in

Kaca Terbuat dari Apa? Ternyata Ini 6 Bahan Utamanya!

Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang Grameds menemukan gedung atau bahkan alat makan yang terbuat kaca seperti lampu, jendela, botol dan lain sebagainya. Grameds juga pasti sudah tahu bahwa kaca berasal dari bahan yang bersifat cair.

Bahan dasar kaca rupanya bersifat cair yang memiliki tingkat kepadatan cukup tinggi serta struktur amorf. Atom yang ada dalam struktur tersebut biasanya akan membentuk suatu jalinan yang tidak beraturan.

Lalu, kaca terbuat dari apa? Apa saja bahan-bahan yang memiliki sifat cair dan mampu berubah menjadi kaca? Penasaran kan? Yuk, simak penjelasan enam bahan utama dari kaca dan penjelasan lengkapnya.

 

Kaca Terbuat dari Apa? Ini Bahan Utamanya!

Kaca terbuat dari bahan yang mulanya memiliki sifat cair, akan tetapi memiliki kepadatan tinggi dengan struktur amorf di dalamnya. Kebanyakan kaca dibuat dari silika dengan campuran batu pasir serta fluks.

Kedua bahan tersebut kemudian akan menghasilkan kekentalan serta titik leleh yang tidak terlalu tinggi untuk kemudian dapat dicampur kembali dengan bahan stabilisator agar menjadi kaca yang kuat.

Kaca yang digunakan untuk jendela, lampu serta botol tergolong sebagai kaca soda lime yang terbuat dari silika, fluks soda, stabilisator lime serta tanah liat kapur dengan tambahan magnesia yang kemudian dicampur sedikit alumina.

Selain bahan-bahan tersebut, kaca juga dapat dibuat dengan enam bahan utama di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pasir

Pasir merupakan salah satu bahan yang paling dasar dalam proses pembuatan kaca. Namun jenis pasir yang digunakan tidak bisa sembarangan dan hanya pasir kuarsa mendekati murni sajalah yang dapat menjadi bahan utama kaca.

Selain itu, besi yang terkandung di dalam pasir juga tidak boleh lebih dari 0,45%. Dikarenakan alasan inilah, pabrik pasir biasanya dikategorikan sesuai dengan endapan pasir kaca yang ada di dalamnya.

2. Feldspar

Feldspar memiliki rumus umum berupa R2O.1I2O3.6SiO2, R20 pada feldspar dapat berupa Na20 atau pun K20 atau bisa juga campuran dari keduanya. Sebagai sumber dari AI203, feldspar sering kali digunakan untuk industri kaca.

Bahan utama satu ini memiliki harga yang cukup terjangkau dibandingkan bahan utama kaca lainnya dan juga memiliki kemurnian yang dibutuhkan untuk membuat kaca. Tak hanya itu saja, feldspar juga mudah dilebur.

(Sumber foto: pexels.com)

3. Borax

Bahan utama pembuat kaca yang ketiga adalah borax atau Natrium Tetraborate merupakan bahan campuran yang menambahkan Na20 dengan boron oksida pada kaca. Borax rupanya memiliki daya fluks yang cukup kuat, oleh karena itulah borax dapat menjadi bahan utama kaca yang membuat kaca menjadi lebih tahan terhadap reaksi kimia.

Kaca yang dihasilkan borax memang cenderung lebih kuat terhadap reaksi kimia, oleh karena itulah kaca dari borax jarang digunakan sebagai jendela akan tetapi lebih sering digunakan sebagai bahan pembuat kaca optik.

4. Garam

Jangan salah sangka, garam yang digunakan sebagai bahan utama kaca bukanlah garam dapur yang memiliki kandungan ioudium. Garam yang digunakan untuk membuat kaca sangat berbeda dengan garam dapur.

Pada industri kaca, kerak garam akan digunakan sebagai salah satu bahan tambahan. Kerak garam disinyalir dapat membersihkan buih-buih yang akan mengganggu pada tanur tangki.

5. Kullet atau Cullet

Bahan utama kaca selanjutnya adalah kullet, terdengar asing bukan? Kullet merupakan bahan serpihan kaca yang berasal dari limbah kaca, yaitu pecahan-pecahan kaca yang berasal dari barang pecah belah yang telah rusak.

Biasanya bahan kullet akan digunakan sebanyak 10% atau hingga 80% sebagai salah satu bahan utama pembuatan kaca.

6. Blok Refractori

Kaca juga dapat dibuat dari blok refractory yang biasanya terbuat dari pasir dan kemudian dicetak sesuai dengan kebutuhan. Nantinya, blok ini akan digunakan untuk mencetak bentuk kaca sesuai dengan yang diinginkan.

Enam bahan di atas merupakan bahan-bahan utama yang sering digunakan untuk membuat kaca yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam. Salah satunya adalah sebagai jendela dan kebutuhan arsitektur lainnya.

Kaca lebih sering dipilih untuk gedung-gedung besar karena memiliki kesan terbuka, ringan sekaligus modern. Oleh karena itulah, pemilihan jendela besar dengan kaca besar biasanya menjadi pilihan untuk membuat ruangan tampak lebih lega.

Akan tetapi, tidak semua jenis kaca bisa digunakan sebagai jendela, selain itu pemasangan kaca besar untuk jendela juga perlu mempertimbangkan kondisi cuaca dari tempat bangunan tersebut.

Lalu, bagaimana cara mengetahuinya? Dalam buku Kaca Untuk Bangunan karya Christina Eviutami Mediastika disajikan penjelasan tentang elemen bangunan yang dapat menggunakan kaca, elemen pendukung dan lain sebagainya sekaligus menjelaskan mengenai iklim yang tepat untuk memasang kaca untuk bangunan.

 

Proses Lengkap Pembuatan Kaca

Bahan-bahan dasar kaca yang dijelaskan di atas kemudian harus melalui serangkaian proses yang rumit dan cukup kompleks hingga pada akhirnya dapat menghasilkan kaca yang kokoh serta dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Bagaimana proses lengkap dari pembuatan kaca tersebut? Simak penjelasan dan langkah-langkahnya berikut ini ya Grameds!

1. Mempersiapkan Bahan

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat kaca adalah dengan mempersiapkan semua bahan dengan benar. Bahan utama seperti pasir kuarsa, kapur atau soda abu perlu dibersihkan kemudian dihaluskan.

Tujuan dari membersihkan dan menghaluskan bahan utama tersebut adalah untuk menghilangkan adanya kontaminan serta mendapatkan ukuran partikel yang seragam. Dengan proses ini, maka langkah selanjutnya untuk membuat kaca akan lebih mudah.

2. Mencampurkan Semua Bahan

Setelah semua bahan dipersiapkan dengan baik dan kemudian dihaluskan serta dibersihkan, maka langkah selanjutnya adalah mencampurkan tiga bahan utama yaitu pasir kuarsa, soda abu dan kapur dengan jumlah yang tepat.

Pastikan untuk tidak asal mencampurkan semua bahan, akan tetapi menggunakan takaran yang tepat sesuai dengan resep. Selain mencampurkan bahan utama, bahan tambahan lainnya juga dapat ditambahkan pada tahap ini sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembuatan kaca.

(Sumber foto: pexels.com)

3. Meleburkan Bahan Kaca

Bahan yang telah dicampurkan tersebut kemudian akan melalui proses peleburan dengan cara dimasukkan dalam tungku peleburan kemudian dipanaskan pada suhu tinggi hingga akhirnya meleleh dan menjadi massa kaca cair.

Proses peleburan tersebut akan memungkinkan bahan kaca yang tadinya padat menjadi cair dan dapat bercampur dengan baik, selain itu proses ini juga akan menghilangkan gelembung udara yang ada.

