in

Review Novel Rembulan Cerminan Hatiku

Grameds, pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana rasanya memiliki kemampuan untuk menjelajahi waktu? Novel Rembulan Cerminan Hatiku karya Pim Wangtechawat akan membawamu dalam perjalanan emosional, melintasi masa dan generasi, bersama Keluarga Wang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menjelajah waktu.

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Buku ini menggabungkan tema perjalanan waktu dengan kisah yang mendalam tentang cinta, keluarga, dan kehilangan. Dalam ulasan ini, kita akan mengupas pesan dan daya tarik unik dari novel ini, serta alasan mengapa kamu harus menambahkannya ke dalam daftar bacaanmu. Grameds, biar kamu makin mengenal novel ini, mari kita ulas apa saja kelebihan dan poin menarik dari kisah Rembulan Cerminan Hatiku.

Namun, sebelumnya kamu perlu berkenalan dengan penulisnya dulu, nih.

Profil Pim Wangtechawat, Penulis dengan Segudang Bakat dari Thailand

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Pim Wangtechawat adalah seorang penulis asal Thailand yang saat ini tinggal di London. Ia memiliki latar belakang Tionghoa dan besar di Bangkok, Thailand. Wangtechawat lulus dengan gelar Master dalam Creative Writing dari Edinburgh Napier University, dan karya-karyanya, termasuk cerita pendek, puisi, dan artikel, telah dimuat di berbagai publikasi, seperti The Mekong Review, The Nikkei Asian Review, dan YesPoetry.

Debut novelnya, Rembulan Cerminan Hatiku atau berjudul The Moon Represents My Heart dalam versi bahasa Inggris sukses mengeksplorasi tema cinta keluarga, identitas budaya, dan perjalanan waktu. Novel ini berkisah tentang keluarga British-Chinese yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan waktu, dan terinspirasi oleh kenangan serta pengalaman pribadi Wangtechawat.

Lagu “The Moon Represents My Heart” yang dibawakan oleh Teresa Teng, sangat berpengaruh dalam judul novelnya karena melambangkan ikatan lintas generasi dalam keluarga Tionghoa. Hal ini ternyata juga menggambarkan nostalgia yang kuat bagi Wangtechawat dan keluarganya.

Saat ini, Wangtechawat mengerjakan novel keduanya yang akan mengisahkan karakter berketurunan Thailand, berlatar di Bangkok dan Skotlandia. Novel ini rencananya akan lebih berfokus pada tema romansa, menggabungkan latar dan budaya dari kedua negara yang memiliki arti penting bagi sang penulis.

Nah, sekarang mari kita simak sinopsis novelnya, Grameds!

Sinopsis Novel Rembulan Cerminan Hatiku Karya Pim Wangtechawat

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Novel ini dimulai dengan keluarga Wang yang bersiap untuk melakukan perjalanan waktu ke tahun 1972 di Hong Kong. Dengan tujuan bertemu Bruce Lee, sang legenda seni bela diri, Joshua dan Lily Wang berencana membawa kedua anak mereka, Eva dan Tommy, untuk pertama kali merasakan petualangan ke masa lalu.

Sayangnya, perjalanan mereka berujung pada tragedi ketika Joshua dan Lily pergi dan tak pernah kembali. Hal ini meninggalkan Tommy dan Eva dalam keadaan yatim piatu, yang harus bertahan hidup dengan didampingi oleh nenek mereka.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Rembulan Cerminan Hatiku Karya Pim Wangtechawat

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini mengangkat tema perjalanan waktu yang unik dan menggabungkan elemen romantis dengan cerita keluarga.
  • Penulis menggunakan variasi sudut pandang dan gaya penulisan yang mengingatkan pada puisi, memberikan nuansa baru dalam narasi.
  • Karakter-karakter seperti Eva dan Tommy memiliki perkembangan yang mendalam, menunjukkan bagaimana mereka mengatasi kehilangan.
  • Novel ini berhasil menyampaikan emosi kehilangan dan kerinduan, membuat pembaca dapat terhubung dengan pengalaman karakter.
  • Latar yang beragam, dari Hong Kong hingga Inggris, menambah daya tarik cerita dan memperkaya pengalaman pembaca.
Cons
  • Alur yang maju mundur dan perubahan perspektif bisa membuat pembaca bingung di awal. Jadi, pembaca membutuhkan waktu untuk memahami struktur cerita.

Kelebihan Novel Rembulan Cerminan Hatiku Karya Pim Wangtechawat

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Pim Wangtechawat menghadirkan konsep perjalanan waktu dengan cara yang tak hanya menarik tetapi juga memiliki kedalaman emosional. Bukan sekadar tentang melintasi era yang berbeda, novel ini memperlihatkan bagaimana kemampuan unik ini menjadi alat bagi masing-masing karakter untuk menghadapi dan mencari makna di tengah rasa kehilangan. Hal ini terlihat pada Eva, yang terjebak di antara dunia masa kini dan masa lalu, serta Tommy, yang lebih memilih untuk menggali masa lalu agar bisa melarikan diri dari realitas.

Alur yang maju-mundur menjadi elemen penting dalam novel ini. Wangtechawat tidak hanya menggunakan plot tersebut untuk mengisahkan petualangan karakter, tetapi juga membangun latar belakang emosional yang kaya dan kompleks. Alur ini secara bertahap mengungkapkan bagaimana Joshua dan Lily bertemu, jatuh cinta, serta menghadapi tantangan sebagai keluarga penjelajah waktu.

Wangtechawat menggunakan gaya naratif yang bisa dibilang unik, bahkan sedikit menantang. Setiap bab ditulis dari sudut pandang yang berbeda, yang memungkinkan pembaca melihat perspektif dari masing-masing karakter, baik dari masa lalu maupun masa kini. Pendekatan ini awalnya mungkin terasa membingungkan, tetapi seiring berjalannya cerita, pola ini menjadi lebih jelas dan bahkan menambah rasa penasaran terhadap nasib tiap tokoh.

Ada juga bagian-bagian yang ditulis dalam gaya yang menyerupai puisi, membuat narasi novel ini lebih puitis dan menyentuh. Percakapan dalam bentuk puisi ini menambah daya tarik novel dan memberikan sentuhan artistik yang menonjol, sekaligus menekankan kepekaan emosional dari setiap karakter. Gaya penulisan yang liris ini menjadi media efektif untuk mengungkapkan keindahan dan kedalaman emosi yang dialami oleh keluarga Wang dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.

Salah satu aspek paling menarik dari Rembulan Cerminan Hatiku adalah bahwa setiap anggota keluarga Wang memiliki kemampuan unik dalam menjelajahi waktu. Lily hanya bisa kembali ke masa lalu Hong Kong, sementara Joshua dapat bepergian ke berbagai tempat di Inggris setelah abad ke-20. Begitu pula dengan Eva dan Tommy yang memiliki batasan tertentu dalam perjalanan waktu mereka. Variasi ini menambah kompleksitas dalam narasi, sebab setiap karakter memiliki keterbatasan yang mencerminkan perjalanan personal mereka masing-masing.

Sebagai contoh, keterbatasan Lily untuk hanya bisa kembali ke masa lalu Hong Kong membuatnya terikat pada kenangan dan warisan budayanya sendiri, sementara Joshua memiliki kebebasan yang lebih besar tetapi justru merasa terputus dari akar budayanya. Hal ini menciptakan dinamika yang menarik dan memperlihatkan bagaimana kekuatan dan batasan masing-masing karakter mempengaruhi keputusan mereka.

Dari awal hingga akhir, Rembulan Cerminan Hatiku sukses menyajikan nuansa yang sendu, menimbulkan perasaan kehilangan yang mendalam, tetapi juga menyiratkan harapan dan semangat untuk melanjutkan hidup. Karya ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya kebersamaan dengan keluarga dan betapa berharganya waktu yang kita habiskan dengan orang-orang yang kita cintai. Bagi pembaca yang menyukai cerita yang tidak hanya menarik dari sisi alur, tetapi juga dari kedalaman emosi, novel ini merupakan pilihan yang sangat tepat.

Menariknya, Rembulan Cerminan Hatiku adalah karya debut dari Pim Wangtechawat, penulis berdarah Thailand-China yang menetap di Bangkok. Walaupun baru dalam dunia novel, Wangtechawat telah berhasil membangun cerita yang berkesan dan mampu membaurkan unsur budaya Asia dengan cerita yang bersifat universal. Hal ini menjadi poin plus tersendiri, sebab ia berhasil mengangkat narasi Asia ke kancah global melalui kisah yang sederhana namun kuat. Sebagai penulis debut, kesuksesan Wangtechawat dalam menulis cerita yang mendalam dan emosional merupakan pencapaian yang patut diapresiasi.

Kekurangan Novel Rembulan Cerminan Hatiku Karya Pim Wangtechawat

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Salah satu kekurangan dari novel Rembulan Cerminan Hatiku adalah struktur alur cerita yang maju mundur dan perubahan perspektif yang sering terjadi. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan bagi pembaca, terutama di awal cerita, saat mereka berusaha untuk memahami hubungan antar karakter dan peristiwa yang terjadi.

Pembaca mungkin memerlukan waktu ekstra untuk menyesuaikan diri dengan pola naratif ini, yang kadang-kadang dapat mengganggu alur pembacaan dan membuat keterlibatan dengan cerita menjadi lebih sulit. Dengan demikian, meskipun elemen ini menambah kedalaman pada cerita, ia juga bisa menjadi tantangan bagi sebagian pembaca yang lebih menyukai alur yang lebih linear.

Meskipun novel ini sangat memikat, ada beberapa bagian yang terasa kurang lengkap, terutama di bagian akhir yang masih menyisakan tanda tanya bagi pembaca. Ending yang menggantung ini mungkin menjadi kekurangan bagi sebagian orang, tetapi juga memberi ruang interpretasi bagi pembaca. Kemungkinan adaptasi film dari novel ini juga menjadi sorotan menarik, dan banyak yang berharap bahwa filmnya nanti akan memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab dalam novel.

Pesan Moral Novel Rembulan Cerminan Hatiku Karya Pim Wangtechawat

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Novel ini tidak hanya sekadar cerita fiksi ilmiah atau petualangan, tetapi juga mengandung pesan moral yang mendalam tentang keluarga dan cinta. Kehilangan yang dialami oleh Eva dan Tommy setelah orang tua mereka hilang secara tiba-tiba, menuntut mereka untuk menemukan cara agar tetap bisa merasa “hidup.” Mereka belajar untuk berdamai dengan kehilangan dan merangkul identitas serta masa depan mereka. Wangtechawat dengan lembut mengingatkan kita bahwa hidup kadang tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan, tetapi dengan kehadiran orang-orang tercinta, segala rintangan bisa dihadapi.

Rembulan Cerminan Hatiku adalah novel yang tidak boleh dilewatkan bagi para pecinta tema perjalanan waktu. Buku ini menghadirkan cerita yang unik tentang sebuah keluarga yang berusaha bertahan menghadapi kehilangan, dengan kemampuan yang hanya ada dalam mimpi banyak orang—menjelajahi waktu.

Penjelajahan waktu yang dilakukan oleh keluarga Wang bukan hanya sebuah perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional yang memaksa mereka untuk menemukan diri dan keluarga mereka yang sebenarnya. Jika kamu menyukai cerita yang memadukan elemen fiksi ilmiah dengan drama keluarga yang mendalam, novel ini layak untuk menjadi bagian dari koleksimu.

 Kesimpulan

Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)

button cek gramedia com

Secara keseluruhan, Rembulan Cerminan Hatiku adalah novel debut yang mengesankan dan memberikan pengalaman membaca yang berbeda dari novel-novel bertema perjalanan waktu pada umumnya. Dengan gaya penulisan yang puitis dan tema yang mengangkat isu-isu keluarga serta kehilangan, Wangtechawat berhasil menciptakan cerita yang tidak hanya menghibur tetapi juga menyentuh hati.

Ending yang menggantung mungkin terasa kurang memuaskan, tetapi juga menambah unsur misteri yang membuat pembaca menantikan kelanjutan atau adaptasi filmnya nanti. Novel ini juga mengingatkan kita bahwa sesulit apa pun perjalanan yang kita hadapi, selalu ada harapan selama kita bersama orang yang kita cintai. Jika kamu mencari novel yang menyuguhkan petualangan waktu dengan sentuhan emosional, Rembulan Cerminan Hatiku adalah pilihan yang tepat.

Jangan lupa beli buku ini, ya, Grameds! Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas agar kamu bisa #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Novel Terkait

Tanpa Rencana Karya Dee Lestari

Tanpa Rencana

button cek gramedia com

Tanpa Rencana merupakan karya antologi Dee yang keempat. Tajuk antologi ini dipilih untuk menggambarkan proses kreatif unik Dee saat menuliskan karya-karya di dalamnya. Dee menggarap ide-ide yang tebersit spontan, tak jarang ditulis sekali jadi. Kendati demikian, 18 cerita dalam Tanpa Rencana begitu kaya akan makna dan diperkuat impresinya oleh ilustrasi di halaman-halamannya. Berbagai perenungan mendalam tentang hidup, kematian, kehilangan, penerimaan, dan spiritualitas, kembali berhasil diolah Dee menjadi cerita pendek serta puisi naratif yang renyah, lincah, sekaligus menyentuh.

Goodbye, Eri Karya Tatsuki Fujimoto

Goodbye, Eri

button cek gramedia com

Rekam aku sebelum aku mati. Yuta mulai membuat film atas permintaan ibunya yang sakit. Setelah kematian ibunya, Yuta yang ingin bunuh diri, bertemu dengan seorang gadis cantik misterius bernama Eri. Mereka mulai membuat film bersama. Namun, Eri menyimpan sebuah rahasia. Inilah kisah remaja mengenai film, di mana realitas dan kreativitas saling terkait dan meledak!

Ayah, Ini Arahanya Ke Mana, ya? Karya Khoirul Trian

Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya?

button cek gramedia com

Ayah, ternyata benar ya. Setelah dewasa kita semua harus punya banyak uang. Harus bekerja lebih keras lagi, harus bertarung dengan isi kepala sendiri. Harus menyampingkan banyak keinginan untuk sekadar tetap bertahan hidup sampai bertemu pagi lagi. Ayah, setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang menyakitkan dalam hidup dan kali ini aku gak punya banyak keberanian untuk melawannya. Ayah, kadang aku kalah, kadang aku kuat, kadang semuanya terjadi begitu saja dengan penuh pura-pura yang aku coba kesampingkan rasa sakitnya. Ayah, hari ini aku kesepian dan gak tahu harus lari kemana lagi. Ayah, ini arahnya ke mana, ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.