in

Arti Dejavu dalam Percintaan, Apakah Kamu Pernah Mengalaminya?

Grameds pernah mengalami dejavu? Yup, perasan familiar yang kerap datang ini bukan hal asing lagi, ya. Bisa saja kita mengalami saat berada di suatu tempat atau situasi tertentu. Namun ternyata, percintaan pun bisa mengalami dejavu, lho! Seperti apa dejavu dalam percintaan? Kita simak penjelasan di bawah ini.

 

Arti Dejavu dalam Percintaan

Dejavu dalam percintaan bisa diartikan sebagai perasaan aneh atau familiar yang muncul ketika kamu merasa sedang mengalami situasi yang pernah kamu alami sebelumnya, meskipun kenyataannya ini adalah pengalaman yang baru. Dalam konteks hubungan cinta, dejavu bisa terasa seperti kamu telah menjalani momen tersebut dengan pasangan sebelumnya, padahal sebenarnya itu adalah pengalaman baru.

Misalnya, ketika kamu dan pasangan melakukan hal yang sama seperti berjalan di tempat tertentu atau berbicara tentang topik tertentu, kamu bisa merasakan bahwa situasi itu sangat mirip dengan momen yang pernah kamu alami, meski kamu tahu itu baru terjadi. Ini seringkali tidak ada hubungannya dengan momen nyata dari masa lalu, tapi lebih ke perasaan “terkenal” yang sulit dijelaskan.

Dalam percintaan, perasaan dejavu ini bisa membawa kesan romantis, karena bisa membuatmu merasa seperti ada ikatan kuat antara kamu dan pasangan, seolah-olah hubungan kalian sudah “tertulis” atau takdir, meskipun pada dasarnya perasaan itu lebih berkaitan dengan otak yang salah mengartikan pengalaman baru sebagai sesuatu yang sudah pernah dialami.

 

Pengertian Dejavu Menurut Psikologi

Dejavu adalah perasaan aneh atau seolah-olah kamu sudah pernah mengalami situasi tertentu sebelumnya, meskipun kenyataannya itu adalah pengalaman baru. Secara sederhana, ini adalah sensasi “kenal” atau “pernah merasakan” sesuatu tanpa alasan yang jelas.

Fenomena ini sering terjadi ketika otak kita salah dalam memproses informasi. Otak kita terkadang mencampuradukkan ingatan jangka pendek dan jangka panjang, sehingga menciptakan ilusi bahwa suatu kejadian sedang terulang. Misalnya, ketika kamu pergi ke tempat baru atau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan, otak bisa “menipu” kamu dengan perasaan seolah-olah sudah pernah berada dalam situasi itu.

Dalam psikologi, dejavu dikaitkan dengan cara otak memproses memori, khususnya di bagian otak yang disebut lobus temporal. Terkadang, otak kita menyimpan informasi dengan cara yang tidak sempurna, sehingga menciptakan perasaan seakan-akan kita sedang mengulang momen yang sama.

Contoh sederhana:

Kamu sedang duduk di kafe baru bersama teman, dan tiba-tiba kamu merasa, “Sepertinya aku pernah mengalami ini sebelumnya!” Padahal, itu adalah pertama kalinya kamu datang ke sana. Itu adalah dejavu!

Dejavu adalah hal yang umum dialami oleh banyak orang dan bukan tanda masalah serius. Ini lebih kepada “glitch” kecil di otak kita yang membuat kita merasa bingung dengan waktu dan ingatan.

 

Toxic Relationship itu Menyakitkan : Pada Akhirnya Semua akan Berlalu

 

Dejavu dalam Konteks Percintaan

Dejavu dalam percintaan biasanya disebabkan oleh cara otak kita memproses pengalaman emosional dan memori. Ada beberapa faktor yang bisa memicu perasaan dejavu dalam hubungan cinta:

1. Kebiasaan atau Pola Berulang

Dalam hubungan, sering kali kita mengalami situasi yang mirip atau berulang. Misalnya, pergi ke tempat yang sama, melakukan aktivitas yang sama, atau memiliki percakapan yang mirip dengan pasangan. Otak kita mungkin memproses situasi ini sebagai pengalaman yang sudah pernah terjadi sebelumnya, sehingga memicu perasaan dejavu.

Contoh: Kamu pernah makan malam romantis di tempat tertentu bersama pasangan beberapa bulan yang lalu. Ketika kalian kembali ke sana, suasana, percakapan, atau bahkan perasaan saat itu bisa terasa sangat familiar, seolah-olah sedang mengulang momen yang pernah terjadi.

2. Kondisi Emosional yang Sama

Perasaan dejavu bisa muncul ketika emosi yang kamu rasakan saat ini mirip dengan emosi yang pernah kamu rasakan sebelumnya, meskipun situasinya berbeda. Dalam percintaan, perasaan intens seperti jatuh cinta, cemas, atau bahagia bisa memicu memori-memori emosional serupa dari masa lalu.

Contoh: Saat kamu merasa sangat bahagia bersama pasangan saat ini, otak bisa mengaitkan kebahagiaan itu dengan momen bahagia lain yang pernah kamu alami, sehingga timbul perasaan seolah-olah situasi ini sudah pernah terjadi.

(Sumber foto: pexels.com)

 

3. Kesamaan dengan Pengalaman Masa Lalu

Dejavu dalam percintaan juga bisa disebabkan karena situasi saat ini mirip dengan pengalaman masa lalu, meskipun dengan orang yang berbeda. Ini bisa terjadi jika kamu pernah berada dalam hubungan yang serupa, atau situasi-situasi cinta yang sama.

Contoh: Kamu mungkin pernah mendengar kata-kata atau kalimat tertentu dari pasangan sebelumnya, dan ketika pasanganmu saat ini mengatakan hal yang serupa, otakmu bisa menimbulkan perasaan dejavu.

4. Proses Otak yang Mengolah Memori

Otak kita memiliki cara unik dalam mengolah memori. Kadang, memori jangka pendek bisa “salah diproses” dan dikirim ke bagian otak yang mengelola memori jangka panjang. Hal ini membuat situasi baru terasa seperti sudah dialami sebelumnya. Ini adalah “glitch” otak yang menyebabkan dejavu.

Contoh: Kamu mungkin sedang berbicara tentang rencana masa depan bersama pasangan, dan tiba-tiba merasa sudah pernah mendiskusikan hal itu sebelumnya, meskipun itu sebenarnya adalah obrolan baru.

5. Stres atau Kelelahan

Stres, kelelahan, atau kurang tidur bisa memengaruhi cara otak memproses informasi. Kondisi ini bisa memicu dejavu karena otak tidak bisa memproses memori dan pengalaman dengan jelas, sehingga terasa seperti sesuatu yang berulang.

Contoh: Setelah hari yang melelahkan, saat pasangan mengatakan sesuatu yang biasa saja, otak kamu mungkin memproses informasi itu dengan lambat, sehingga kamu merasa sudah pernah mendengar hal yang sama sebelumnya.

6. Pengulangan dalam Hubungan

Hubungan yang nyaman dan stabil sering kali melibatkan rutinitas, seperti kebiasaan makan malam, pergi ke tempat favorit, atau cara berbicara yang serupa. Pengulangan ini bisa membuat kamu merasa seperti mengalami momen yang sama berulang kali, sehingga menimbulkan perasaan dejavu.

Contoh: Ketika kalian selalu berbincang tentang hal-hal yang sama setiap malam sebelum tidur, perasaan dejavu bisa muncul karena kebiasaan tersebut.

Ujian Cinta dalam Rumah Tangga

 

Apakah Normal Mengalami Dejavu dalam Hubungan

Merupakan hal yang  normal jika Grameds mengalami dejavu dalam hubungan. Dejavu adalah fenomena umum yang terjadi pada banyak orang, termasuk dalam konteks hubungan percintaan. Ini berkaitan dengan cara otak kita memproses pengalaman dan memori, yang kadang membuat kita merasa seolah-olah telah mengalami situasi tertentu sebelumnya, meskipun itu adalah pengalaman baru.

 

Bagaimana Cara Mengetahui Pola yang Salah dalam Suatu Hubungan

(Sumber foto: pexels.com)

Mengetahui pola yang salah dalam suatu hubungan adalah langkah penting untuk memastikan hubungan tetap sehat. Pola yang salah bisa merusak kepercayaan, komunikasi, dan kebahagiaan pasangan. Berikut adalah cara-cara untuk mengenali pola yang salah dalam hubungan:

1. Perasaan Terjebak atau Tidak Bahagia

Jika kamu merasa tidak bahagia secara konsisten dalam hubungan, atau seperti terjebak, ini bisa menjadi tanda ada pola yang salah. Hubungan seharusnya membuat kamu merasa nyaman, aman, dan bahagia, meskipun ada konflik sesekali. Jika perasaan negatif terus muncul, perlu dicari apa yang salah dalam pola hubungan itu.

Contoh: Kamu selalu merasa cemas atau tertekan setiap kali bersama pasangan, dan bukan karena konflik sesekali, namun karena pola komunikasi atau interaksi yang terus-menerus tidak sehat.

2. Komunikasi yang Tidak Sehat

Pola komunikasi yang buruk bisa menjadi salah satu tanda besar. Jika kalian sering berdebat tanpa penyelesaian, menghindari percakapan penting, atau salah satu dari kalian sering merasa tidak didengar, ini menunjukkan bahwa cara komunikasi dalam hubungan tersebut tidak sehat.

Contoh: Setiap kali ada masalah, salah satu dari kalian memilih untuk diam dan tidak mau membicarakannya, atau malah sering menyalahkan tanpa mencari solusi bersama.

3. Kontrol dan Manipulasi

Pola di mana salah satu pihak selalu berusaha mengendalikan atau memanipulasi yang lain adalah tanda serius dari hubungan yang tidak sehat. Ini bisa berupa kontrol terhadap aktivitas, pertemanan, atau keputusan-keputusan penting dalam hidup.

Contoh: Pasanganmu selalu ingin tahu di mana kamu berada, melarangmu bertemu teman-teman, atau memaksamu untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kamu inginkan.

4. Kurangnya Kepercayaan

Pola tidak percaya atau selalu mencurigai pasangan dapat menghancurkan hubungan. Jika kamu atau pasangan selalu merasa perlu mengecek atau mengawasi satu sama lain, ini bisa menunjukkan ada masalah dalam kepercayaan yang perlu diperbaiki.

Contoh: Kamu atau pasangan selalu memeriksa ponsel satu sama lain, atau merasa cemas ketika yang satu pergi tanpa memberitahu setiap detail kegiatan.

5. Pengorbanan yang Tidak Seimbang

Dalam hubungan yang sehat, kedua pihak harus saling memberi dan berkorban untuk satu sama lain. Jika salah satu pihak terus menerus berkorban atau memberikan lebih banyak, sementara yang lain hanya menerima, ini adalah tanda pola yang tidak sehat.

Contoh: Kamu selalu menjadi orang yang mengorbankan waktu, perasaan, atau keinginan untuk kebahagiaan pasangan, tetapi tidak mendapatkan dukungan yang sama ketika kamu membutuhkannya.

6. Menghindari Konflik

Menghindari konflik bisa terlihat seperti cara untuk menjaga keharmonisan, tetapi jika konflik selalu dihindari tanpa penyelesaian, masalah akan menumpuk dan menyebabkan ketegangan yang lebih besar di masa depan. Ini menunjukkan pola tidak sehat dalam menyelesaikan masalah.

Contoh: Setiap kali ada masalah, kamu atau pasangan memilih untuk menghindari diskusi karena takut berdebat, sehingga masalah tidak pernah benar-benar selesai.

7. Terlalu Bergantung (Codependency)

Pola codependency terjadi ketika salah satu pihak terlalu bergantung secara emosional atau fisik pada yang lain, sehingga membuat hubungan menjadi tidak seimbang. Ini bisa membuat salah satu pihak merasa terbebani atau tertekan karena harus selalu memenuhi kebutuhan emosional pasangan.

Contoh: Kamu merasa pasanganmu selalu membutuhkanmu untuk merasa baik-baik saja, atau kamu merasa tidak bisa bahagia tanpa kehadiran pasangan di setiap saat.

8. Tidak Ada Pertumbuhan Bersama

Hubungan yang sehat adalah ketika kedua orang bisa tumbuh bersama, baik secara individu maupun sebagai pasangan. Jika salah satu dari kalian merasa terhambat atau tidak bisa berkembang dalam hubungan, ini bisa menjadi tanda bahwa pola hubungan tersebut tidak mendukung pertumbuhan pribadi.

Contoh: Kamu ingin mengejar karier atau hobi baru, tetapi pasangan selalu menentang atau tidak mendukung hal tersebut, maka hal itu akan membuatmu merasa terjebak.

9. Kritik yang Berlebihan atau Menjatuhkan

Jika pasangan terus-menerus mengkritikmu secara negatif atau menjatuhkan harga diri, ini adalah tanda pola yang merusak. Kritik yang membangun itu sehat, tetapi jika selalu diarahkan untuk membuatmu merasa buruk, itu bisa menghancurkan rasa percaya dirimu.

Contoh: Pasangan sering berkomentar negatif tentang penampilan, pekerjaan, atau keputusanmu tanpa memberi dukungan atau solusi yang membangun.

10. Tidak Ada Empati atau Dukungan Emosional

Pola di mana salah satu atau kedua pihak tidak bisa menunjukkan empati atau dukungan emosional juga merupakan masalah. Hubungan yang sehat membutuhkan empati—mampu merasakan apa yang dirasakan pasangan dan memberikan dukungan ketika dibutuhkan.

Contoh: Ketika kamu menghadapi masalah besar, pasanganmu tidak peduli atau tidak mau mendengarkan dan mendukungmu, sebaliknya mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Pesan-Pesan Cinta Jalaluddin Rumi

 

Cara Mengatasi Dejavu yang Salah dalam Hubungan

(Sumber foto: pexels.com)

Dejavu terjadi karena ada pola yang terbentuk mulai dari hubungan terdahulu. Namun, bagaimana jika kita terjebak dengan pola yang toxic dan merugikan diri sendiri. Berikut adalah cara untuk mengatasi agar terhindar dari Dejavu hubungan yang salah:

1. Sadari dan Akui Pola yang Salah

Langkah pertama adalah mengakui bahwa ada pola yang tidak sehat dalam hubungan. Bersikap jujur dengan diri sendiri dan pasangan sangat penting.

2. Komunikasi yang Jelas

Setelah menyadari ada masalah, bicarakan dengan pasangan secara terbuka. Diskusikan apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.

3. Tetapkan Batasan

Jika pola tersebut berhubungan dengan kontrol, manipulasi, atau pengorbanan yang tidak seimbang, penting untuk menetapkan batasan yang jelas tentang apa yang dapat diterima dalam hubungan.

4. Dapatkan Bantuan Profesional

Jika pola yang salah sulit diubah atau terus berlanjut, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan terapis atau konselor hubungan untuk membantu menemukan solusi.

5. Evaluasi Hubungan

Jika pola-pola tersebut terlalu merusak dan tidak bisa diubah, penting untuk mengevaluasi apakah hubungan tersebut masih layak dipertahankan atau lebih baik diakhiri demi kesehatan emosional Grameds.

 

Kesimpulan

Dejavu dalam percintaan adalah perasaan seolah-olah Grameds sudah pernah mengalami situasi tertentu sebelumnya dengan pasangan, meskipun kenyataannya itu adalah pengalaman baru. Fenomena ini biasanya terjadi karena otak kita memproses informasi dan memori dengan cara yang unik, terkadang mencampuradukkan antara memori jangka pendek dan jangka panjang.

Dejavu dalam hubungan sering muncul saat kalian menjalani rutinitas yang berulang, seperti pergi ke tempat yang sama atau memiliki percakapan yang serupa. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk atau menandakan masalah dalam hubungan, melainkan respons alami dari otak terhadap situasi yang familiar.

Ciri-ciri dejavu dalam hubungan biasanya melibatkan perasaan “sudah pernah terjadi” ketika menjalani momen-momen tertentu, meskipun kamu tahu bahwa situasi tersebut adalah baru. Ini bisa muncul dalam momen emosional seperti ketika kamu dan pasangan merasa sangat dekat atau saat mengalami konflik. Secara psikologis, perasaan ini adalah bagian normal dari cara otak memproses ingatan.

Untuk menghindari terjebak dalam pola relasi yang salah dan merugikan, penting untuk memperhatikan tanda-tanda seperti komunikasi yang tidak sehat, kontrol atau manipulasi dari pasangan, serta kurangnya dukungan emosional.

Salah satu kunci utama dalam menjaga hubungan tetap sehat adalah komunikasi yang jujur dan terbuka. Jika ada pola buruk yang mulai terlihat, seperti seringnya konflik tanpa penyelesaian atau perasaan tidak dihargai, penting untuk segera membicarakannya dengan pasangan.

Selain itu, menyeimbangkan pengorbanan dan kepercayaan juga sangat penting untuk menjaga hubungan tetap sehat. Jika pola-pola buruk terus terjadi tanpa ada perubahan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional atau mengevaluasi kembali kelayakan hubungan tersebut.

Intinya, dejavu adalah fenomena yang normal dalam hubungan, tetapi penting untuk waspada terhadap pola relasi yang bisa merugikan. Pastikan untuk selalu berkomunikasi dan berusaha memperbaiki masalah bersama-sama agar hubungan tetap sehat dan berkembang.

Daripada Grameds terjebak dengan dejavu yang toksik, kamu bisa membaca buku relationship di Gramedia.com agar Grameds berada dalam hubungan yang positif. Dapatkan promo terbaik di bulan ini dan belanja sekarang!

 

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila