in

Review Novel 23:59 : Sebuah Novel Karya Brian Khrisna

Rating: 4.19

Novel 23:59 : Sebuah Novel merupakan karya penulis muda asal Bandung yang sudah populer, yakni Brian Khrisna. Grameds yang suka membaca novel pastinya sudah sering melihat atau memiliki karya penulis yang satu ini, yang selalu menjadi best seller. Tak terkecuali buku dengan total 231 halaman ini yang diterbitkan oleh Penerbit Kawah Media pada 28 Februari 2023 ini.

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Ami, wanita yang ditinggal begitu saja oleh kekasihnya yang bernama Raga tanpa alasan yang jelas. Ami mengalami depresi berat bahkan menyakiti dirinya sendiri. Tetapi semua orang di sekitarnya senang akhirnya Ami lepas dari pria brengsek yang bernama Raga. Takdir mempertemukan Ami dengan Aransyah, laki-laki yang jauh lebih baik. Tidak lama setelah mereka bersama, Aransyah langsung ingin menikahi Ami.

Novel ini menyajikan cerita yang sangat relate dengan banyak orang, dan tentunya Grameds yang hidupnya dipenuhi dengan cinta. Ini adalah kisah patah hati dan pemulihan yang memberikan pengharapan akan cinta yang tulus. Novel 23:59 : Sebuah Novel bisa menjadi teman yang menghibur dan menamparmu juga, Grameds. Pada artikel ini, Gramin sudah merangkum hasil bedah novel yang satu ini, supaya Grameds bisa mengenali kelebihan dan kekurangannya. Jangan lewatkan setiap bagiannya ya! Selamat membaca!

Profil Brian Khrisna – Penulis Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Brian Khrisna adalah pria asal Bandung, yang lahir pada 17 Januari 1992. Pria yang satu ini dikenal sebagai penulis yang cukup konsisten melahirkan karya, yakni sudah menerbitkan total sembilan judul buku yang digemari oleh generasi masa kini. Brian Khrisna kerap mengangkat kisah-kisah romansa dan isu sosial yang jarang dibahas, tapi nyata keberadaannya di antara masyarakat.

Sebelum dikenal sebagai seorang penulis, Brian Khrisna dikenal karena memulai karier menulis dari platform Twitter bernama “Mbeeer”. Ia kerap membagikan tulisan-tulisannya dalam bentuk cuitan, juga pernah di Kaskus, dan Tumblr. Ia sering mengangkat tema percintaan yang digemari banyak remaja.

Bermula dari situ, Brian mulai berfokus untuk menulis novel dan mencoba mengirimkan hasil tulisannya ke beberapa penerbit. Penerbit mulai menyadari bakat penulis muda yang satu ini, dan akhirnya menerbitkan karya Brian Khrisna. Adapun karya-karya Brian Khrisna yang bisa Grameds temukan selain novel 23:59 : Sebuah Novel, yaitu Merayakan Kehilangan (2016), The Book of Almost (2018), Kudasai (2019), Museum of Broken Heart (2020), Parable (2021), The Matchbreaker (2023), dan 23:59 (2023).

Bagi Gramedsyang ingin mengenal sosok Brian Khrisna lebih dekat, Grameds bisa mengikuti akun media sosialnya, karena ia masih aktif membagikan aktivitasnya di media sosial. Grameds  bisa mengikuti akun Instagramnya dengan nama pengguna @brian.khrisna yang telah memiliki jumlah pengikut hingga 89 ribu dan akun X @briankhrisna yang telah memiliki jumlah 365 ribu followers (per Februari2024).

Melalui media sosial, Brian tak hanya membagikan tulisan-tulisannya, tetapi juga mengedukasi pembaca untuk lebih peduli tentang isu pembajakan buku atau buku palsu, dengan mengedukasi pembaca akan perbedaan buku asli dan buku palsu. Ia juga membagikan pesan bagi pembaca baru untuk membeli buku original, demi menghargai usaha penulis, editor, dan penerbit. Lalu, sebagai penulis yang masih muda, Brian juga mengajak generasi masa ini untuk mulai membaca buku apapun, supaya budaya literasi kembali diterapkan.

Sinopsis Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada hubungan yang berakhir tanpa penjelasan. Ketika seseorang dipaksa untuk menerima perpisahan tanpa mengetahui apa yang salah dari hubungan tersebut, perasaan yang tertinggal adalah kebingungan dan kesedihan. Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apa yang kurang dariku?”, “Apakah dia tidak bahagia bersamaku?”, dan “Apakah aku tidak cukup baginya?” terus-menerus menghantui pikiran Ami. Gadis cantik ini terpaksa menerima kenyataan pahit bahwa hubungannya dengan Raga, kekasihnya, berakhir tanpa ada penjelasan sama sekali. Trauma yang mendalam dan depresi mulai menghancurkan dirinya. Ami harus menghadapi berbagai dampak emosional seperti lingkaran hitam di bawah matanya, rambut yang terus rontok, dan ketergantungannya pada obat tidur untuk melewati malam-malam yang sulit setelah perpisahan tersebut.

Meskipun begitu, perjalanan panjang yang penuh luka akhirnya membawa Ami kepada seseorang yang baru—seseorang yang lebih mencintainya dan selalu hadir untuknya tanpa pernah meninggalkannya. Kehadiran orang baru ini perlahan membantu Ami untuk bisa merelakan kepergian Raga dan mulai menata hidupnya kembali.

Namun, hanya dua hari sebelum hari pernikahannya dengan pria yang lebih baik, Raga—lelaki yang selama ini masih ia cintai dalam diam—tiba-tiba muncul kembali. Kehadirannya membawa Ami pada situasi yang sangat membingungkan, hampir membuatnya kehilangan akal. Semua usaha yang telah Ami lakukan untuk melupakan Raga dan menerima kenyataan, tiba-tiba hancur dalam sekejap.

Akankah Ami akhirnya menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang selama ini menghantuinya? Dan apakah Ami akan kembali kepada Raga, lelaki yang pernah melukainya begitu dalam, tetapi tetap menjadi harapan dan doa dalam keheningannya?

Kelebihan dan Kekurangan Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Tema cerita sederhana dan relate dengan pembaca
  • Masalah dan penyelesaian yang realistis.
  • Berhasil memainkan emosi pembaca.
  • Terdapat ilustrasi tambahan.
  • Penggunaan diksi yang khas dan apik.
  • Plot twist yang bikin penasaran.
  • Mudah untuk diikuti dengan alur yang ringan dan mengalir. 
Cons
  • Ada beberapa bagian deskripsi cerita yang tidak konsisten.

Kelebihan Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Kelebihan dari novel 23:59 terletak pada tema cerita yang sederhana dan sangat dekat dengan pengalaman banyak orang, terutama bagi mereka yang pernah mengalami perpisahan yang penuh teka-teki dan emosi yang bercampur aduk. Kisah tentang seorang wanita yang harus berjuang melewati patah hati yang mendalam dan mencari cara untuk bangkit, terasa sangat relatable bagi pembaca yang mungkin pernah berada dalam situasi serupa. Penyampaian ceritanya juga berhasil membuat pembaca merasa seperti sedang mendengarkan curahan hati dari seorang teman dekat, sehingga menghadirkan kesan intim dan emosional yang kuat.

Cerita ini juga menarik karena diawali dengan konflik dan masalah yang realistis, membuatnya semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang dialami Ami, mulai dari patah hati hingga berjuang untuk melanjutkan hidup, digambarkan dengan penyelesaian yang masuk akal dan tidak terkesan berlebihan. Hal ini memberikan kesan bahwa cerita tersebut bukan hanya hiburan, tapi juga mencerminkan perjalanan emosional yang bisa terjadi dalam kehidupan nyata.

Selain itu, novel 23:59 : Sebuah Novel ini mampu mengaduk emosi pembaca dengan cara yang sangat efektif. Pembaca akan ikut merasakan sakit hati, kebingungan, kebahagiaan sementara, hingga haru di akhir cerita. Pengarang berhasil mengajak pembaca menyelami emosi Ami, membuat setiap kejadian yang dialami tokoh utama terasa begitu mendalam. Ada momen-momen di mana pembaca akan merasa lega ketika Ami akhirnya mulai menemukan kebahagiaannya, tapi di saat yang sama, mereka juga akan merasakan ketegangan saat Raga tiba-tiba muncul kembali, menciptakan plot twist yang tak terduga dan membuat pembaca penasaran dengan akhir kisahnya.

Penggunaan diksi dalam novel 23:59 : Sebuah Novel ini juga menjadi salah satu kekuatan utama. Kata-kata yang dipilih terasa khas dan apik, membantu membangun suasana yang tepat di setiap adegan. Tidak hanya itu, alur ceritanya mengalir dengan lancar dan ringan, membuat novel ini mudah diikuti tanpa perlu berpikir keras. Pembaca bisa menikmati ceritanya dengan santai, namun tetap merasa terpikat oleh bagaimana cerita ini akan berakhir.

Tambahan ilustrasi dalam buku ini juga menjadi nilai plus tersendiri, karena bisa memberi hiburan visual yang menarik bagi pembaca yang ingin rehat sejenak dari alur cerita. Ilustrasi tersebut bahkan bisa diwarnai, memberikan interaksi yang unik dan menyenangkan bagi pembaca yang mungkin merasa jenuh di tengah cerita. Semua elemen ini membuat 23:59 menjadi novel yang tidak hanya mudah diikuti, tetapi juga mampu menawarkan pengalaman membaca yang menyenangkan, emosional, dan penuh kejutan.

Kekurangan Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Salah satu kelemahan yang terlihat dalam novel 23:59 adalah adanya inkonsistensi dalam beberapa elemen cerita, terutama terkait karakterisasi tokoh utama, Ami. Di awal cerita, Ami digambarkan sebagai pribadi yang religius dan memiliki prinsip moral yang kuat, menjadikannya sosok yang sangat teguh dalam menjalani hidup. Namun, di beberapa bagian, perilaku Ami tampak bertentangan dengan karakter tersebut, seperti saat ia terlibat dalam hubungan fisik di luar pernikahan. Ini menjadi momen yang cukup mencolok dan mengundang tanda tanya.

Ketidakkonsistenan dalam karakter Ami ini menimbulkan kebingungan bagi pembaca, seolah ada jarak antara bagaimana dia diperkenalkan dan tindakannya di berbagai titik penting dalam plot. Perbedaan antara prinsip yang dijunjungnya dan perilakunya membuat karakter Ami terasa kurang mendalam. Alhasil, beberapa pembaca mungkin mempertanyakan keutuhan pengembangan karakternya dan apakah tindakan-tindakannya benar-benar mencerminkan sosok yang diceritakan sejak awal.

Pesan Moral Novel 23:59 : Sebuah Novel

23:59 : Sebuah Novel

button cek gramedia com

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah tentang pentingnya menerima dan berdamai dengan masa lalu, sekalipun itu menyakitkan. Ami adalah sosok yang berjuang keras untuk keluar dari rasa sakit dan depresi yang mendalam setelah ditinggalkan oleh Raga tanpa alasan yang jelas. Dalam perjalanannya, dia belajar bahwa memendam perasaan dan berusaha membenci seseorang yang pernah sangat dicintai hanya akan membuat luka semakin dalam. Alih-alih menemukan kedamaian, Ami justru semakin terjebak dalam rasa sakit yang ia coba hindari.

Namun, saat dia mulai membuka hatinya dan bertemu dengan seseorang yang lebih baik dan tulus, perlahan dia belajar bahwa ada orang lain yang dapat mencintainya tanpa menyakiti. Ini adalah refleksi bahwa terkadang, untuk bisa maju, kita harus merelakan dan membiarkan diri kita menerima cinta yang lebih sehat dan membahagiakan. Akan tetapi, kehadiran kembali Raga mengajarkan bahwa cinta dan masa lalu yang belum terselesaikan bisa menghantui kapan saja. Pada akhirnya, penting untuk bisa memisahkan antara cinta yang mengekang dan cinta yang membebaskan.

Dari cerita ini, kita diajak untuk tidak terjebak dalam bayang-bayang masa lalu dan hubungan yang tidak sehat. Kebahagiaan sejati hanya bisa diraih ketika kita mampu menerima diri sendiri, memaafkan masa lalu, dan memberikan ruang bagi cinta yang lebih baik.

Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel 23:59 : Sebuah Novel karya Brian Khrisna. Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk Anda.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Kudasai

Kudasai

button cek gramedia com

Kudasai merupakan novel yang menceritakan tentang kehidupan sepasang suami istri, Chaka dan Twindy, yang menikah karena terpaksa. Di dalam pernikahan mereka, Chaka berperan sebagai bapak rumah tangga yang mengurus dan membersihkan rumah serta mengelola kafe sementara Twindy bekerja sebagai pemimpin di sebuah firma arsitek terkemuka. Kehidupan pernikahan mereka berjalan dengan lancar sampai suatu hari Chaka bertemu mantan kekasihnya dengan kisah mereka berdua yang belum usai. Akankah Chaka tetap mempertahankan rumah tangganya dengan Twindy ataukah ia lebih memilih mantan kekasihnya itu?

Parable

Parable

button cek gramedia com

Sadewa Sagara adalah seorang anak SMA yang serba kekurangan. Lahir di keluarga miskin; selalu rangking terakhir di kelas; wajahnya lebih mirip dengan petasan banting ketimbang wajah manusia; tidak bisa berantem; tidak bisa bermain musik; tidak pernah pacaran. Sering ditolak cewek; nembak sepuluh kali, ditolak sebelas kali; tidak punya keahlian apa-apa. Keahliannya hanya satu, yaitu bernapas. Itu pun kalau diizinkan Tuhan.

Museum Of Broken Heart

Museum Of Broken Heart

button cek gramedia com

Foto box, tiket parkir, history chat, hadiah ulang tahun, tiket bioskop, foto-foto selfie, voice note, lagu-lagu yang selalu diputar di mobil, wangi parfum, bekas kecupan, gelung cincin di jari manis, orang tua yang sudah telanjur mengenal akrab, temaram lampu jalanan kota menjelang pukul enam, warung-warung tenda, McD, waktu temu, teman-temanmu yang menyenangkan, screenshot percakapan tentang segala rencana-rencana kita yang ternyata tak menjadi nyata;

dan … kamu,

adalah kumpulan dari kenangan-kenangan bahagia yang pada akhirnya tak lagi bermakna. Selayaknya jelaga, perlahan terkikis sebelum hilang selamanya.

Terkumpul dalam sebuah ruang benda-benda usang. Sebuah museum tentang cerita patah hati. Tentang banyaknya kepercayaan yang dibawa pergi.

 

Sumber:

https://www.goodreads.com/book/show/145627262-23

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.