4. Tahap Pemurnian

Proses keempat setelah meleburkan kaca adalah pemurnian. Pada tahap ini, massa kaca yang berubah menjadi cair akan memiliki gelembung atau gas yang terperangkap di dalamnya, oleh karena itu gas tersebut perlu dihilangkan dalam proses pemurnian.

Tahapan pemurnian ini dilakukan dengan cara mengalirkan bahan kaca melalui sebuah tangki penyaringan yang disebut pula sebagai proses degassing.

5. Membentuk Kaca

Massa kaca yang telah melalui proses pemurnian masih dalam bentuk cair dan masih harus melalui proses pembentukan agar menjadi padat. Pada proses ini, massa kaca cair akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dengan berbagai teknik.

Beberapa teknik yang digunakan adalah berupa pencetakan, peniupan hingga pengecoran untuk menghasilkan bentuk kaca sesuai dengan kebutuhan, contohnya seperti membentuk lembaran kaca, botol atau produk kaca lain.

6. Pendinginan

Setelah kaca dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan, maka proses selanjutnya adalah mendinginkan kaca secara perlahan-lahan. Proses ini memiliki tujuan agar dapat mengurangi tegangan internal sekaligus mencegah terjadinya retakan atau kaca pecah.

7. Pengolahan Lebih Lanjut

Tahap terakhir dalam mengolah kaca adalah pengolahan lebih lanjut yang tidak bisa disepelekan seperti pemotongan, penghalusan tepi atau pelapisan pada permukaan kaca sesuai dengan kebutuhan penggunaan di bagian akhir.

Saat ini, penggunaan kaca untuk bangunan terutama rumah menjadi sebuah tren. Pasalnya kaca menjadi salah satu elemen interior yang memiliki banyak manfaat. Bangunan yang memiliki banyak kaca akan mendapatkan sinar matahari lebih baik.

Dengan begitu, bangunan tersebut tidak akan boros listrik karena menyalakan lampu di siang hari. Selain itu, penggunaan kaca juga dianggap lebih estetik dibandingkan material lain. Akan tetapi, agar kaca dapat terlihat cantik menjadi interior rumah Grameds perlu memahami beberapa hal.

 

Salah satunya adalah menempatkan kaca pada tempat yang tepat dengan melihat inspirasi serta contoh-contoh penerapan kaca untuk rumah. Dalam buku Seri Rumah Ide – Kaca & Fiberglass disajikan inspirasi, metode pemasangan hingga kisaran harga penggunaan kaca sebagai interior rumah.

 

Seri Rumah Ide - Kaca & Fiberglass

 

Kaca dalam Kehidupan Sehari-hari

(Sumber foto: pexels.com)

Kaca tak hanya digunakan sebagai bahan bangunan atau interior rumah saja, akan tetapi juga sering digunakan sebagai bahan perabotan rumah, seperti gelas, piring, mangkok dan lainnya. Selain itu, kaca juga digunakan untuk bahan industrial hingga aksesoris. Nah, di mana Grameds bisa menemukan kaca dalam kehidupan sehari-hari? Inilah jawabannya:

1. Kaca Las

Tak hanya sebagai jendela, kaca rupanya juga dapat berfungsi sebagai kaca las yang berfungsi untuk melindungi area wajah ketika seseorang sedang melakukan kegiatan pengelasan.

Biasanya, kaca las akan dipasang pada helm atau pelindung wajah dengan warna kaca berwarna gelap. Warna gelap pada kaca las bukan tanpa alasan akan tetapi karena kaca tersebut harus mampu mengabsorbsi semua sinar yang dapat menyilaukan mata.

2. Peralatan Optik

Kaca secara luas juga digunakan untuk peralatan optik karena memiliki komposisi yang bersifat transparan serta mampu ditembus cahaya. Selain itu kaca dipilih sebagai peralatan optik karena memiliki sifat polikristalin.

3. Dinding Kaca

Banyak orang mengira bahwa kaca biasanya tidak memiliki ketahanan yang kuat untuk dijadikan sebagai salah satu bagian dari bangunan. Akan tetapi, kaca juga sering digunakan sebagai dinding kaca yang biasa dipasang untuk muka bangunan.

