengungkap duka-cerita perjuangan perempuan-perempuan miskin suku Tionghoa memperoleh dokumen-dokumen kewarganegaraan Indonesia. Mereka hanya tujuh dari ribuan warga Indonesia yang tinggal di kawasan Cina Benteng, Tangerang yang terlunta-lunta karena tidak memiliki kelengkapan sah sebagai warganegara Indonesia seperti akta lahir, KTP, dan kewarganegaraan Indonesia akibat hukum administrasi Indonesia yang masih mengacu pada aturan zaman Hindia-Belanda.

Kendati sudah jelas diskriminatif secara agama dan sukubangsa, aturan itu masih dibela oleh Pemerintah Indonesia sehingga mengakibatkan sebagian bangsa Indonesia susah meraih status warganegara di negeri sendiri. Mereka yang kesulitan terutama warga Cina Benteng–keturunan Tionghoa yang sudah kawin-mawin dengan Pribumi. Bagaimana kisah mereka menghadapi hukum dan birokrat yang diskriminatif lagi korup? Apakah mereka berhasil menuntut hak-hak sebagai warganegara?

Pit Onthel

Seri Lawasan - Pit Onthel

button cek gramedia com

Buku ini merangkum ingatan tentang masa jaya sepeda onthel, mulai dari sejarah, merek-merek terkenal, iklan, hingga onderdil dan aksesorinya. Dikembangkan dari katalog yang pernah diterbitkan Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Pit Onthel tidak sekadar mengunjukkan informasi, namun juga kemasan yang apik dengan beragam gambar menarik. Paduan semua itu dengan puisi, cerita pengguna, dan cerita pendek memberi ruang bagi pembaca untuk menilik kembali keeksotisan sepeda onthel yang mulai terlupakan, sembari merasainya. Seri Lawasan mengoerei prihal fatsal-fatsal jang koeno-koeno dimana toean dannjonja bisa dapat mengenang pelbagai benda koeno melaloei padoean sedjarah,loekisan, tjeritera, dan potret jang menarik hati.Empat joedoel seri ini: Pit Onthel, Uang Kuno, Potret, Pranata Mangsa.

Cerita Di Balik Noda

 

Cerita di Balik Nodabutton cek gramedia com

Kisah-kisah dalam Cerita di Balik Noda ini seolah menyadarkan kita betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup yang tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa.

Barangkali karena yang melahirkan anak-anak, para ibulah yang umumnya mampu melihat semua itu dengan cinta mereka. Tidak heran bila kisah-kisah dalam buku ini kebanyakan ditulis oleh kaum ibu. Mereka berbagi cerita tentang hubungan ibu-anak yang telah memperkaya jiwa mereka.

 

Sumber:

  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tan_Peng_Nio
  • https://siapabilang.com/penulis-rudi-utomo/wall/

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.