Biografi Sigmund Freud – Semakin hari Grameds disadarkan betapa pentingnya ilmu psikologi dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak teori yang jika kalian coba pelajari dan pahami, bisa mempermudah kegiatan kalian, khususnya dalam menghadapi orang lain atau memahami diri sendiri.
Keberadaan ilmu psikologi tidak serta merta datang begitu saja Grameds. Perlu waktu selama ratusan tahun sebelum akhirnya kita dapat mengimplementasikan teori-teori ini ke dalam keseharian kita. Untuk itu, kita harus berterimakasih kepada ilmuwan-ilmuwan di masa lampau yang telah mengembangkan ilmu psikologi.
Table of Contents
Biografi Sigmund Freud Freud
Membahas ilmuwan psikologi, atau lebih umum disebut sebagai psikolog, beberapa nama yang mungkin Grameds ingat meliputi Ivan Pavlov, William James, hingga Carl Jung. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa nama yang besar kemungkinan akan muncul jika membahas topik psikologi adalah Sigmund Freud.
Sosok ini merupakan orang yang amat berjasa mengembangkan ilmu psikoanalisis, cabang dari ilmu psikologi yang membahas terkait emosi dan mental psikologis manusia. Dengan adanya cabang ilmu ini, seseorang dapat memahami orang lain lebih dalam dari sebelumnya.
Dan seperti yang Grameds sudah baca di atas, ilmu psikoanalisis memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk diteliti. Untuk memahami sebesar apa dampak dari ilmu psikoanalisis dalam kehidupan manusia, ada baiknya jika kita juga ikut mempelajari biografi Sigmund Freud dan mengetahui lika-liku kehidupannya.
Masa Kecil Sigmund Freud
Sigismund Schlomo Freud atau lebih dikenal dengan nama Sigmund Freud, lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, yang terletak di Kerajaan Austria, sekarang berganti nama menjadi Republik Ceko. Dirinya merupakan anak dari Jacob Freud dan Amalia Nathanson.
Sang ayah merupakan penjual kain wol beragama Yahudi, yang ketika melahirkan Sigmund Freud, sudah berusia 40 tahun. Jakob saat itu merupakan sosok yang emosian, suka menyendiri, dan kerap memerintah keluarganya untuk mengikuti apapun kemauannya.
Berbeda dengan ayahnya, sang ibu merupakan sosok yang lembut dan memiliki emosi stabil. Amalia juga saat itu berusia 20 tahun lebih muda dari suaminya, dan merupakan istri ketiga dari Jakob. Di pernikahan sebelumnya, Jakob Freud memiliki 2 anak yang merupakan kakak tiri Sigmund Freud, yakni Emanuel dan Philip.
Karena mengalami kesulitan ekonomi, keluarga Sigmund Freud kerap berpindah-pindah tempat tinggal untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka awalnya menetap di Leipzig, Jerman, sebelum akhirnya pindah lagi ke Wina, Austria. Di sana, Amalia melahirkan 5 anak lagi, yaitu Rosa, Marie, Adolfine, Paula, dan Alexander.
Sejak kecil, Sigmund Freud sudah menunjukan potensi besar sebagai ilmuwan. Di usianya yang ke-9 tahun, dirinya memasuki sekolah menengah pertama bernama Leopoldstädter Kommunal-Realgymnasium, dan dianggap sebagai salah satu siswa paling berbakat di angkatannya.
Sigmund Freud kecil juga suka membaca dan menyukai literatur. Dirinya diketahui menguasai dengan lancar setidaknya 8 bahasa di Eropa, seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Italia, bahasa Ibrani, bahasa Latin, dan juga bahasa Yunani.
Memasuki usianya yang ke-17, Sigmund Freud melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Wina. Mulanya, Sigmund Freud ingin memasuki Fakultas Hukum dan mempelajari ilmu hukum. Namun, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk masuk ke Fakultas Kesehatan dan mempelajari fisiologi, filosofi, dan juga zoologi.
Hal yang memantik perhatian Sigmund Freud terhadap ilmu psikologi bermula ketika dirinya mempelajari otak manusia dan makhluk hidup lainnya di bawah arahan fisiologis Ernst Brücke. Setelah sempat harus mengikuti wajib militer pada tahun 1879, Sigmund Freud lulus dari universitas pada tahun 1881 dengan gelar Doctor of Medicine.
Awal Karier Sigmund Freud
Setelah lulus, Sigmund Freud memulai kariernya sebagai peneliti anatomi tengkorak manusia di Rumah Sakit Umum Wina. Penelitiannya membuahkan hasil, dan Sigmund Freud berhasil mempublikasikan hasil temuannya tersebut dan melanjutkan penelitian lain di rumah sakit tersebut.
Tahun 1886, Sigmund Freud memutuskan keluar dari rumah sakit, dan di tahun yang sama, dirinya menikahi wanita asal Jerman bernama Martha Bernays. Martha merupakan cucu dari Chief Rabbi, yaitu sosok pemimpin Yahudi bernama Isaac Bernays.
Dalam pernikahannya, keduanya memiliki 6 orang anak, yang masing-masing bernama Mathilde, Jean-Martin, Oliver, Ernst, Sophie, dan Anne. Keluarga ini tinggal di sebuah apartemen di daerah Innere Stadt, Wina, Austria. Pernikahan pasangan ini terbilang harmonis dan berjalan hingga akhir hayat.
Meskipun begitu, sempat ada rumor bahwa Sigmund Freud sempat berselingkuh dengan kakak dari Martha, Minna Bernays. Rumor ini dibuat oleh tokoh psikolog lain yakni Carl Jung. Rumor ini menjadi cikal-bakal ketidaksukaan Sigmund Freud terhadap Carl, serta awal dari persaingan kedua sosok ini.
Di usianya yang ke-24 tahun, Sigmund Freud mulai menjadi perokok aktif, dengan dalih bahwa rokok dapat meningkatkan kinerja otaknya ketika melakukan penelitian. Meskipun sudah diingatkan terkait bahaya dari rokok, Sigmund Freud tetap bergeming dan melanjutkan hobi barunya tersebut.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ilmu psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud terinspirasi dari beberapa sosok terkenal seperti filsuf Nietzsche, ilmuwan biologi Charles Darwin, dan bahkan sastrawan William Shakespeare. Hasil penelitian, teori, dan karya mereka membantu Sigmund Freud untuk memahami esensi dari psikologi manusia, dan mengembangkan ilmu psikoanalisis itu sendiri.
Penelitian Mengenai Psikoanalisis
Ilmu mengenai psikoanalisis bermula ketika Sigmund Freud mengunjungi temannya di Prancis bernama Jean-Martin Charcot untuk mempelajari ilmu hipnotis pada tahun 1885. Hal ini bertujuan agar Sigmund Freud dapat menemukan hasil memuaskan ketika dia sedang bekerja di klinik dan mengobati pasiennya.
Sayangnya, hipnotis pada saat itu tidak dapat memberikan hasil yang Sigmund Freud inginkan, sehingga dirinya memutuskan untuk mencari metode lain. Pada akhirnya, dirinya mengemukakan sebuah metode di mana Sigmund Freud membebaskan pasiennya untuk berbicara sebebas-bebasnya tanpa menyembunyikan apapun, untuk mengobati penyakit mental mereka.
Kebebasan berbicara ini menjadi awal dari ilmu psikoanalisis, dan dia berhasil menemukan landasan teori ini ketika dirinya berusia 40 tahun. Sejak saat itu, Sigmund Freud meninggalkan teori serta ilmu lain yang sebelumnya dia pelajari, dan fokus seutuhnya mengembangkan ilmu psikoanalisis.
Pengembangan ilmu psikoanalisis juga terinspirasi dari masa lalu Sigmund Freud, yang tumbuh besar di lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Ilmu psikoanalisis berhasil membantu Sigmund Freud memahami rasa ketidaknyamanan yang dia rasakan terhadap sang ayah, dan mengapa dia lebih menyayangi ibunya pada masa itu.
Tidak hanya itu, Sigmund Freud juga mengembangkan subjek penelitian lain yang berkaitan dengan ilmu psikoanalisis. Ini termasuk penelitian mengenai seks yang diberi nama sebagai “Teori Rayuan Freud” serta “Kompleks Oedipus”, serta teori mengenai histeria, mimpi, dan juga hasrat.
Suatu hari di tahun 1902, Sigmund Freud menyadari betapa pentingnya untuk menyebarluaskan ilmu psikoanalisis ke khalayak luas. Tidak hanya itu, dirinya juga berpikir untuk mencari orang-orang dengan pemikiran sama untuk mengembangkan teori ini.
Oleh karena itu, Sigmund Freud yang sebelumnya sudah bekerja menjadi dosen di Universitas Wina, memutuskan untuk menjadi profesor atau saat itu dikenal dengan istilah “Professor Extraordinarius”. Meskipun ambisinya sempat terhalang kepentingan politik, Sigmund Freud akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan.
Titel profesor membuat banyak peneliti lain yang akhirnya mengenal ilmu psikoanalisis kembangan Sigmund Freud. Beberapa dari mereka juga ingin terjun langsung dalam meneliti ilmu di bidang psikologi ini. Para peneliti yang bekerja sama dengan Sigmund Freud dikenal sebagai pengikut Sigmund Freud Freud.
Sigmund Freud Freud dan Pengikutnya
Sigmund Freud bersama dengan 3 orang lainnya, yaitu Alfred Adler, Max Kahane, dan Rudolf Reitler mendirikan perkumpulan psikolog bernama Wednesday Psychological Society atau disebut juga sebagai Psychologische Mittwochs-Gesellschaft dalam bahasa Jerman.
Perkumpulan ini dibentuk atas saran teman Sigmund Freud yang juga merupakan fisioterapis bernama Wilhelm Stekel. Keberadaan kelompok ini sempat menjadi perbincangan hangat di kota Wina, dan mendapat respon positif dari warga sekitar dan juga media di negeri tersebut.
Di dalam perkumpulan ini, Sigmund Freud dan anggota-anggota lainnya banyak membahas hal-hal terkait ilmu psikologi dan tidak dibatasi terhadap topik psikoanalisis saja. Tujuannya sudah pasti agar mereka dapat menemukan temuan baru yang berguna di bidang psikologi.
Salah seorang anggota menjelaskan mereka cukup rutin mengadakan pertemuan dan diskusi membahas ilmu psikologi. Sembari berbincang, mereka juga ditemani dengan cemilan seperti kue dan roti, minuman macam teh atau kopi, serta rokok maupun cerutu bagi mereka yang merokok.
Setiap akhir pertemuan, Sigmund Freud akan berdiri dan memberi kata-kata penutup berupa rangkuman dari diskusi atau tanggapan terhadap topik yang dibahas oleh anggotanya. Suasana di dalam perkumpulan ini terbilang hangat dan menjunjung asas kekeluargaan serta asas pertemanan.
Perlahan tapi pasti, anggota dari Wednesday Psychological Society bertambah semakin banyak. Mereka datang tidak hanya dari Austria saja, melainkan juga dari negara-negara lain seperti Britania Raya, Rusia, Hungaria, hingga Amerika Serikat.
Keberadaan psikolog dari berbagai negara, khususnya negara yang bahasa utamanya bahasa Inggris menjadi awal mula dari penyebaran ilmu psikoanalisis ke berbagai dunia lain. Sigmund Freud meminta tolong terhadap psikolog dari negara-negara tersebut untuk mempopulerkan topik psikoanalisis ke negara mereka, dan berharap bahwa ilmu ini dapat diakses ke masyarakat lain di berbagai belahan dunia.
Para psikolog ini juga banyak membantu Sigmund Freud untuk mengembangkan teori psikoanalisis. Pada akhirnya, Sigmund Freud memutuskan untuk mengadakan organisasi baru bernama International Psychoanalytical Association (IPA), yang fokus utamanya adalah membahas perkembangan ilmu psikoanalisis.
Keberadaan IPA nantinya menaungi organisasi lain yang juga meneliti ilmu psikoanalisis. Organisasi ini tersebar di berbagai negara dan umumnya dipimpin oleh mereka yang menjadi anggota Wednesday Psychological Society. Namun, penelitian IPA sempat terhambat karena Perang Dunia Pertama sempat berkecamuk.
Akhir Hayat Sigmund Freud
Kebiasaan merokok Sigmund Freud dan fakta bahwa dirinya kerap mengabaikan saran dari keluarga dan teman untuk berhenti merokok akhirnya membawa dampak buruk bagi tubuhnya. Tahun 1923, Sigmund Freud didiagnosis mengidap kanker mulut karena kebiasaannya ini.
Kanker mulut yang diidap oleh Sigmund Freud diketahui oleh sejumlah dokter yang merupakan temannya. Mereka menyarankan agar Sigmund Freud segera berhenti merokok demi kebaikan dirinya. Namun, mayoritas dari mereka tidak mengatakan bahwa Sigmund Freud terkena kanker dan memilih untuk menjelaskan bahwa dia terkena penyakit mulut, karena khawatir Sigmund Freud akan bunuh diri jika mengetahui hal ini.
Memasuki tahun 1933, keberadaan Nazi menebar teror bagi sejumlah negara di Eropa. Namun, Sigmund Freud merasa bahwa Nazi bukanlah sesuatu yang harus dia dan koleganya khawatirkan. Padahal, saat itu buku-buku karangannya sudah dibakar habis oleh mereka.
Sigmund Freud baru menyadari ancaman dari Nazi memasuki 1938, ketika mereka mulai menyerang Austria. Sigmund Freud mulai merencanakan kepergiannya beserta sang keluarga dari Austria menuju Inggris, dan berharap mendapatkan perlindungan dari negara tersebut melalui bantuan dari Royal Society, organisasi saintis dari negara tersebut.
Perjalanan Sigmund Freud dan keluarga untuk mencari perlindungan di Inggris tidaklah mudah. Dirinya sempat dihadang oleh utusan Nazi, yang berusaha menahan aset serta hartanya di Austria. Sigmund Freud dan keluarga juga semakin sulit untuk pergi ke luar Austria karena latar belakangnya sebagai kaum Yahudi.
Tetapi, setelah berusaha pergi sejak April 1938, Sigmund Freud dan keluarga berhasil mengungsi ke Inggris pada Juni 1938. Mereka mendapat pertolongan dari Putri Marie Bonaparte, yang saat itu merupakan pendukung dari Sigmund Freud dan berusaha menyediakan kebutuhan Sigmund Freud beserta keluarga agar bisa kabur ke Inggris.
Kendati demikian, Sigmund Freud yang sudah digerogoti kanker mulut sejak lama, tidak dapat menikmati pengungsiannya di Inggris dengan baik dan tenteram. Kanker mulut tersebut perlahan semakin memburuk dan pada akhirnya memasuki kanker stadium 4.
Meskipun begitu, Sigmund Freud tetap menjalankan kesehariannya dengan normal kendati tidak berada dalam kondisi prima. Dirinya tetap melakukan penelitian dalam skala kecil, mengobati pasien yang memiliki masalah psikologis, serta membaca literatur atau karya ilmiah buatan ilmuwan lain.
Pada akhirnya, Sigmund Freud meninggal pada 23 September 1939 sekitar pukul 3 pagi. Jasadnya kemudian dikremasi 3 hari setelah pengumuman kematiannya ke publik. Dan dengan demikian, berakhir sudah perjalanan hidup salah satu psikolog paling berpengaruh di bidang ilmu psikologi.
Rekomendasi Buku Terkait Sigmund Freud
Dalam artikel kali ini, Grameds mungkin tidak banyak mendapatkan informasi mengenai ilmu psikoanalisis itu sendiri. Selain karena artikel ini memiliki fokus utama yakni biografi Sigmund Freud, membahas topik psikoanalisis sendiri dapat menyita lebih banyak waktu lagi agar bisa memahami bahasan ini lebih dalam.
Meskipun begitu, dari artikel ini, Grameds dapat memahami betapa besarnya peran Sigmund Freud dalam dunia psikologi. Tidak hanya mengembangkan teori psikoanalisis, sosok ini juga menjadi salah seorang pilar untuk memajukan cabang ilmu pengetahuan ini.
Semoga saja, setelah Grameds membaca biografi Sigmund Freud, kalian dapat mengetahui lebih dalam mengenai bapak psikoanalisis ini. Siapa tahu, kalian juga ikut tertarik ke dalam dunia psikologi, dan memanfaatkan ilmu yang kalian dapat untuk hal-hal baik dalam hidup.
Jika Grameds tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai teori-teori maupun biografi Sigmund Freud, terdapat sejumlah buku yang bisa kalian baca mengenai tokoh ini. Buku-buku tersebut yaitu “Hidup Dan Karya Sigmund Freud ; Sebuah Biografi Lengkap”, “The Interpretation Of Dreams”, dan “Three Contributions To The Theory Of Sex”.
1. Hidup Dan Karya Sigmund Freud; Sebuah Biografi Lengkap
2. The Interpretation Of Dreams
3. Three Contributions To The Theory Of Sex
Semua buku yang direkomendasikan di atas bisa Grameds temukan di situs Gramedia, #SahabatTanpaBatas, yakni www.gramedia.com. Gramedia selalu berusaha menyediakan kumpulan buku terbaik untuk kalian agar Grameds mendapatkan ilmu dan informasi #LebihDenganMembaca. Selamat bersenang-senang dengan membaca buku-buku rekomendasi dari kami, Grameds!
Penulis: M. Adrianto S.
Baca juga:
- Biografi Boy Candra
- Biografi Charles Dickens
- Biografi Eiichiro Oda
- Biografi J.K Rowling
- Biografi Mark Manson
- Biografi Najwa Shihab
- Biografi Steve Jobs
- Biografi Tere Liye
- Biografi Ustaz Abdul Somad
- Biografi Orang Sukses Indonesia
- Rekomendasi Buku Biografi & Kisah Sukses
- Tokoh Inspiratif Dunia dan Indonesia
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien