in

Anxious Attachment: Pengertian, Gejala dan Cara Mengatasinya 

anxious attachment – Apakah Grameds akrab atau mengetahui kondisi bernama anxious attachment? Secara sederhananya, anxious attachment adalah suatu perasaan yang muncul ketika seseorang meragukan dan mempertanyakan apakah pasangannya benar-benar mencintai dan menyayanginya.

Contoh lain dari kondisi anxious attachment adalah ketika seseorang tidak dapat dipisahkan dan selalu ingin berada di dekat pasangannya. Dari kedua contoh sikap tersebut, anxious attachment dapat diartikan sebagai kondisi ketika ada seseorang yang ingin suatu kedekatan atau keintiman yang cukup kuat.

Kondisi ini tentu akan memunculkan hal yang tidak nyaman bagi orang yang mengalaminya atau bahkan berada di dekat orang tersebut. Tetapi apa sih sebenarnya anxious attachment style itu? Apa penyebab dan gejalanya? Untuk mengetahuinya simak dalam artikel berikut ini.

Apa Itu Anxious Attachment? 

Sumber: pixabay.com/mintchipdesigns

Anxious attachment merupakan rasa takut untuk terpisah dari orang yang dicintai seperti orang tua, teman, dan pasangan. Hal ini berkaitan dengan model kerja negatif dari citra diri dan harga diri yang rendah. Orang yang mengalami anxious attachment cenderung terus-menerus dipenuhi dengan rasa takut, kewaspadaan, cemburu, dan takut ditinggalkan. Hal ini merupakan suatu gaya keterikatan yang tidak aman.

Meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, terlihat ada hubungan antara anxious attachment dan pengalaman negatif pada masa kecil seperti pengasuhan yang tidak konsisten.

Individu yang merasa cemas dalam keterikatan cenderung merasa tidak aman dalam hubungan dan khawatir bahwa orang yang dicintai akan meninggalkan mereka. Mereka kesulitan untuk percaya bahwa orang lain akan ada untuk mereka di saat-saat sulit, sehingga menghasilkan pola perilaku yang tidak aman.

Penyebab dari munculnya anxious attachment ini dijelaskan pula dalam teori attachment. Apa itu kerangka teori attachment? Kerangka teori attachment atau keterikatan adalah model psikologis yang menjelaskan sifat keterikatan emosional antara bayi dan pengasuh. Model ini pertama kali dikemukakan oleh psikiater John Bowlby.

Teori ini telah banyak dipelajari sejak itu dan diperluas oleh peneliti lain, seperti psikolog Mary Ainsworth. Menurut teori keterikatan, bayi dilahirkan dengan kebutuhan dasar untuk merasa aman dan terlindungi dengan berada di dekat pengasuh utama mereka. Ketika bayi merasa terancam atau takut, mereka menangis dan memeluk pengasuh mereka.

Seorang pengasuh utama yang penuh perhatian dan responsif terhadap kebutuhan bayi akan membantu membangun kepercayaan diri dan gaya keterikatan yang aman pada anak. Gaya keterikatan yang tidak aman terbentuk ketika pengasuh tidak konsisten, absen, atau bersikap kasar. Dalam perkembangan anak, gaya keterikatan memainkan peran penting.

Perbedaan antara attachment anxiety dan general anxiety terletak pada akar masalahnya. Attachment anxiety berasal dari rasa takut yang kuat akan penolakan atau ditinggalkan yang terkait dengan hubungan, sementara general anxiety dapat meliputi berbagai masalah.

Beberapa orang dengan gaya attachment anxiety mungkin menunjukkan kecemasan dalam masalah yang berkaitan dengan hubungan, tetapi tidak pada masalah yang lainnya. Hadirnya anxiety atau rasa cemas akan menciptakan berbagai macam pikiran yang ada di luar akal sehat manusia. Pemikiran tersebut akan menyiksa para penderita karena terus menerus merasa tidak cukup, ragu dan perasaan lainnya.

Salah satu cara untuk meredakan rasa cemas tersebut adalah dengan menerima dan tidak mengurung diri. Lalu bagaimana cara berdamai dan menerima rasa cemas tersebut?

Dalam buku “Hi, Anxiety : Berdamai dengan Rasa Cemas” dijelaskan cara agar penderita anxiety disorder dapat berdamai dengan kondisinya. Tertarik membacanya? Beli bukunya di gramedia.com

Penyebab Anxiety Attachment

pixabay.com/geralt

Ada beberapa penyebab dari anxious attachment yang terjadi pada orang dewasa atau bahkan anak-anak. Dikutip dari laman paremtingforbrain.com, berikut adalah penyebab dari kondisi satu ini.

 

  • Pola Asuh yang Tidak Konsisten oleh Orang Tua

Pola asuh yang tidak konsisten adalah ketika dua orang tua atau dua pengasuh mengajarkan kedisiplinan dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat terjadi ketika peraturan serta ekspektasi orang tua pada perilaku anak tidak jelas dan tidak diterapkan dengan konsisten.

Pola asuh tidak konsisten juga dapat terjadi karena adanya kurang peraturan, hukuman yang tidak teratur atau pemantauan dari orang tua maupun pengasuh yang tidak memadai.

Jika orang tua memberikan pola asuh yang tidak konsisten atau bahkan tidak memberi respons sama sekali, anak-anak akan belajar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan pengasuh mereka untuk konsistensi dan dukungan. Mereka juga akan kehilangan rasa aman dan merasa tidak dicintai. Anak-anak dengan pola asuh yang tidak konsisten mungkin akan menjadi sangat waspada dan menunjukkan perilaku keterikatan hiperaktivitas atau anxiety attachment.

 

  • Orang Tua yang Cemas Berlebihan

Keterikatan yang tidak aman pada masa kecil yang dialami oleh orang tua juga dapat menghasilkan pola keterikatan yang tidak aman dan mempengaruhi gaya pengasuhan.

Seorang orang tua dengan anxious attachment kemungkinan akan terobsesi dengan pola asuh yang tidak konsisten dan keterjangkauan orang-orang yang menjadi objek keterikatan dalam kehidupan mereka sendiri, yang mengarah pada pengasuhan yang tidak konsisten.

 

  • Anak-anak Tidak Mendapatkan Perhatian Emosional yang Cukup

Orang tua yang kurang memperhatikan anak secara emosional di masa kanak-kanak termasuk dalam kekerasan secara psikologis yang sering kali tidak terdeteksi dan tidak diketahui.

Anak yang mengalami masa pertumbuhan dengan kurang mendapatkan perhatian secara emosional akan mendapatkan pengalaman yang sangat buruk atau trauma.  Tidak hanya trauma, anak-anak dengan perhatian kurang juga akan kurang percaya diri, tidak memiliki kemampuan untuk percaya pada orang serta tidak memiliki kemampuan untuk membangun hubungan dengan sehat.

Pada anak-anak yang mengalami kekerasan secara psikologis atau kurang mendapatkan perhatian emosional, anxious anxiety lebih mungkin terjadi pada mereka ketika sudah dewasa. Risiko dari timbulnya anxious anxiety setelah penelantaran pada masa kanak-kanak awal lebih tinggi untuk wanita daripada pria.

 

  • Gaya Pengasuhan yang Ekstrim

Penyebab lainnya dari anxious attachment adalah gaya pengasuhan orang tua yang terlalu mengontrol dan ekstrim. Orang tua yang tidak memberikan izin pada anak untuk tumbuh dengan mandiri sesuai dengan usia dapat menyebabkan kondisi anxious attachment.

Gaya pengasuhan ekstrim sama seperti orang tua yang tidak memperhatikan anak secara emosional atau tidak hadir dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kedua gaya pola asuh tersebut akan menyebabkan anak memiliki anxious attachment dan tumbuh dengan hal tersebut.

 

  • Mengalami Trauma pada Masa Lalu

Ketika seseorang pernah mengalami trauma di masa lalu seperti perceraian orang tua, kekerasan, mengalami kemiskinan yang ekstrim, maka ia juga akan mungkin mengalami anxious attachment di masa mendatang.

Anxious attachment termasuk gangguan mental yang membuat penderita merasa cemas berlebihan dan bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kecemasan dapat diatasi dengan psikoterapi serta obat-obatan psikotropika.

Namun gangguan kecemasan juga bisa diatasi dengan membaca buku-buku pengembangan diri seperti “I Have Anxiety” Buku ini akan membantu penderita kecemasan untuk menghadapi apa yang mereka rasakan. Jika tertarik, beli bukunya di gramedia.com!

Gejala Anxious Attachment

Sumber: Pexels/ Kat Smith

Anxious attachment dapat dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak. Berikut adalah beberapa gejala dari anxious attachment yang perlu Grameds ketahui.

 

  • Gejala pada Anak-anak

Anak-anak yang memiliki anxious attachment merasa khawatir dengan kehadiran figur yang mereka jadikan tempat bersandar. Mereka menunjukkan tanda-tanda umum berikut ini:

  • Terlihat cengeng atau membutuhkan perhatian, terutama saat sedang dalam situasi yang sulit.
  • Khawatir apabila ditolak oleh orang tua atau teman.
  • Cenderung merasa ingin memuaskan keinginan orang lain dan merasa perlu diterima oleh orang lain.
  • Meragukan bahwa orang tua akan ada atau hadir saat mereka sedang kesulitan.
  • Rentan mengalami gangguan kesehatan mental seperti gangguan kecemasan dan serangan panik.
  • Kesulitan dalam mengatur emosi yang negatif.
  • Berisiko mengalami kecemasan ketika harus berpisah dengan orang yang mereka andalkan.

 

  • Gejala pada Orang Dewasa

Orang dewasa yang memiliki attachment anxiety cenderung khawatir bahwa pasangan mereka akan menolak mereka, sehingga mereka mencari kedekatan dan intimasi secara paksa.

Individu dengan attachment anxiety pada orang dewasa cenderung menunjukkan karakteristik berikut:

  • Mencari jaminan terus-menerus dari pasangan romantis mereka.
  • Membuka informasi pribadi tentang diri mereka sendiri pada awal hubungan dewasa dalam upaya untuk memperoleh umpan balik positif dan mencapai kedekatan dengan cepat.
  • Membicarakan hubungan romantis mereka secara sering selama percakapan rutin dengan pasangan.
  • Menunjukan perilaku cemas seperti memantau kehadiran pasangan dengan cermat.
  • Muncul reaksi yang lebih ekstrim dan perasaan kecemasan terhadap ancaman hubungan di masa lalu.
  • Terlampau sensitif terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang mereka dalam hubungan dekat atau interaksi sosial.
  • Terlibat secara aktif dalam media sosial untuk memancing like atau reaksi dari teman-teman sosial medianya.
  • Pengaruh media terkait gambaran tubuh yang sempurna atau kekurangan tentang bagian tubuhnya mudah diterima, terutama oleh wanita
  • Tingkat reviktimisasi yang lebih tinggi di antara wanita yang terlalu terikat dan menerima respons negatif setelah pengungkapan kasus pelecehan seksual di masa kecil.
  • Lebih mungkin mengalami pengembangan gangguan klinis, gejala kecemasan, atau gejala depresi.
  • Memiliki regulasi emosi yang buruk.
  • Merumuskan ulang tentang ancaman dan potensi ancaman yang dialami.
  • Menelepon atau mengirimkan teks pesan berulang kali hingga mendapat respons dari orang lain.
  • Berulang kali menanyakan ke pasangan romantisnya apakah mereka bahwa dirinya menarik.
  • Merasa curiga saat keadaan sedang damai dan tidak terjadi apa-apa.
  • Melakukan pengecekan media sosial berulang kali untuk mendapatkan sejumlah informasi.
  • Sulit mengatakan “tidak” pada orang lain.
  • Berusaha untuk tidak mengakhiri suatu hubungan dengan segala cara meskipun hubungan tersebut adalah hubungan yang tidak sehat.
  • Kesulitan untuk mempercayai orang lain.
  • Terlalu moody, impulsif, emosional dan tidak terduga.
  • Memberikan toleransi pada perilaku yang tidak sehat dalam hubungannya.
  • Bersikap sensitif berlebihan pada perubahan yang terjadi pada orang lain, contohnya seperti cara berbicara suasana hati maupun perilaku orang tersebut.
  • Sering merasa cemburu dan selalu bersikap rendah diri.

Itulah beberapa gejala umum yang dialami oleh seseorang yang memiliki masalah anxiety attachment. Pastikan untuk tidak melakukan vonis secara pribadi dan segera menghubungi tenaga profesional apabila mengalami gejala di atas.

Namun, apabila Grameds merasa kesulitan untuk menghubungi tenaga profesional seperti psikolog dan merasa tidak nyaman dengan perasaan cemas berlebihan, Grameds bisa mencoba mencari informasinya dengan membaca buku “Buku A Guide Book To Overcome Anxiety.”

Buku tersebut berisi mengenai betapa pentingnya memahami perbedaan antara kecemasan dengan kekhawatiran dan mengenal lebih baik tentang kecemasan serta cara mengelola kecemasan. Jika ingin membaca bukunya, Grameds bisa membelinya di gramedia.com

Cara Mengatasi Anxiety Attachment

Setelah mengetahui penyebab dan gejala umum yang biasa dialami oleh anak kecil maupun orang dewasa ketika mengalami anxious attachment, Grameds tentunya juga harus mengetahui cara mengatasi masalah kecemasan ini.

Pada anak-anak, salah satu penyebab dari anxious attachment adalah karena kegagalan untuk membentuk ikatan yang aman dengan orang tua pada masa kanak-kanak. Hal ini dapat meningkatkan risiko hasil yang lebih negatif bagi anak-anak. Untuk membangun kembali rasa kepercayaan pada anak-anak, maka orang tua dapat mengubah perilaku di hadapan anak dan secara konsisten memberikan respons pada anak.

Selain hubungan ikatan antara orang tua dan anak, anak-anak juga dapat terikat dengan orang dewasa terpercaya lainnya seperti konselor sekolah atau guru serta dapat membangun hubungan yang aman. Bagaimana cara membangun hubungan yang aman pada masa anak-anak? Keamanan dalam hubungan antara orang tua atau orang terdekat anak dapat terjalin melalui hubungan jangka panjang.

Oleh karena itu, orang-orang sekitar anak yang memiliki ikatan atau hubungan dengan anak tersebut harus memiliki dedikasi dan memang bertekad untuk mengubah gaya pola asuh menjadi lebih konsisten dan sehat.

Selain itu, pengenalan dan pendekatan dalam jangka waktu yang panjang pun diperlukan agar anak dapat kembali merasakan keamanan dalam suatu hubungan tersebut.

Anak-anak yang mengalami kecemasan berat atau masalah anxious attachment mungkin memerlukan bantuan profesional, seperti psikolog anak untuk dapat mengetahui perasaan anak dan cara mengatasinya.

Sementara itu, hubungan atau ikatan yang tidak aman pada orang tua maupun pengasuh dapat berisiko menimbulkan gaya hubungan yang tidak aman pada masa dewasa. Namun, ikatan yang tidak aman yang dialami pada masa anak-anak tidak selalu berarti akan menjadi ikatan yang tidak aman ketika mereka dewasa. Kesadaran akan gaya hubungan atau pola asuh memungkinkan seseorang untuk merumuskan strategi dan mencari bantuan.

Hubungan yang aman sangat penting untuk perkembangan yang sehat dan regulasi emosi yang kompeten. Luka dari ikatan yang toxic dapat sembuh dari waktu ke waktu dengan kenyamanan yang dapat diandalkan dari figur dari ikatan yang dipercaya.

Perbaikan keterikatan atau hubungan baru membutuhkan waktu. Sementara itu, seorang terapis atau konselor yang berpengalaman dapat membimbing seseorang dalam proses ini dan memberikan dukungan. Mereka juga dapat membantu penderita anxious attachment dalam memahami masa lalu untuk membangun representasi internal yang sehat mengenai hubungan.

Pelajari strategi adaptif yang dapat meningkatkan proses regulasi emosi. Olahraga, meditasi, dan kesadaran membantu meningkatkan suasana hati, serta memberikan perawatan diri yang baik. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak, salah satu cara untuk mengatasi anxious attachment adalah memberikan rasa aman pada penderita secara bertahap dan dalam jangka waktu yang panjang.

Hal tersebut juga dapat dilakukan dibarengi dengan saran dan solusi dari psikolog agar penderita maupun anggota keluarga tidak asal bertindak dan mendapatkan solusi yang baik. Apabila Grameds merasa perlu melakukan pengembangan diri dan ingin mengetahui cara mengelola kecemasan, Grameds bisa membeli buku tentang anxious di gramedia.com.

Selain itu, Grameds juga bisa mengubah pola pengasuhan dengan membaca buku-buku parenting yang tersedia di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com selalu menyediakan buku-buku bermanfaat untuk Grameds. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

Sumber: 

https://www.sehatq.com/artikel/anxious-attachment

Baca juga:

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by R Adinda

Dunia psikologi memang selalu menarik untuk dibahas. Selain menarik, dunia dengan mengetahui dunia psikologi akan membantu seseorang dalam dalam mengenali dirinya sendiri.