in

Review Novel Relung Rasa Raisa

Rating: 3.57

Relung Rasa Raisa merupakan novel yang menceritakan tentang perjalanan hidup Raisa yang penuh dengan berbagai tantangan. Sejak lama, Raisa memiliki mimpi untuk pergi ke Jerman, namun alih-alih mewujudkan impiannya dengan mudah, ia harus menghadapi masa lalu yang kelam sebelum mencapai tujuannya. Novel ini secara mendalam menggambarkan karakter Raisa yang keras kepala dan pantang menyerah, dengan menyajikan sudut pandang dari masa lalu dan masa kini yang dialaminya.

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Raisa pernah melupakan bagaimana rasanya memiliki cita-cita. Impian yang ia miliki saat muda untuk berkuliah dan menetap di Jerman telah hancur dan nyaris tak tersisa. Namun, ketika AhA Publishing mengirimkannya untuk menghadiri Frankfurt Book Fair, Raisa merasa ini adalah kesempatan emas untuk mewujudkan cita-citanya. Perjalanan ini bukan sekadar tugas kantor biasa. Raisa ditugaskan untuk mendapatkan hak terbit sebuah novel bestseller guna menyelamatkan perusahaannya dari ancaman kebangkrutan.

Relung Rasa Raisa adalah karya Lea Agustina Citra yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 23 Juni 2021. Dengan 264 halaman, novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh remaja perempuan hingga wanita dewasa. Yuk kita telusuri bersama kisah Raisa yang berliku ini!

Profil Lea Agustina Citra – Penulis Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Lea Agustina Citra adalah seorang penulis yang aktif dan multi-talenta, memiliki berbagai minat dalam berbagai bidang. Ia sangat menyukai menyanyi, membaca cerita fantasi, serta memiliki kecintaan khusus pada film romantis yang penuh air mata, meskipun ia kurang menyukai novel dengan alur melodramatis. Selain menulis, Lea juga senang melakukan aktivitas-aktivitas kecil seperti scrapbooking dan merancang perhiasan. Menulis bagi Lea bukan sekadar hobi, melainkan telah menjadi bagian penting dari kehidupannya. Dengan keyakinan untuk selalu menulis dari hati, ia bercita-cita mencapai kesuksesan dengan sikap rendah hati.

Sebagai seorang psikolog, Lea kerap memasukkan perspektif psikologis dalam setiap karyanya. Baginya, kisah-kisah tentang hubungan antar manusia membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi. Selain Relung Rasa Raisa, beberapa karya lainnya termasuk Autumn Once More, Tales From The Dark: Kumpulan Cerpen, dan Flavia de Angela. Ia terinspirasi untuk menulis secerdas J.K. Rowling, seromantis dan secerdas Marga T, serta sekreatif Neil Gaiman, dan berharap suatu hari ia bisa mencapai level yang setara dengan mereka. Lea lahir di Jakarta, Indonesia.

Sinopsis Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Raisa merasakan sentuhan lembut di tangannya. Dengan cepat, ia membuka mata dan mendapati sepasang mata bulat berwarna kebiruan menatapnya dengan penuh kekaguman. “Butterfly,” ujar si pemilik mata biru sambil menarik-narik kupu-kupu kecil yang tergantung di gelang Raisa. Gadis kecil itu tampak berusia sekitar lima tahun dengan rambut hitam yang disisir ala Dora the Explorer. Ia terlihat sangat menggemaskan. “You’re the queen of butterflies, aren’t you?” tanyanya dengan nada suara yang penuh rasa takjub.

Raisa terdiam sejenak, dan melirik ke atas kepala si anak. Ia melihat wanita yang tampaknya adalah ibu gadis kecil itu sedang tertidur pulas. Raisa tidak sempat mengobrol dengan wanita tersebut dan bahkan tidak ingat ada anak kecil yang duduk di sebelahnya. Setelah kembali ke pesawat dari transit satu jam di Bandara Changi, ia langsung terlelap. Saking lelahnya, Raisa bahkan tidak sempat berinteraksi dengan penumpang di sebelahnya sebelum pesawat lepas landas; ia sudah terbang ke dunia mimpi. Ia terbangun sejenak ketika pramugari menawarkan makan malam, menyantap sekedarnya, lalu kembali tidur. Namun, bukan salah gadis kecil itu jika ia penasaran dengan gelang kupu-kupu yang tampak seperti terbang di tangan Raisa. Mungkin ibunya sering mendongengkan cerita tentang peri, atau bisa jadi si gadis kecil ini seperti Raisa, yang ingin menjadi kupu-kupu yang bebas terbang.

“Hi, little princess, what’s your name?” tanya Raisa. “Emily,” jawab gadis itu singkat. “Hi, Emily. I’m not the queen of butterflies, and this is just a bracelet,” jawab Raisa sambil tersenyum. Telunjuk Raisa menunjuk gelang kupu-kupu miliknya, yang sebenarnya hanyalah gelang tali biasa berwarna coklat. Namun, sepasang kupu-kupu kecil berwarna perunggu yang tergantung di sana membuat gelang tersebut terlihat lebih menarik. “Do you like it?” tanyanya. Emily tersenyum lebar sambil mengangguk heboh, memperlihatkan dua gigi kelincinya yang menyembul di balik bibirnya. “Yes, it’s so cute. Would you give it to me?” pinta si anak. Raisa terkejut, karena itu bukan maksudnya. Ia hanya bertanya apakah Emily menyukai gelang tersebut, bukan bermaksud untuk memberikannya. Gelang itu adalah simbol keberuntungannya, meskipun selama ini belum membawanya keberuntungan. Gelang tersebut telah menyaksikan sebagian besar kisah hidup Raisa, dan ia berjanji tidak akan melepaskannya hingga gelang itu benar-benar putus atau sampai ia merasa beruntung.

Emily masih menunggu jawaban atas permintaannya, dengan mata yang berkelap-kelip dan pupilnya yang membesar, mengingatkan Raisa pada adegan terkenal Puss, si kucing berpakaian Zorro, di film Shrek ketika memohon sesuatu. “I’m sorry, I can’t give it to you,” kata Raisa, berusaha menguatkan hatinya. “Why?!” seru Emily dengan suara melengking sebelum mulai menangis. Jantung Raisa terasa bergetar mendengar jeritan itu, dan ia panik luar biasa, berusaha membujuk Emily sebelum semuanya menjadi berantakan. Namun, terlambat, karena ibu si anak telah terbangun dan, tanpa mendengar penjelasan apapun, langsung menghardik Emily dengan bahasa yang tidak dimengerti Raisa. Tentu saja, hal itu membuat tangis Emily semakin keras. Raisa berusaha membujuk si ibu, tetapi bingung harus berbicara dalam bahasa apa, karena otaknya tidak bisa mencerna bahasa yang keluar dari mulut wanita tersebut. Rasanya, bahasa itu seperti bahasa Mandarin, dan dugaannya terbukti ketika ia memperhatikan mereka dengan lebih seksama.

Wanita itu memiliki kulit putih dan mata sipit, yang sekilas mengingatkannya pada Gong Li ketika berperan sebagai Empress Phoenix di film epik Curse of the Golden Flower, terutama karena ekspresi wajahnya yang tampak judes dan dingin. Di tengah isak tangisnya, Emily terus berbicara sambil menunjuk-nunjuk gelang di tangan Raisa. Tak terduga, wanita itu kemudian menyapanya dengan bahasa Inggris, meskipun aksennya terdengar aneh dan sulit dipahami. Dari kata-kata yang diucapkannya, Raisa hanya bisa menangkap beberapa kata seperti “sorry” dan “disturb,” yang terdengar seperti “owry” dan “dustup,” sementara sisa kalimatnya hanyalah nada tinggi yang tidak jelas. Rupanya, wanita itu lupa bahwa mereka sedang berada di pesawat, atau mungkin sengaja ingin membangunkan semua orang yang seharusnya sudah terbangun akibat teriakan Emily.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Cerita yang unik, jarang diangkat dan menarik.
  • Latar belakang cerita yang mendetail.
  • Tokoh pendukung berperan sangat penting dalam alur cerita.
  • Perkembangan para tokoh sangat terlihat jelas.
  • Penokohan yang kuat.
  • Menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan alur maju mundur.
  • Ringan dan mudah untuk dipahami.
  • Format penulisan yang rapi.
  • Menggunakan campuran Bahasa Inggris.
  • Percakapan antar tokoh natural dan tidak terkesan dibuat-buat.
Cons
  • Ending yang menggantung. 