Biasanya dinding kaca digunakan untuk bangunan yang memiliki tujuan memamerkan benda yang ada di dalam, contohnya seperti ruang pameran dan dealer mobil.

Dinding kaca tidak hanya membuat bangunan tampak lebih estetik dan memenuhi fungsi, akan tetapi juga murah dari segi biaya serta kekinian sekaligus ikonik.

Material kaca banyak dipilih sebagai bahan interior karena dapat memberikan manfaat. Kepopuleran material ini kemudian mengakibatkan munculnya banyak jenis kaca, mulai dari yang kuat seperti tempered glass atau kaca bening yang cantik.

Tak hanya cantik, penggunaan kaca juga dapat menghemat energi suatu bangunan karena akan mendapatkan pencahayaan yang cukup. Dengan penggunaan kaca, sebuah bangunan bisa menghemat energi yang cukup banyak.

 

Selain menggunakan kaca, ada pula beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menghemat energi serta ikut melestarikan lingkungan melalui bangunan, seperti yang dijelaskan dalam buku Hemat Energi & Lestari Lingkungan Melalui Bangunan yang merinci pembahasan hemat energi untuk sebuah bangunan dengan contoh-contohnya!

 

Hemat Energi & Lestari Lingkungan Melalui Bangunan

 

Penutup

Sebagai penutup, pemahaman mengenai bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kaca sangat penting untuk menilai proses dan inovasi di balik material yang sering kita anggap sepele ini. Dari pasir, feldspar, hingga garam masing-masing memiliki peran krusial dalam menentukan kualitas dan karakteristik kaca.

Dengan pengetahuan ini, kita tidak hanya dapat lebih peduli dengan produk kaca yang kita gunakan sehari-hari, tetapi juga mendorong kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan inovasi dalam industri kaca di masa depan. Grameds, kamu bisa mengetahui lebih banyak informasi tentang pembuatan kaca melalui kumpulan buku bangunan yang tersedia di Gramedia.com.

 

Kaca Untuk Bangunan

Kaca memberikan kesan terbuka, ringan, dan modern pada bangunan, sehingga penggunaan material berbahan dasar kaca, kini menjadi pilihan berbagai pihak, seperti pemilik, arsitek, maupun pengguna bangunan. Namun, informasi tentang kaca yang rinci terkait ilmu bangunan belum tersaji secara lengkap dan mendalam.

Buku ini mencoba mengupas kaca, mulai dari sejarah, komponen penyusun, jenis, standar, hingga industri kaca yang kini memegang peranan dalam penyediaan kebutuhan kaca di dunia arsitektur. Ada pula aspek termal, optikal, kimiawi, fisis, dan mekanis kaca sebagai sebuah pengetahuan dasar sebelum melangkah pada tahap pemilihan kaca dan konsekuensi yang akan diterima ketika menggunakan kaca tertentu.

Sesungguhnya fokus dan bahasa spesifik buku ini yang membedakan dari buku-buku lain yaitu topik mengenai sifat akustik kaca jika digunakan di iklim tropis. Sifat akustik kaca di iklim hangat sedikit berbeda dengan penggunaan di iklim sejuk. Paparan terkait aspek akustika kaca diharapkan dapat mengarahkan penggunaan kaca secara lebih tepat pada iklim yang sesuai.

Buku ditutup dengan bahasan terkait elemen-elemen bangunan yang dapat diselesaikan menggunakan kaca, jenis kaca yang cocok untuk dipilih beserta elemen pendukungnya, baik kaca yang akan dipasang menggunakan bingkai atau kusen, maupun tanpa bingkai dengan sistem pemasangan yang lebih modern. Tidak ketinggalan dibahas pula sistem pemeliharaan dan perlakuan tambahan pada kaca agar kinerjanya makin baik dan tahan lama.

 

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila