Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3) karya Tomi Adeyemi adalah novel penuh petualangan yang dinanti-nantikan, terutama bagi Grameds yang setia mengikuti seri Legacy of Orisha. Sebagai novel ketiga sekaligus penutup dari seri ini, pastinya buku ini telah membuat Grameds semakin penasaran..
Cerita dimulai dengan Zélie dan para maji yang diculik oleh bangsa Skull, tepat setelah mereka nyaris berhasil menggulingkan Monarki. Kali ini, Zélie diculik karena raja bangsa Skull ingin menggunakan kekuatannya demi menjadi dewa baru. Tentu saja, Zélie bersama teman-temannya dan para maji berusaha keras mencegah ambisi sang raja menjadi kenyataan. Meskipun ini adalah buku terakhir, sensasi petualangan tetap terasa intens, tak kalah dari kedua buku sebelumnya. Bisa dikatakan, penutup seri ini benar-benar magis dan seru!
Novel Children of Anguish and Anarchy ini adalah novel terakhir yang akan menceritakan petualangan dan perjuangan Zélie untuk tanah airnya. Tentunya Grameds yang mengikuti seri ini sudah tidak sabar dengan akhir cerita dan perjuangan Zélie, oleh karena itu Gramin sudah mengulas secara lengkap tentang novel yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada 16 Agustus 2024 ini, dengan jumlah ketebalan halaman sebanyak 392 halaman novel ini pasti bisa memenuhi ekspektasi Grameds yang sudah sekian lama menantikan akhir dan perjuangan Zélie. Sebelum masuk ke ulasan lengkapnya, yuk, kita kenalan lebih dekat dengan penulis berbakat di balik kisah ini, Tomi Adeyemi!
Table of Contents
Profil Tomi Adeyemi – Penulis Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Tomi Adeyemi, lahir pada 1 Agustus 1993 di Amerika Serikat, adalah putri dari orang tua yang bermigrasi dari Nigeria. Ayahnya, yang sebelumnya bekerja sebagai dokter di Nigeria, menjalani masa awalnya di Amerika sebagai sopir taksi sambil menunggu agar kualifikasinya bisa diakui. Sementara itu, ibunya bekerja sebagai petugas kebersihan. Meskipun besar di Chicago, Adeyemi dan saudara-saudaranya tidak terlalu diperkenalkan dengan warisan Nigeria atau etnis Yoruba mereka karena keputusan orang tua mereka untuk tidak mengajarkan bahasa ibu.
Sejak kecil, Adeyemi telah menunjukkan kecintaannya pada dunia tulisan. Ia menulis cerita pertamanya pada usia lima tahun dan terus menulis hingga masa remaja. Lulus dari SMA Hinsdale Central di Hinsdale, Illinois pada tahun 2011, ia sempat menerima penghargaan dari Program Cendekiawan Muda di sana, dan meraih beasiswa “Cendekiawan Muda” pada 2010-2011. Di tahun terakhir SMA, Adeyemi juga menerima beasiswa Rani Sharma, yang mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Harvard, tempat ia lulus dengan gelar kehormatan dalam Sastra Inggris. Tidak hanya itu, melalui beasiswa, ia berkesempatan untuk memperdalam pengetahuan tentang mitologi dan budaya Afrika Barat di Salvador, Brasil, sebuah pengalaman yang menginspirasi novel debutnya, Children of Blood and Bone.
Dirilis pada Maret 2018, Children of Blood and Bone langsung menarik perhatian dengan memulai debutnya di puncak Daftar Buku Terlaris Hardcover Dewasa Muda The New York Times. Novel ini adalah karya fantasi yang menceritakan Zélie Adebola, seorang gadis yang berjuang melawan monarki demi mengembalikan sihir kepada rakyatnya. Melalui kisah ini, Adeyemi berharap menciptakan dunia magis yang bisa menjadi cermin bagi gadis-gadis kulit hitam. Ia ingin mereka merasa cantik, berharga, dan menyadari bahwa mereka juga bisa menjadi tokoh utama dalam petualangan epik bahkan jika masyarakat dunia terkadang mengabaikan potensi mereka. Novel ini pun berhasil meraih Penghargaan Andre Norton 2018 untuk Fiksi Ilmiah dan Fantasi Dewasa Muda serta menjadi finalis untuk Penghargaan Lodestar 2019 untuk Buku Dewasa Muda Terbaik.
Sinopsis Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Lâmina.
Pengawal pribadi Kaisar Jörah. Saat berjalan di antara para pendekar Lâmina, aku merasa seolah menjadi bagian dari mereka. Setiap langkah mereka berdentum, meninggalkan jejak kuat di tanah. Empat kuil mengelilingi istana kekaisaran, masing-masing dihiasi simbol parang gading—mirip dengan tato berbentuk daun yang menghiasi lengan setiap pendekar Lâmina
Para pendekar berdiri tegak ketika Köa mendekati gerbang batu. Melihatku, mereka segera bersiaga. Salah satu dari mereka melirik tato pedang melengkung di kulitku. Namun, begitu Köa memberi perintah, mereka tidak punya pilihan selain membuka gerbang dan membiarkanku masuk.
Di balik gerbang, para pemuda berlatih di lapangan yang dipenuhi warna-warni. Suara pertarungan mereka menggema di seluruh kuil. Tidak seperti para pendekar yang sudah lulus, murid-murid ini berkepala plontos, mengenakan celana coklat polos tanpa tato senjata di kulit mereka. Saat Köa membimbingku melintas, aku memperhatikan mereka. Para pemuda itu berlatih dengan serius, raut wajah tegas, penuh fokus. Tulang-tulang patah, darah mengalir, namun apapun yang terjadi, mereka tidak berhenti. Mereka berlatih untuk membunuh.
Di salah satu lapangan, para pendekar muda berlatih melempar pisau dari kaca hitam, berdiri sejajar di depan barisan sasaran. Begitu pengawas Lâmina memberi aba-aba, mereka melempar serentak, dan pisau mereka mendarat tepat sasaran, tanpa meleset.
Di lapangan lain, seorang anggota Lâmina mengawasi murid-muridnya. Bekas luka tebal tampak di sisi kepalanya, dan dadanya yang terbuka dipenuhi tato senjata, termasuk tato pedang bersilang di perutnya. Ketika salah seorang pendekar muda gagal melancarkan serangan, pendekar Lâmina ini turun tangan, meraih lutut muridnya dan menunjukkan cara melempar musuh ke belakang.
Di lapangan tengah, seorang pendekar Lâmina yang lebih tua berhadapan dengan seorang murid. Tato melingkari leher dan pentungan besar menghiasi kedua lengannya. Sekelompok pemuda berkerumun, memperhatikan saat jarinya berpendar hijau. Tulang-tulang berderak ketika dia mengeluarkan pentungan-pentungan besar dari gading dan mulai menyerang. Meskipun tanpa senjata, muridnya menerjang, mengerahkan segala yang dia miliki. Dari cara mereka bertarung, aku tak tahu apa yang lebih kutakutkan—para pendekar ini atau bangsa Skull.
Di belakang lapangan latihan terdapat barak-barak pendekar Lâmina, berupa bangunan anyaman sulur yang dikeraskan, setinggi hampir lima belas tingkat. Tangga berliku mulai dari dasar hingga ke puncak. Aku mengikuti Köa menaiki tangga itu.
Sesampainya di lantai tiga, belasan pria berdiri dari ranjang mereka. Sebagian besar dua kali lipat lebih tua dariku, dan hampir semuanya dua kali lebih besar. Mereka memprotes kehadiranku, tetapi Köa membalas dengan teriakan dalam bahasa mereka.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Kelebihan Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Kekurangan Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Pesan Moral Novel Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3)
Pesan moral yang sangat kuat dalam Children of Anguish and Anarchy adalah tentang keteguhan dan keberanian untuk tidak pernah menyerah, terutama ketika memperjuangkan hak dan mimpi orang-orang yang kita cintai. Zélie, sebagai tokoh utama, menghadapi berbagai rintangan dan bahaya yang tak terhitung jumlahnya, tetapi tekadnya untuk membebaskan tanah airnya tetap tidak goyah.
Meski terus-menerus diuji dengan tantangan besar dan pengkhianatan, ia tak pernah mundur dari perjuangan yang ia yakini benar. Lewat kisah Zélie, pembaca diajak untuk melihat pentingnya mempertahankan semangat dalam menghadapi kesulitan dan berjuang demi keadilan serta masa depan yang lebih baik, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang terdekat yang kita kasihi.
Bagi Grameds yang ingin membaca buku Children of Anguish and Anarchy (Legacy of Orisha #3) karya Tomi Adeyemi, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyiapkan novel lain karya Tomi Adeyemi, lho. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku Terkait
Children Of Blood And Bone
Mereka membunuh ibuku. Mereka mengambil sihir kaumku. Mereka mencoba memusnahkan kaumku.Tapi sekarang kami bangkit melawan!
Zélie Adebola mengingat masa ketika sihir masih hidup di Orisha. Para Burner dengan nyala api mereka, para Tider yang membangkitkan gelombang, dan ibu Zélie yang membangkitkan jiwa. Namun segalanya berubah ketika sihir menghilang. Di bawah titah sang raja yang keji, para Maji dibunuh, meninggalkan Zélie tanpa seorang ibu dan kaumnya tanpa harapan.
Sekarang Zélie memiliki kesempatan untuk membawa kembali sihir dan melawan kerajaan. Dengan bantuan dari putri raja yang pemberani, Zélie memperdaya dan melarikan diri dari sang putra mahkota, yang ditugaskan ayahnya untuk melenyapkan sihir selamanya dari kerajaan Orisha.
Bahaya sedang mengancam di Orisha, tempat para leoponaire salju mengeram dan roh pendendam menanti di perairan. Namun bahaya terbesar justru datang dari Zélie yang harus mampu mengendalikan kekuatan sihirnya sekaligus perasaannya yang bertumbuh terhadap musuhnya, sang putra mahkota.
Legacy of Orisha 2: Children of Virtue and Vengeance
Setelah berjuang melawan hal yang mustahil, Zélie dan Amari akhirnya berhasil membawa sihir kembali ke tanah Orïsha. Tapi ritual itu lebih kuat dari yang bisa mereka bayangkan, menyalakan kembali kekuatan tidak hanya maji, tapi juga bangsawan dengan leluhur sihir.
Sekarang, Zélie berjuang untuk menyatukan maji di Orïsha di mana musuh sama kuatnya dengan mereka. Tetapi ketika monarki dan militer bersatu untuk mengendalikan Orïsha, Zélie harus berjuang untuk mengamankan hak Amari atas takhta dan melindungi maji baru dari murka monarki.
Dengan perang saudara yang membayangi di cakrawala, Zélie menemukan dirinya berada di titik puncak: dia harus menemukan cara untuk menyatukan kerajaan atau menyaksikan Orïsha memisahkan diri.
Children Of Virtue And Vengeance (Legacy Of Orisha Vol.2)
Setelah peristiwa Pembantaian, Zélie dan Amari akhirnya berhasil membawa kembali sihir ke tanah Orïsha. Namun ternyata bukan hanya kaum maji yang memiliki kembali sihir itu, keluarga monarki dan para bangsawan pun memiliki sihir kembali. Cita-cita Zélie untuk memberikan kebebasan bagi kaum maji harus tersendat oleh monarki. Bersama para militer, monarki kini sama kuatnya dengan kaum maji. Zélie harus berjuang agar kepemimpinan monarki jatuh ke tangan Amari, putri monarki yang memiliki cita-cita yang sama dengan Zélie. Sayangnya, Amari mengkhianati kepercayaan Zélie dan gadis itu harus kehilangan orang-orang terkasihnya. Hatinya kini hancur, terbelah antara meneruskan cita-cita mulianya bagi Orïsha atau pergi menjauh menjalani hidup damai sendiri.
Sumber:
- https://www.goodreads.com/book/show/68310983-children-of-anguish-and-anarchy
- https://www.google.co.id/books/edition/Children_of_Anguish_and_Anarchy_Legacy_o/HykdEQAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
- https://en.wikipedia.org/wiki/Tomi_Adeyemi
- 1984
- 23:59 : Sebuah Novel
- Alucard
- Adat, Kelas, dan Indigenitas
- Apa yang Harus Dilakukan Ketika Doa Anda Tampak Tak Dijawab
- Apa yang Mengendalikan Kehidupanmu?
- Approximating The Distance Between Two People
- Babel: Pertumpahan Darah Sejarah Gelap Revolusi
- Bandung Menjelang Pagi
- Buddha 3: Dewadatta
- Creepy Case Club 6: Kasus Hantu Panggung
- Dulu, Kini, dan Nanti
- Festival Hujan
- Flawed
- Gabriel and Zoe
- Gentayangan
- Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi
- Hukum Perseroan Terbatas
- Impressed
- Inyik Balang
- Janji Untuk Ayah
- Kalung Setengah Hati
- Kendalikan Uangmu: Yuk, Jadi Financial Planner untuk Diri Sendiri!
- Literature for Teens: The Second Fall
- Leadership Mastery
- Make Time: Cara Fokus pada Hal-Hal Penting Setiap Hari
- Mata di Tanah Melus
- Me and Mr. Old
- Merebah Riuh
- Misadventures Season
- Misteri Perpustakaan yang Hilang
- Momo
- My Big Book of Adventures
- Nak, Kamu Gapapa, Kan?
- Perempuan-Perempuan Kelu
- Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa
- Rampok Memori dan Bintang Sambit (We Could be Heroes)
- Relung Rasa Raisa
- Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)
- Rewrite the Stars
- Sempurna (Perfect)
- Teach Like Finland
- The Boy, the Mole, the Fox and the Horse
- The Night Country
- The Punk
- The Star Diaries
- This is Amiko
- We Free the Stars: Melepas Bintang