Daftar Buku Buya Hamka Penuh Inspiratif – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Buya Hamka? Ia adalah salah satu sosok ulama besar yang telah melahirkan banyak sekali buku-buku yang bagus.
Buya Hamka bukan hanya sembarang penulis, karyanya pun banyak dikaji ulang oleh peneliti di Indonesia, bahkan sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Dalam jarak 57 tahun, Buya Hamka sudah melahirkan 84 judul buku. Minatnya akan literatur banyak tertuang dalam buku-bukunya.
Sebut saja beberapa karyanya yang paling terkenal yaitu Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Karya-Karya tersebut yang melambungkan nama Buya Hamka sebagai penulis.
Awalnya, ketiga buku tersebut berawal dari cerita bersambung yang selalu diterbitkan di majalah Pedoman Masyarakat. Buya Hamka banyak meninggalkan karya tulis yang membahas tentang kajian islam, budaya hingga sejarah. Di bawah ini akan dibahas karya-karya terbaik Buya Hamka.
Table of Contents
Karya Buya Hamka Terpopuler
1. Di Bawah Lindungan Ka’bah
Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah novel yang diterbitkan pada tahun 1938. Buya Hamka adalah keturunan Minangkabau yang dibesarkan oleh keluarga taat beragama. Ia pun melakukan perjalanan ke Jawa dan Mekkah mulai dari umur 16 tahun untuk menuntut ilmu.
Ia pun mulai bekerja sebagai guru agama di Sumatera Utara, Deli, Makassar dan Sulawesi Selatan. Ketika menimba ilmu di Timur Tengah, Hamka banyak membaca karya dari ahli penulis islam. Ia mulai merambah ke dunia literatur ketika menetap di Medan dan menjadi editor majalah Islam.
Dari situlah ia menjadi dikenal dengan nama pena Hamka. Buku Di Bawah Lindungan Ka’bah menceritakan tentang seorang muslim kelahiran Minangkabau bernama Hamid. Hamid hanya dibesarkan oleh ibunya, ayahnya telah lebih dulu meninggal dunia.
Ia pun bertemu dengan seseorang bernama Haji Ja’far, dan disekolahkan bersama anak perempuannya yang bernama Zainab. Mereka baru mulai menyadari bahwa mereka saling jatuh cinta ketika menamatkan pendidikannya di Hindia Belanda.
Meski begitu, tidak ada yang berani mengutarakannya, hingga Hamid pergi ke Padang Panjang untuk menuntut ilmu di sekolah agama. Namun setelah sekian lama waktu berjalan, takdir tidak mengizinkan mereka untuk bersatu sebagai sepasang kekasih.
Hamid pun memutuskan untuk pergi ke Mekkah. Sejak saat itu, mereka hidup sendiri-sendiri sampai akhirnya takdir mencoba untuk menyatukan kedua insan tersebut.
Buku novel ini ditulis dalam bentuk singkat, dengan bahasa yang sederhana. Gaya penceritaan dalam novel ini bersifat didaktis, bertujuan untuk mendidik pembacanya.
Hamka sendiri memang lebih sering menyinggung tema-tema Islam dibanding tema modern. Di Bawah Lindungan Ka’bah bahkan diadaptasi menjadi karya layar lebar pada tahun 1977. Film in bahkan meraih kesuksesan dan memenangi dua Piala Citra dalam Festival Film Indonesia.
2. Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Tenggelamnya Kapal van der Wijck adalah novelnya Buya Hamka yang pertama kali ditulis dalam majalah pedoman Masyarakat. Dalam novelnya yang diterbitkan pada tahun 1938 ini, ia mengkritik tentang isu kawin paksa di masyarakat pada saat itu.
Banyak kritikus literatur yang menyebutkan bahwa Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan karya terbaik Buya Hamka, meskipun buku ini pernah dituding menjiplak buku Sous les Tilleuls karya jean Baptiste Alphonse Karr.
Sampai saat ini, novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck terus mengalami pencetakan ulang. Tidak hanya itu, novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu sehingga menjadi bacaan wajib bagi siswa sekolah di Malaysia.
Cerita ini sebetulnya terinspirasi sebagian dari fenomena tenggelamnya sebuah kapal pada tahun 1936. Novel ini berfokus pada tokoh Zainuddin dan Hayati, dua insan yang sedang jatuh cinta.
Dimulai dengan perdebatan harta warisan pendekar sutan dengan ibunya yang berujung pada kematian, Pendekar Sutan diasingkan ke Cilacap selama dua belas tahun karena perkara tersebut.
Setelah bebas, ia pun menikah dengan perempuan, Daeng Habibah dan memperoleh anak laki-laki bernama Zainuddin. Namun, nasib tidak berujung baik pada Zainuddin, ia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan diasuh oleh seseorang yang dipanggilnya Mak Base.
Setelah beranjak dewasa, Zainuddin memutuskan pergi ke Minangkabau, tanah kelahiran ayahnya. Namun ia tidak diberi sambutan baik oleh masyarakat, karena menurut mereka, Zainuddin sudah tidak memiliki pertalian darah Minangkabau.
Ia pun mendapat perhatian dari seorang perempuan bernama Hayati, perempuan cantik keturunan bangsawan Minang yang ternyata mereka saling jatuh cinta. Kisah cinta mereka sangatlah pelik, bahkan mengundang pembacanya meneteskan air mata.
karya Tenggelamnya Kapal van der Wijck juga diangkat menjadi film layar lebar. Novel ini mengkritik tradisi adat Minang, mulai dari perlakuan terhadap orang keturunan blasteran sampai peran perempuan di dalam masyarakat Minang. Hamka menilai tradisi yang ada saat itu bukanlah tradisi yang sesuai dengan islam dan tidak masuk akal budi yang sehat.
3. Merantau ke Deli
Merantau ke Deli adalah salah satu novel Buya Hamka yang istimewa. Pasalnya, tidak seperti novel-novel Hamka sebelumnya, seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal van der Wijck, yang mengalami perubahan atau perbaikan bahasa dari redaksi Balai Pustaka. Merantau ke Deli diterbitkan dengan bahasa asli yang ditulis Buya Hamka tanpa mengalami perubahan oleh redaksi.
Seperti novel-novel sebelumnya, merantau ke Deli merupakan novel yang bersifat didaktis retoris. Dalam penulisannya, Buya Hamka seperti menyampaikan pidato yang tidak membosankan bagi pembacanya.
Maka dari itu, novel Buya Hamka yang satu ini banyak dinilai lebih enak dibaca dan banyak isu pergaulan yang bisa diresapi oleh pembacanya. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1939, pada 1960, Merantau Ke Deli diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia.
Tidak jauh-jauh dengan tanah Minang, novel ini mengisahkan perkawinan campuran yang dilakoni oleh perempuan Jawa, Poniem dengan seorang laki-laki Minang, leman. Poniem adalah seorang kuli perkebunan di Deli.
Selain itu, ia menjadi istri peliharaan mandor dan berniat ingin keluar dari jeratan kehidupan yang berat dan hina itu. Poniem sangat ingin berumah tangga yang sesuai dengan aturan susila dan agama.
Ia melarikan diri dari perkebunan dengan mengikuti Leman, dan bersumpah untuk sehidup semati dengannya. Mereka sempat hidup bahagia, namun takdir menginginkan hal lain, Leman dipaksa untuk menikahi gadis yang berdarah Minang.
Pembaca bisa melihat riwayat hidup Leman yang akhirnya tidak bahagia karena sistem budaya di Minangkabau. Dalam novel Merantau ke Deli, lagi-lagi Buya Hamka mengkritik adat dan budaya dari Minangkabau.
BACA JUGA: 6 Rekomendasi Buku Fiersa Besari Terpopuler
4. Tuan Direktur
Tuan Direktur awalnya sama seperti novel-novel di atas, ia merupakan cerita bersambung yang dimuat di dalam Majalah Pedoman Masyarakat. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, novel ini juga dicetak dalam bahasa Malaysia sampai tahun 1998.
Novel yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1939 ini mencerminkan tentang pandangan Hamka terkait dunia islam dan ditulis berdasarkan sebagian pengalamannya dalam bepergian.
Novel yang ditulis dalam alur maju ini menceritakan tentang seseorang bernama Jazuli, yang meninggalkan kampung halamannya, Banjarmasin untuk bekerja menjadi pedagang emas di Surabaya.
Sewaktu novel ini ditulis, Surabaya sebagai kota kaya di Hindia Belanda memang menjadi pelabuhan bagi koloni dan titik lalu lintas perdagangan menuju benua Australia. Kekayaan kota itu memang berbeda dengan kelas bawah yang tidak diuntungkan untuk perdagangan.
Jazuli, yang semulanya rendah hati, dan taat agama, berubah menjadi sombong dan materialistis setelah ia sukses dengan bisnis emasnya. Saking sombongnya, ia bahkan menyebut dirinya sendiri sebagai Tuan Direktur.
Maka dari itu, Jasin, menolak tanahnya untuk dibeli oleh Jazuli untuk membangun pabrik, meskipun ia diberikan uang yang sepadan.
Jasin sangatlah berbeda dengan Jazuli, ia sangat rajin ibadah tekun sampai menjadi kaya raya, hingga membantu orang lain menjadi pengusaha. Buya Hamka seolah menegaskan bahwa orang yang rajin ibadah, rendah hati dan taat kepada Tuhannya, maka ia akan menemukan kebahagiaan dan keberkahan, tidak seperti Jazuli yang takabur.
Novel ini mencerminkan nilai islam tentang kesederhanaan, bagaimana cara menghindari nafsu dengan harta benda.
Jasin pun menjadi korban takhayul dari seseorang bernama Kadri. Kadri berniat menjatuhkan karir Jasin dengan melaporkannya kepada polisi dan menuduhnya telah mengadakan rapat rahasia. Polisi mempercayai Kadri, hingga akhirnya Jasin dan Jazuli yang sedang berada di dalam satu rumah ditangkap dan dibawa oleh polisi. Jazuli stres, ia mengalami depresi ketika itu hingga jatuh sakit.
5. Terusir
Sesuai dengan judulnya, novel ini menceritakan tentang seorang perempuan yang terlantar. perempuan tersebut bernama Mariah, dia adalah ibu dan perempuan yang baik. Mariah adalah perempuan yang tumbuh dari keluarga yang sederhana. Dari awal, pembaca sudah diberikan gambaran penderitaan dari Mariah yang diusir oleh suaminya sendiri. Tidak hanya diusir, ia bahkan dimaki-maki oleh suaminya, Azhar.
Setelah diusir dari rumah itu, ketika hujan rintik-rintik, di malam hari, Mariah selalu mengirimkan surat kepada Azhar. Ia mendapat fitnah yang keji dari keluarganya Azhar. Berulang kali Mariah mencoba mengirimkan surat kepada suaminya itu. Suaminya tak bergeming akan surat-surat dari istrinya, hingga sahabatnya yang bernama Abdul Halim datang dan menasehati Azhar.
Mariah pergi dari rumahnya sebelumnya di Medan, ke pulau Jawa. Ia mengikuti ajakan majikannya yang baik hati. Setelah itu majikannya harus pindah ke Eropa, dan Mariah memutuskan untuk menikah dengan laki-laki bernama Yasin, seorang yang pernah bekerja di rumah majikannya dahulu.
Namun ternyata, Yasin bukanlah laki-laki baik yang Mariah sangka, hingga akhirnya mereka berdua berpisah. Mariah putus asa, harus kemana lagi ia mencari uang yang halal.
Mariah dengan berat hati memutuskan untuk menjadi pelacur, demi menghidupi dirinya. bagaimana dengan nasib anaknya dari suaminya Azhar? Sofyan menjadi orang yang hebat, ia tumbuh menjadi hakim dan bertunangan dengan seorang perempuan cantik.
Cerita dari tokoh Mariah dan Azhar ini diceritakan dengan singkat, namun padat. Hamka seolah ingin memberi tahu pembacanya bagaimana kehidupan yang harus perempuan jalani pada zaman itu.
Nasib malang yang diempu mariah menjadi doktrin sosial bahwa tidak ada kehidupan yang lebih baik untuk perempuan tanpa seorang pendamping hidup. Ketika Mariah memutuskan menjadi pelacur, Hamka seolah menyalahkan laki-laki yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada perempuan. Sehingga mereka tidak memiliki tempat aman dan salah arah.
6. Di Tepi Sungai Dajlah
Di tepi Sungai Dajlah adalah novel Buya Hamka yang terbit pada tahun 2018. Novel ini mengisahkan dua tema besar yaitu sejarah dan perjalanan. Buku ini merupakan pengalaman Hamka sewaktu mengembara ke Irak pada tahun 1950.
Di Tepi Sungai Dajlah mirip seperti buku diary Hamka selama berada di Baghdad, Iraq. Mulai dari kedatangannya menggunakan pesawat yang dipenuhi orang Belanda sampai kepergiannya meninggalkan kota yang bersejarah dan penuh kenangan.
Di dalam buku ini Buya Hamka tidak hanya bercerita tentang tempat yang ia kunjungi. Ia sebagian besar menuliskan sejarah islam dari masa Nabi Muhammad hingga sistem pemerintahan Irak.
Sejarah islam yang singkat di dalam Di Tepi Sungai Dajlah menjadikan bacaan awal bagi orang yang ingin memahami garis besar sejarah islam dan siapa saja tokoh yang berpengaruh dalam sejarah. Dari buku ini pembaca juga bisa mengetahui sejarah Karbala yang menjadi dasar tegak Syiah di Irak.
Konflik antara Syiah dan Sunni juga melanda di Negeri Indonesia. Hamka bahkan pernah menyaksikan perayaan Tabut yang dilakukan kaum Syiah di Padang panjang. Ia pun menuliskannya di dalam buku ini. Selain menguraikan sejarah tentang Syiah, Hamka juga berziarah ke tempat kaum Syiah. Ia juga menuliskan tentang pengaruh Syiah di Indonesia, terlebih lagi di Sumatera Barat. Hamka juga menyeimbangkannya dengan menuliskan paham dari mazhab Sunni.
Alur dari perjalanan Hamka di Irak dalam buku ini menunjukan bahwa Hamka merupakan orang terpandang di mata orang-orang diplomat dan ulama. Buku ini seolah membawa pembacanya menjadi mengenal Buya Hamka lebih dekat, memahami mazhab Syiah dan Sunni dan menjajaki Iraq sampai ke seluk beluknya.
7. Dari Perbendaharaan Lama (menyingkap Sejarah Islam di Nusantara)
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2019. Dari Perbendaharaan Lama adalah buku sejarah yang ditulis oleh Hamka. Seperti kata orang terdahulu, bahwa sejarah tidak boleh dilupakan.
Membaca sejarah nenek moyang merupakan hal yang bisa meninggalkan kesan yang mendalam di jiwa pembacanya. Terlebih lagi jika pembacanya memang mencintai bacaan tentang sejarah. Semakin ia dibaca, semakin terbayang masa lalu dan meninggalkan jejak di dalamnya.
Dengan sejarah, kita bisa melihat berapa nenek moyang kita sudah sedari dulu menanamkan dasar-dasar berdirinya pusaka suci yang saat ini diperjuangkan. Hamka sendiri menyusun Dari Perbendaharaan lama dari buku-buku yang ia pernah baca, dari buku-buku pusaka nenek moyang kita. Hamka melihat apa yang nenek moyang dahulu tidak lihat, jadi ia melihatnya dari perspektif lain.
Dari Perbendaharaan lama ditulis mulai dari tahun 1955, dimuat berturut-turut dalam Mingguan Abadi yang diterbitkan di Jakarta. Surat kabar Harian Abadi itu mulai berhenti terbit pada tahun 1960. Dalam bukunya ini Hamka merupakan salah satu dari sedikit ilmuwan dan sejarawan yang berusaha untuk meluruskan sejarah dari konspirasi para penjajah.
Tentu saja, sejarah tidak sedikit yang merupakan rekayasa pemerintah. Dalam bukunya ini, ia berhasil mengungkap peristiwa sejarah seperti Sunan Giri dan Karaeng Galesung melawan Kompeni, Gabungan pasukan trunojoyo, Pelurusan Sejarah Islam dan Majapahit sampai Pelurusan Sejarah pedang padri Antara Kaum Ulama dan Kaum Adat.
Buya Hamka mengharapkan untuk para pembaca buku ini, bahwa semoga kisah perjuangan di masa lalu akan bertumbuh dalam jiwa pembacanya, seakan-akan mereka hidup di hati para pembacanya.
BACA JUGA:
- Review Novel Dia Angkasa
- Review Novel Aldara Karya Sherlyta
- Review Buku Orang-orang Biasa
- Review Novel Nuraga
- Review Novel The Prodigy
- Review Novel Serein
- Review Novel Once Upon A Time
- Review Novel Behind The Story
- Review Komik Atuy Galon
- Review Novel Sempiternal
- Review Novel Daddy Angry
- Review Novel Daddy Angry
- Review Daughter of the Deep
- Review Novel Santri Pilihan Bunda
- Review Novel Bumi Cinta
- Resensi Buku Sihir Mesir di Tanah Jawa
- Resensi Novel Laskar Pelangi
- Review Kastel Terpencil di dalam Cermin
- Rekomendasi Komik Attack On Titan
- Review Novel Magma
- Review Buku Saya Pamit Jilid 2
- Review Novel Ketua BEM dan His Secret Wife
- Review Novel Strong Girl
- Review Buku Jung's Map of the Soul
- Review Novel Elgara
- Review Buku Fihi Ma Fihi
- Review Buku The Power Of Habit Charles Duhigg
- Review Buku Kartun Fisika
- Review Novel Abighea
- Review Novel Incredible
- Review Novel Renata
- Review Novel Shaf
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien