in

Biografi Sunan Ampel dalam Perkembangan Islam di Nusantara

 

Biografi Sunan Ampel
https://ms.wikipedia.org/wiki/Sunan_Ampel

 

Biografi Sunan Ampel – Bagi masyarakat Jawa, tentunya tokoh penting dalam penyebaran agama Islam seperti Wali Songo bukanlah hal asing. Sama seperti namanya, Wali Songo terdiri dari 9 orang yang melakukan penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Salah satu dari Wali Songo adalah Sunan Ampel.

Sunan Ampel adalah seorang ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam, khususnya di wilayah Surabaya, Jawa Timur. Salah satu strategi dan hal yang mungkin menjadi ciri dari Sunan Ampel adalah metode Moh Limo.

Lantas, apa itu Moh Limo yang kerap diajarkan oleh Sunan Ampel? Jika Anda belum begitu tahu. Jadi, penjelasan dalam artikel ini akan membantu. Selain itu dalam artikel ini juga sudah tersedia penjelasan akan biografi Sunan Ampel.

Sekilas Tentang Sunan Ampel

Holiday Sale

Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah seorang putra paling tua dari Maulana Malik Ibrahim. Pada masa kecilnya Sunan Ampel lebih banyak dikenal sebagai Raden Rahmat.

Lalu Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 M di Campa serta diperkirakan tutup usia pada tahun 1841 di Demak. Sedangkan makam dari Sunan Ampel adalah di bagian barat Masjid Ampel yang terletak di Kota Surabaya.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika, Sunan Ampel pada masa kecil lebih banyak dikenal sebagai Raden Rahmat. Lalu untuk penggunaan nama Ampel sendiri lebih banyak diidentikkan dengan nama tempat dimana beliau tinggal yaitu daerah Ampel atau Ampel Denta. Wilayah tersebut saat ini menjadi bagian dari Kota Surabaya.

Beberapa sumber menjelaskan jika Sunan Ampel awal masuk ke pulau Jawa adalah pada tahun 1443 M bersama dengan Sayid Ali Murtadho yang sejatinya adalah adik dari Sunan Ampel. Sebelum masuk ke Pulau Jawa, Sunan Ampel dengan Sayid Ali Murtadho berada di Palembng sekitar tahun 1440.

Setelah berada di Palembang sekitar tiga tahun, mereka selanjutnya berada di daerah gresik. Lalu pergi kembali ke wilayah Majapahit untuk menemui bibinya. Bibi dari Sunan Ampel adalah seorang putri dari Camp bermana Dwarawati.

Dwarawati sendiri menikah dengan seorang raja dari Majapahit bergelar Prabu Sri Kertawijaya serta pemeluk agama Hindu.

Perjalanan Hidup Milik Sunan Ampel

Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah salah satu anggota dari sembilan wali atau lebih banyak dikenal sebagai Wali Songo. Wali Songo sendiri adalah beberapa orang yang melakukan penyebaran ajaran agama Islam di wilayah tanah Jawa.

Sama seperti Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel juga memiliki jasa yang begitu besar terhadap perkembangan ajaran Islam, khususnya di wilayah tanah Jawa.

Beberapa kalangan juga memiliki pendapat jika Sunan Ampel adalah bapak dari para wali. Hal ini tak lain karena Sunan Ampel mampu melahirkan para pendakwah nomor satu di wilayah tanah Jawa.

Biografi Sunan Ampel

Raden Rahmat merupakan nama asli dari Sunan Ampel. Sedangkan untuk istilah Sunan sendiri adalah suatu gelar kewalian yang dimilikinya. Lalu nama Ampel atau Ampel Denta lebih merujuk ke tempat dimana beliau tinggal yaitu sebuah wilayah bernama Ampel yang saat ini berada di sebelah utara Kota Surabaya, Jawa Timur.

Diperkirakan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 M di Champa. Perlu diketahui juga jika para sejarawan sulit untuk menentukan dimana wilayah Champa. Hal ini karena belum adanya pernyataan tertulis yang menjelaskan wilayah Champa adalah berada di Malaka atau kerajaan Jawa.

Namun, ada juga yang yakin jika Champa adalah kata lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh. Oleh karena itu Champa berada di wilayah kerajaan Aceh.

Sunan Ampel memiliki ayah bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Maulana Malik Ibrahim sendiri memiliki nama lain sebagai Sunan Gresik yang juga masih keturunan dari Syekh Jamaludin Jumadil Kubro seorang Ahlussunnah bermazhab Syafi’i.

Syekh Jamaludin adalah seorang ulama yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan. Ibu dari Sunan Ampel adalah Dewi Candrawulan. Dewi Candrawulan juga masih menjadi saudara kandung dari Putri Dwarawati Murdiningrum yang juga merupakan ibu dari Raden Patah serta istri dari Prabu Brawijaya V seorang raja Majapahit.

Selama perjalanan hidupnya, Sunan Ampel memiliki dua istri yaitu Dewi Karimah dan Dewi Candrawati. Ketika bersama dengan istri pertamanya Dewi Karimah, Sunan Ampel memiliki dua orang anak yaitu Dwi Murtasih yang juga menjadi istri dari Raden Fatah.

Raden Fatah adalah sultan pertyama dari kerajaan Islam Demak Bintoro. Lalu anak keduanya adalah Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri dari raden Paku atau Sunan Giri.

Sedangkan ketika bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel dikaruniai lima orang anak yaitu Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian lebih banyak dikenal dengan sebutan Sunan Drajad.

Pernikahan Sunan Ampel Dengan Seorang Putri Dari Adipati Tuban

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika Sunan Ampel memiliki dua orang istri, salah satunya adalah Dewi Chandrawati. Dilihat dari silsilahnya, Dewi Candrawati sendiri merupakan seorang putri dari adipati di wilayah Tuban saat itu.

Ketika bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memiliki beberapa putra dan putri. Salah satunya yang juga menjadi penerus dari Sunan Ampel adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

Ketika kesultanan Demak hendak didirikan, Sunan Ampel juga turut andil dalam proses lahirnya kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.

Lalu Sunan Ampel juga menunjuk seorang murid dari beliau yaitu Raden Patah sebagai Sultan Demak pada tahun 1475 M. Perlu diketahui jika Raden Patah sendiri adalah putra dari Prabu Brawijaya V  seorang raja dari Majapahit.

Biografi Sunan Ampel

 

Sebuah wilayah bernama Ampel Denta dengan kondisi berawa-rawa merupakan wilayah yang dihadiahkan oleh Raja Majapahit kepada Sunan Ampel. Ketika berada di wilayah tersebut, Sunan Ampel mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren.

Pada awalnya Sunan Ampel mengajak masyarakat di wilayah tersebut. Berlanjut hingga abad ke-15, pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel berhasil menjadi pusat pendidikan yang begitu memberikan pengaruh pada wilayah Nusantara, bahkan hingga ke Mancanegara.

Diantara semua santrinya ada beberapa santri yang mungkin banyak kita kenal saat ini adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Dimana para santri tersebut ditugaskan untuk melakukan dakwah ke berbagai macam pelosok wilayah Jawa dan Madura.

Meski Sunan Ampel menganut Fikih Mazhab Hanafi, akan tetapi kepada para santrinya beliau memberikan pembelajaran yang begitu sederhana, khususnya pada penamaan akidah serta ibdah.

Sunan Ampel juga yang mengenalkan metode Mo Limo. Dimana Mo Limo sendiri merujuk pada moh main, mioh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon. Sedangkan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.

Pengaruh Sunan Ampel Terhadap Kerajaan Majapahit

Dalam perjalanan hidupnya, Sunan Ampel juga memberikan pengaruh cukup kuat di kerajaan Majapahit.

Meskipun  rasa Majapahit pada masa itu menolak untuk memeluk agama Islam, namun Sunan Ampel mendapatkan kebebasan dalam memberikan pembelajaran tentang agama Islam bagi masyarakat Majapahit, asalkan tidak memberikan pakaian apapun.

Ketika berada di Majapahit, Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila seorang putri Tumenggung Arya Teja, Bupati Tuban.

Sejak saat itu, gelar pangeran dan raden melekat pada nama depan dari Sunan Ampel. Bahkan Sunan Ampel juga diperlakukan layaknya keluarga kerajaan Majapahit serta semakin disegani oleh setiap orang yang ada di wilayah tersebut.

Pada suatu waktu, Sunan Ampel melakukan perjalanan ke Ampel. Mulai dari Trowulan melewati Desa Krian, Wonokromo hingga berlanjut ke Desa Kembang Kuning. Pada setiap perjalanan yang dilakukannya ia tak lupa untuk berdakwah.

Bahkan Sunan Ampel juga membagi-bagikan kipas yang terbuat dari akar tumbuhan kepada penduduk sekitar.  Agar bisa mendapatkan kipas tersebut, masyarakat hanya perlu mengucapkan syahadat.

Dan sejak itu hingga berjalannya waktu, pengikut dari Sunan Ampel mulai bertambah banyak. Sebelum beliau tiba di wilayah Ampel, Sunan Ampel juga membangun langgar atau mushola sederhana di wilayah Kembang kuning.

Wilayah Kembang Kuning hanya berjarak sekitar delapan kilometer dari daerah Apel. Langgar tersebut selanjutnya berkembang menjadi besar, megah hingga mampu bertahan sampai saat ini. Untuk saat ini langgar tersebut memiliki nama Masjid Rahmat.

Ketika Sunan Ampel berada di wilayah Ampel, langkah pertama yang dilakukan olehnya adalah dengan melakukan pembangunan masjid sebagai pusat ibadah serta berdakwah.

Selanjutnya, beliau juga membangun pesantren dengan mengikuti model Maulana Malik Ibrahim di wilayah Gresik. Sedangkan untuk format pesantren tersebut adalah dengan menggunakan konsep biara yang sudah banyak dikenal masyarakat Jawa saat itu.

Biografi Sunan Ampel

Metode dakwah Sunan Ampel

Hal berikutnya yang akan kita bahas bersama adalah metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Metode dakwah yang ditempuh oleh Sunan Ampel terbilang cukup singkat dan cepat. Hal ini karena Sunan Ampel menggunakan metode dakwah Moh Limo yang memiliki arti tidak melakukan lima hal tercela.

Adapun filsafat metode Moh Limo milik Sunan Ampel adalah sebagai berikut ini.

  1. Moh main yang memiliki arti tidak ingin berjudi
  2. Moh ngombe yang memiliki arti tidak mau mabuk
  3. Moh maling yang memiliki arti tidak mau mencuri
  4. Moh madat yang memiliki arti tidak mau menghisap candu
  5. Moh madon yang memiliki arti tidak mau melakukan zina

Selama perjalanan hidup serta dalam proses penyebaran agama Islam, Sunan Ampel dikenal sebagai pribadi yang begitu peka terhadap adaptasi dengan lingkungan setempat. Cara yang ia terapkan adalah dengan menerima siapapun, baik itu dari kalangan bansawan maupun rakyat biasa yang ingin melakukan pembelajaran kepada beliau pada sebuah pesantren.

Dalam kehidupan pesantren walaupun Sunan Ampel menganut Madzhab Hanafiyah, akan tetap Sunan Ampel juga begitu toleran terhadap mazhab lainnya. Dengan memiliki rasa toleransi yang begitu tinggi menjadikan para muridnya berhasil mendapatkan cara pandang serta banyak pengikut.

Peninggalan Sunan Ampel

Dalam proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa, Sunan Ampel juga memberikan peninggalan bersejarah. Adanya peninggalan tersebut juga menjadi bukti adanya jejak penyebaran Islam di Nusantara.

Lantas apa saja peninggalan sejarah dari Sunan Ampel? Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya.

1. Masjid Sunan Ampel

Sunan Ampel merupakan sosok yang turut serta dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, tentunya peninggalan dari Sunan Ampel yang pertama adalah seperti rumah ibadah umat Muslim seperti masjid.

Masjid Sunan Ampel Sunan Ampel menjadi bukti adanya sejarah dari penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Masjid Sunan Ampel saat ini menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia.

Karena hal tersebut juga menjadikan Masjid Sunan Ampel banyak dikenal oleh hampir setiap umat muslim di Nusantara. Selain menjadi tempat ibadah, Masjid Sunan Ampel juga kerap dikunjungi masyarakat sebagai wisata rohani.

Banyak umat muslim yang berkunjung masjid tersebut untuk beribadah serta dilanjutkan melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel. Mereka mengirim doa untuk Sunan Ampel serta secara langsung melakukan pembelajaran akan sejarah keislaman yang disebabkan oleh Sunan Ampel melalui wisata rohani tersebut.

Sedangkan untuk ciri khas yang dimiliki oleh bangunan Masjid Sunan Ampel adalah seperti adanya arsitektur yang diadopsi gaya Jawa dan gaya Arab. Selain itu ada juga sentuhan Hindu Budha yang bisa dilihat dari arsitektur warna keemasan.

Jika Anda berminat untuk mengunjungi Masjid Sunan Ampel, maka Anda bisa datang ke Kota Surabaya atau lebih tepatnya di Kecamatan Semampir, Desa Ampel Jalan Ampel Suci Nomor 45.

2. Masjid Rahmat Kembang Kuning

Bukan hanya Masjid Sunan Ampel saja, namun masih ada beberapa tempat ibadah lainnya yang merupakan peninggalan sejarah dari Sunan Ampel. Salah satunya adalah Masjid Rahmat Kembang kuning.

Keberadaan dari masjid ini juga menjadi bukti dari dakwah dan juga penyebaran ajaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Berbeda dari lokasi masjid pada umumnya, pasalnya lokasi dari Masjid Rahmat berada di tengah hutan.

Sunan Ampel pada masa itu harus melakukan pembukaan lahan hutan agar dapat membangun masjid tersebut. Pada awalnya keberadaan Masjid Rahmat sama seperti majelis sederhana atau tempat menimba ilmu. Namun Sunan Ampel juga membangunnya menjadi lebih baik agar bisa lebih layak untuk digunakan.

3. Masjid Jami’ Peneleh

Masjid peninggalan dari Sunan Ampel yang berikutnya adalah Masjid Jami’ Peneleh Surabaya. Diyakini jika keberadaan Masjid Jami’ Peneleh merupakan yang berdiri pertama kali di wilayah Surabaya.

Akan tetapi, dibandingkan dengan dua masjid sebelumnya, keberadaan dari Masjid Jami’ Paneleh kurang popular. Diperkirakan keberadaan dari masjid ini awal dibangun adalah pada waktu sekitar abad ke-15.

4. Kampung Arab

Peninggalan Sunan Ampel yang selanjutnya adalah Kampung Arab. Keberadaan dari Kampung Arab adalah bukti akan adanya jejak dakwah agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Kampung Arab lahir karena pada wilayah tersebut banyak penduduk setempat yang merupakan keturunan Arab.

Sama dengan namanya, suasana Timur Tengah sangat ditawarkan oleh Kampung Arab. Banyak sentuhan bahasa Arab yang mudah ditemukan pada sudut kampung maupun nama-nama toko setempat.

Kampung Arab berada di sekitar Masjid Ampel. Jika Anda berkunjung ke Kampung Arab, selin bisa mempelajari sejarah, Anda juga masih bisa berbelanja oleh-oleh khas daerah tersebut. Pasalnya banyak barang yang bisa dibeli dan cocok banget dijadikan sebagai oleh-oleh.

Tentunya barang-barang tersebut memiliki corak khas Arab. Tentunya untuk mendapatkan barang tersebut tidak perlu datang ke wilayah Arab langsung karena Kampung Arab Surabaya sudah menyediakan oleh-oleh dengan ciri khas Negara tersebut.

5. Makam Sunan Ampel

Sunan Ampel dikenal sebagai sosok alim, pintar, bijaksana serta bersahaja dimakamkan di wilayah Ampel Denta. Anda bisa berkunjung ke makam tersebut untuk berziarah sekaligus mempelajari jejak sejarah.

Sunan Ampel menghabiskan masa hidupnya untuk melakukan dakwah dan tinggal di tangan dengan ukuran luas 12 hektar milik Raja Majapahit hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 1481. Ia kemudian dimakamkan di area Masjid Ampel.

Itulah ulasan mengenai beberapa peninggalan milik Sunan Ampel. Selain bisa untuk beribadah, Anda juga bisa sekaligus belajar sejarah akan agama Islam di Nusantara. Jika ingin mencari buku seputar wali songo, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Hendrik Nuryanto

Rujukan:

https://www.liputan6.com/islami/read/5161535/sunan-ampel-biografi-sejarah-dan-falsafah-dakwah-molimo

https://kumparan.com/berita-terkini/biografi-sunan-ampel-yang-dikenal-dengan-metode-dakwah-moh-limo-1yHzQYU16DA/full

https://www.alhuda14.net/2020/12/peninggalan-sunan-ampel.html

Baca juga terkait Biografi Sunan Ampel :

 

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Ratih

Menekuni dunia SEO writing selama 6 tahun dengan minat terhadap dunia parenting, kuliner, dan gaya hidup. Berlatarbelakang pendidikan Ilmu Komunikasi, saya mendapatkan insight terkait berbagai jenis penulisan serta diperkaya dengan teknik SEO agar bisa mengembangkan tulisan ke arah digital.