Kelebihan Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Relung Rasa Raisa menawarkan sebuah cerita yang unik dan jarang diangkat dalam dunia sastra Indonesia, yaitu tentang perjuangan seorang editor untuk mendapatkan hak cipta sebuah novel bestseller yang belum diterbitkan di negaranya sendiri. Tema ini bukan hanya menarik, tetapi juga relevan dengan dunia literasi dan penerbitan.

Alur cerita yang menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan gaya maju-mundur memberi pembaca kesempatan untuk lebih mendalami kisah Raisa, Jan Marco, dan masa lalu yang mereka pendam. Penokohan yang kuat, terutama pada tokoh utama, sangat terasa dalam perkembangan karakter Raisa, dari seorang yang tampak rapuh karena masa lalunya, hingga menjadi sosok yang tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.

Kisah Raisa dalam mengejar hak cipta novel Cedar Incense juga memberi dimensi yang menarik pada plot. Ketika Raisa menghadapi masa lalunya, terutama terkait dengan Jan Marco, pembaca bisa merasakan konflik batin yang dialaminya. Penulis menggambarkan perkembangan karakter Raisa yang sangat jelas, mulai dari ketidakpastian dan keraguannya hingga kekuatan yang tumbuh dalam dirinya.

Latar belakang cerita sangat mendetail, terutama saat menggambarkan suasana Frankfurt Book Fair. Lea Agustina Citra berhasil menghadirkan deskripsi yang hidup tentang dunia penerbitan, yang jarang dijadikan latar cerita dalam novel populer. Hal ini membuat Relung Rasa Raisa terasa lebih segar dan berbeda. Hebatnya novel ini adalah meskipun ada banyak detail dalam setiap adegan, kisah ini tetap terasa ringan dan mudah dipahami sehingga membuat pembacanya dapat mengikuti alur cerita tanpa merasa terbebani oleh deskripsi yang berlebihan. Format penulisan yang rapi dan alur yang teratur juga membuat novel ini nyaman dibaca.

Tokoh pendukung dalam cerita ini memiliki peran yang sangat penting dalam alur, tidak hanya hadir untuk sesaat lalu hilang begitu saja. Setiap karakter, baik dari masa lalu Raisa maupun orang-orang yang ia temui dalam perjalanannya ke Jerman, membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan cerita. Salah satu hal yang patut diacungi jempol adalah bagaimana penulis berhasil menunjukkan perkembangan karakter Raisa dan Caesar. Hubungan keduanya berkembang secara alami, dengan konflik dan penyelesaian yang masuk akal, tanpa terkesan dipaksakan.

Penggunaan campuran bahasa Inggris dalam percakapan antar tokoh juga membuat dialog terasa lebih natural dan relevan, terutama bagi pembaca muda yang terbiasa dengan keseharian bilingual. Hal ini menambah kedalaman interaksi antar karakter, terutama saat Raisa bertemu dengan tokoh-tokoh dari luar negeri. Percakapan antar tokohnya juga terasa alami dan tidak terkesan dibuat-buat.

Kekurangan Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Salah satu kekurangan dari Relung Rasa Raisa adalah ending yang terasa menggantung. Setelah mengikuti perjalanan emosional dan profesional Raisa, pembaca mungkin berharap akan mendapatkan penutupan yang lebih jelas atau memuaskan terkait beberapa aspek cerita, terutama terkait perkembangan hubungan antar karakter. Ada beberapa bagian di mana pembaca mungkin merasa penasaran dengan kelanjutan cerita beberapa tokoh, tetapi sayangnya, hal tersebut tidak diceritakan dengan detail. Kehidupan beberapa tokoh penting, terutama mereka yang memiliki peran besar dalam masa lalu Raisa, tidak sepenuhnya dieksplorasi dengan mendalam di bagian akhir cerita.

Pesan Moral Novel Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

button cek gramedia com

Buku ini menyampaikan pesan moral yang mendalam tentang pentingnya berdamai dengan masa lalu. Melalui perjalanan hidup Raisa dan Marco, pembaca diajak untuk merenungkan bahwa masa lalu, seburuk apa pun, tidak bisa diubah. Namun, masa depan selalu bisa diperjuangkan. Novel ini mengajarkan bahwa meski masa lalu penuh dengan luka atau kesalahan, kita tidak boleh terjebak di dalamnya. Justru dengan menerima dan memahami masa lalu, kita bisa melangkah maju untuk meraih kebahagiaan di masa depan.

Cerita ini mengingatkan bahwa memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah langkah awal untuk mendapatkan kebebasan. Seperti Raisa yang berusaha menghadapi kenangan pahitnya, kita juga diajak untuk tidak membiarkan bayang-bayang masa lalu terus memengaruhi langkah kita ke depan. Kebahagiaan sejati tidak akan datang jika kita terus terpaku pada kesalahan masa lalu. Proses menuju kebahagiaan memang tidak mudah, tetapi dengan keyakinan dan keteguhan hati, masa depan yang lebih cerah pasti bisa kita capai.

Selengkapnya tentang perjalanan Riasa ke Jerman ini hanya bisa didapatkan dengan membaca buku Relung Rasa Raisa karya Lea Agustina Citra ini. Gramedia bisa dapatkan buku ini hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyediakan rekomendasi buku-buku seru dibawah ini. Yuk langsung saja check out buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku Terkait

Petaka Keluarga Inugami

Petaka Keluarga Inugami

button cek gramedia com

Kisah pembunuhan klasik yang mencekam, mahakarya salah satu penulis misteri paling terkenal di Jepang. Pada tahun 1940-an, pemimpin Keluarga Inugami yang kaya raya meninggal, dan para anggota keluarganya menantikan pembacaan surat wasiat dengan tidak sabar. Namun, tak lama setelah isi surat wasiat yang mengejutkan itu terungkap, serangkaian tragedi berdarah pun dimulai. Detektif Kindaichi Kosuke harus menguak rahasia-rahasia gelap tentang hubungan terlarang, kekejaman tak terbayangkan, dan identitas tersembunyi untuk mencari sang pembunuh serta menghentikan petaka yang melanda Keluarga Inugami.

Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Bulan April 1991, Moriya Michiyuki bertemu dengan seorang gadis asing di tengah hujan bernama Maya. Maya berasal dari Yugoslavia dan akhirnya banyak menghabiskan waktu bersama Moriya dan teman-temannya. Hari-hari mereka akhirnya dipenuhi dengan misteri- misteri kecil karena Maya selalu ingin tahu.

“Apa ada makna filosofisnya?” adalah pertanyaan baku yang selalu Maya ucapkan, membuat hal paling kecil pun jadi misteri. Akan tetapi, misteri terbesar muncul saat Maya pulang ke negaranya tanpa sekali pun memberikan secuil kabar. Mengapa Maya jauh-jauh datang ke Jepang, dan apa yang sebenarnya terjadi setelah dia pulang ke negaranya? Ini adalah secuil kisah di balik pecahnya Yugoslavia pada 1992.

The Doll That Took A Detour

The Doll That Took A Detour

button cek gramedia com

The Doll That Took A Detour. Boneka Yang Mengambil Jalan Memutar merupakan novel dari penulis Jepang Yonezawa Honobu, di dalam novel ini ada tujuh cerita pendek tentang seputar kehidupan empat orang anggota Klub Sastra Klasik. Ketika itu mereka masih ada di masa-masa SMA kelas 1, meskipun dengan tokoh yang sama, namun masing-masing menceritakan waktu dan tempat yang berbeda-beda. Satu cerita dengan cerita lainnya tidak saling berhubungan sebetulnya, masing-masing cerita memiliki plot yang berbeda namun dibangun sesuai urutan waktu yang secara halus menceritakan bagaimana perkembangan hubungan kedekatan mereka satu sama lain. Dari mereka yang canggung, hingga mereka menjadi saling terhubung dan seperti cerita remaja-remaja lainnya, diam-diam mereka sebenarnya saling jatuh cinta. Fukube Satoshi dan Ibara Mayaka, Oreki Hotaro dan Chitanda Eru.

 

Sumber:

  • https://books.google.co.id/books?id=fu5EEAAAQBAJ&pg=PT6&source=gbs_selected_pages&cad=1#v=onepage&q&f=false
  • https://www.goodreads.com/book/show/20624116-relung-rasa-raisa

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.