Buku Tentang Feminisme – Sudah 2021 namun apakah para perempuan di dunia masih perlu menggiatkan kesetaraan gender? Jawabannya tentu iya. Sebagai masyarakat modern sudah banyak dari kita yang memahami peran penting sebuah kesetaraan gender atau feminisme, namun tidak menutup kemungkinan bahwa diantara kita juga masih banyak yang kurang memahami mengapa hal tersebut menjadi penting.
Feminisme memang identik dengan perempuan, akan tetapi tidak sedikit lelaki yang juga penggiat feminisme yakni adalah mereka yang mendukung adanya gerakan kesetaraan gender ini.
Maka penting untuk memahami pentingnya kesetaraan gender, tidak terlepas dari apapun jenis kelamin seseorang. Dengan harapan dapat mewujudkan kehidupan yang jauh lebih baik di masa depan.
Table of Contents
Apa Itu Feminisme?
Feminisme adalah sebuah ideologi atau gerakan untuk menuntut kesetaraan gender perempuan dengan laki-laki. Kesetaraan gender disini merupakan bentuk emansipasi wanita dimana wanita dan pria seharusnya memiliki kesamaan hak, seperti dalam dunia politik untuk juga pintar dan dapat memimpin.
Paham feminisme ini bukan semata-mata untuk membenci para lelaki, melainkan menuntut kesamaan dengan para lelaki supaya wanita juga mampu memiliki kehidupan yang baik, layak dan juga dihargai.
Tentunya feminisme ini merupakan sebuah gerakan untuk melawan patriarki. Yang mana merupakan suatu budaya yang menempatkan kedudukan perempuan selalu berada di bawah lelaki. Patriarki sudah cukup menjamur dan dinormalisasi jauh sejak masa lampau.
Hal tersebut tentu memiliki dampak yang begitu besar terhadap para wanita, sehingga perempuan di masa lalu tidak dapat memiliki hak yang setara dengan lelaki. Mulai dari hak berpendapat, hak mengenyam pendidikan yang layak, dan masih banyak lainnya.
Emansipasi wanita di Indonesia sendiri dicetuskan oleh tokoh berpengaruh yakni Ibu Kartini dimana beliau menyuarakan bahwa wanita juga harus memiliki kesamaan hak dengan para lelaki supaya dapat sekolah tinggi, boleh berpendapat bahkan memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin.
Di masa kini, satu hal yang begitu terasa adalah dimana wanita-wanita saat ini sudah banyak yang meniti karir, cerdas dan juga berkontribusi banyak bagi institusi atau negara. Di sisi lain, menjadi wanita yang mandiri dan cerdas membawa banyak keuntungan bagi kehidupan generasi mendatang. Sebab perempuan cerdas akan mampu menjadi calon ibu yang cerdas pula bagi anak-anaknya.
Sejarah Feminisme
Gerakan feminisme sudah ada sejak lama di berbagai belahan dunia. Tapi, sejauh yang tercatat gerakan ini sudah ada di Eropa sejak sekitar 15-18 M oleh Christine de Pizan.
Pada abad ke 18, dua tokoh feminisme yakni Elizabeth dan Susan berhasil mendapatkan banyak dukungan dan memperjuangkan hak politik perempuan supaya dapat memilih. Sehingga perempuan dapat ikut andil dan memiliki suara dalam pemilihan.
Berjalan ke abad ke 19 Marquis de Condorcet dan Lady Marley Wortley Montagu mengembangakan gerakan feminisme ini ke negara penjajahan Eropa yang juga disebut dengan Universal Sisterhood.
Pada abad ke 19 gerakan ini mulai meningkat dan banyak mendapatkan dukungan. Sehingga apabila diklasifikasikan terbagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama feminisme dipelopori oleh Charles Fourier pada 1837 yang menggiatkan tentang suara perempuan.
Feminisme berawal dari Eropa lalu perlahan merambah Amerika. Ini terjadi sebab adanya sebuah literasi yang berjudul The Subjection of Women yang mengusung isu sosial tentang feminis.
Pada gelombang kedua seusai perang dunia, mulailah muncul gerakan feminisme yang jauh lebih banyak serta meningkat pesat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengambil peranan dalam sistem pemerintahan. Ini merupakan sebuah progres yang signifikan dari hasil usaha para feminis dunia pada gelombang pertama.
Pada 1970, menjadi puncak feminisme gelombang kedua ini. Dimana Helene Cixous dan Julia Kristeva serta feminis dunia lainnya berbondong-bondong menyuarakan kebebasan bagi para perempuan yang mendapatkan ketidakadilan, diskriminasi dan dipandang rendah oleh masyarakat.
Pada gelombang ketiga, yakni mulai dari abad ke 19 berjalan ke abad 20 masih banyak feminis dunia yang menggiatkan segala hak perempuan dalam masyarakat dan pemerintahan. Seperti saat ini, kita tahu bahwa sudah banyak perempuan yang ikut terlibat banyak dalam urusan pemerintahan sebagai perwakilan feminis, supaya hak-hak terus dijaga.
Para perempuan yang berada di pemerintahan juga banyak mengkampanyekan isu sosial yang berkaitan dengan perempuan seperti pornografi, kekerasan terhadap perempuan dan hak reproduksi. Di beberapa negara maju juga banyak feminis yang memperjuangkan isu sosial pada kaum lesbian dan gay.
Jenis-jenis Feminisme
Pada saat ini kita sadar bahwa feminisme sendiri sudah banyak bentuk dan contohnya, hal ini membuat feminisme juga terbagi kedalam beberapa jenis dimana masing-masing memiliki penggerak dan pendukungnya.
Feminisme Liberal
Sesuai namanya liberal, gerakan feminis liberal ini lebih menitikberatkan terhadap kebebasan para perempuan dalam segala aspek. Sebab baik pria atau wanita adalah sama-sama manusia yang setara, seimbang dan serasi, maka tidak seharusnya apabila keduanya saling mengalami penindasan dan ketidakadilan.
Seorang tokoh feminis, Mary Wollstonecraft menulis sebuah literasi bertajuk Vindication of Right of Woman, yang mana karyanya mengacu pada kebebasan perempuan yang seharusnya setara dengan para lelaki karena keduanya memiliki akal dan nalar yang juga sama.
Feminis liberal juga sering menggiatkan kebebasan perempuan supaya dapat memiliki kesempatan menimba ilmu yang sama dengan para lelaki.
Feminisme Marxis
Para kaum feminis marxis percaya bahwa ketimpangan kualitas perempuan dan lelaki dalam hal pendidikan dan lainnya, adalah sebab dari kapitalisme negara itu sendiri. Dimana para petinggi negara hanya mementingkan kekayaan diri sendiri yang mana para lelaki, sehingga perempuan selalu berada dibawah.
Hal inilah yang dinilai oleh para feminis sebagai sebuah ketidakadilan terhadap perempuan. Sehingga hadirnya mereka untuk memperjuangkn kesamaan hak supaya perempuan memiliki kesempatan dan mampu berdiri seimbang dengan laki-laki.
Feminisme Radikal
Pada feminisme radikal lebih menitikberatkan terhadap kesetaraan perempuan dalam ranah sosial. Ideologi ini muncul karena pada masa itu perempuan dipandang rendah. Yang mana di masa lampau kehadiran perempuan hanya sebagai seorang istri yang mengurus rumah dan bahkan sebagai alat menghasilkan keturunan.
Feminisme Sosialis
Feminis sosialis ini merupakan sebuah gerakan yang sedikit bersinggungan dengan paham feminisme marxis. Para penggiat sosial ini menganggap bahwa perbedaan kedudukan perempuan disebabkan perempuan sudah dianggap rendah jauh dari dahulu dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kapitalisme.
Para kaum sosial yang menggiatkan feminisme ini juga bertujuan menghapuskan sistem kepemilikan laki-laki terhadap barang dengan pernikahan. Ini juga berkaitan dengan keadaan dimana pada masa lalu perempuan dianggap tidak layak memiliki sebuah barang atau properti, seperti rumah dan lainnya kecuali ketika mereka menikah dan properti tersebut atas nama suaminya.
Masih bingung tentang pandangan feminisme? Pada artikel ini juga akan membahas mengenai feminisme melalui buku-buku inspiratif yang ringan dan dapat kamu jadikan bacaan harian. Supaya kamu dapat memiliki gambaran mengenai kesetaraan gender tersebut.
Buku Tentang Feminisme
Melalui buku-buku non fiksi ini dapat menjembatani kita dengan para tokoh-tokoh penggerak feminisme dalam buku, memahami keresahan para perempuan dan memahami dunia melalui sudut pandang perempuan.
Feminist Don’t Wear Pink and Other Lies
Tertarik dalam pembahasan tentang kesetaraan gender? Pada buku Feminist Don’t Wear Pink and Other Lies ini dijelaskan dengan baik tentang bagaimana pandangan feminisme dari mata para feminis dunia seperti Keira Knightley dan Saoirse Ronan.
Bagaimana cara orang-orang inspiratif ini memandang permasalahan dunia, mengajak kita semua untuk jauh lebih aware terhadap feminisme dan juga memberikan influence yang baik bagi pembacanya. Cari tahu kisah selengkapnya buku karya Scarlett Curtis ini, dengan segera dapatkan bukunya!
How to Be A Woman
Dalam buku How to Be A Woman ini, Caitlin Moran tidak akan mendiktemu dengan sejumlah tips dan petuah untuk menjadi perempuan yang baik. Melainkan, buku ini adalah kisah hidup sang penulis tentang bagaimana dia menjalani kehidupannya sebagai perempuan dengan pandangan feminisme yang baik dan modern.
Moran menuliskan ceritanya dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami, sehingga kamu mungkin akan merasa tidak sedang membaca buku fiksi tentang kehidupan. Namun, terasa seringan membaca novel yang membuatmu sulit berpaling darinya. Penasaran? Dapatkan bukunya sekarang!
The Power
Satu lagi sebuah novel fiksi yang dapat membawa kamu memahami dunia feminis lebih dalam dengan cara yang begitu menarik dan ringan, The Power karya Naomi Alderman. Dengan pendekatan novel yang mudah dipahami, Naomi akan mengajak kamu merasakan kekuatan seorang perempuan melalui ikatan sister-brother-hood ini.
Kamu tidak akan merasa bahwa sedang membaca buku serius tentang feminisme ketika membaca ini, dengan kisahnya yang terasa ‘sangat dekat dengan kita’, membuat buku ini menjadi salah satu buku dari deretan New York Time Bestseller.
Bad Feminist
Ingin membaca buku tentang feminisme yang paling relevan di masa kini? Mungkin buku ini akan menjadi kawan yang tepat untuk mengisi waktu luangmu. Buku yang pertama kali diterbitkan pada 2014 lalu ini meraih banyak minat dan telah dicetak ulang puluhan kali.
Buku Bad Feminist ini merupakan karya seorang profesor Roxane Gay ini menceritakan secara detail bagaimana pandangan feminis dan cara kontribusi mereka pada generasi saat ini. Roxane Gay akan mengajak kamu bagaimana menjadi feminis di abad ke-21 ini dan melawan semua patriarki serta ketidakadilan terhadap perempuan. Ingin tahu seperti apa? Dapatkan bukunya segera!
The Bell Jar
Sudah semakin menyukai buku bertemakan feminisme? Maka kamu dapat kembali mundur membaca novel klasik milik Sylvia Plath berjudul The Bell Jar ini. Kendati penerbitannya sudah sangat lama, yakni 1963 tapi layaknya novel klasik di masa lampau memang terasa berbeda dan begitu sarat akan makna.
Bahkan hingga saat ini isu yang dituliskan dalam novel pun masih relevan dengan kehidupan saat ini. Penasaran semenarik apa kisah klasik The Bell Jar ini?
Feminisme: Sebuah Pengantar Singkat
Tertarik memahami feminisme dari akar-akarnya? Melewati buku ini kamu akan dikenalkan awal mula kehidupan feminisme pada sekitar 1960 lalu. Bagaimana perempuan menghadapi kenyataan pada masa itu, mulai dari sukar memiliki pendapat hingga memiliki pekerjaan. Bagaimana kehidupan para pegiat feminisme di belahan dunia lain?
Margaret Walters akan membuat semua pertanyaan-pertanyaan kamu seputar feminisme terjawab melalui buku ini. Dengan memberikan penjelasan secara terperinci dan runtut kamu akan memahami apa yang layak diperjuangkan dari kacamata para feminis dari dulu hingga kini. Tertarik membaca selengkapnya? Beli bukunya disini!
Feminist Fight Club
Melawan ketidakadilan dalam dunia kerja sebagai perempuan tentu tidak akan mudah. Hal tersebut selalu menjadi banyak pertimbangan bagi para feminis yang ingin memperjuangkan kesetaraan gender, dan bagi mereka yang mendapatkan diskriminasi disebabkan gender.
Hal inilah yang akhirnya mendasari Jessica Bennett menulis buku Feminist Fight Club: An Office Survival Manual untuk para perempuan yang merasa harus melawan ketidakadilan di dunia kerja mereka.
Penulis berharap dengan adanya buku ini dapat menjadi buku panduan yang membuat para wanita tangguh diluar sana bertahan dan kuat menghadapi tekanan ketidakadilan. Kamu bisa baca selengkapnya buku ini disini.
Haruskah Kita Menjadi Feminis?
Feminisme sebagai sebuah ideologi dan kepercayaan, muncul karena cita-cita atau keinginan dari dalam diri setiap manusia. Tentu, ini merupakan sebuah urusan yang personal ketika membahas mengenai keinginan dan juga keresahan.
Sebab kita tidak dapat memaksakan orang lain memiliki keinginan yang sama ketika keresahan yang dimiliki saja berbeda. Menggiatkan feminisme artinya seseorang memiliki keinginan adanya kesempatan dan hak yang sama di masyarakat tanpa membeda-bedakan diri berdasarkan jenis kelamin.
Hal tersebut tentunya timbul dari dalam diri, karena adanya keresahan yang dirasakan oleh orang tersebut. Yang mungkin banyak perempuan merasakan hal serupa dan merasa sejalan, sehingga mereka bersama-sama merasa perlu untuk menuntut keadilan akan hal tersebut.
Kita sebagai manusia tentu tidak memiliki keharusan untuk mempercayai bahkan menjadi bagian dari para penggerak feminisme. Namun kita dapat menghargai mereka dan usaha para perempuan mulai dari hal kecil hingga masalah yang besar, karena kita perlu menghargai hak dan kepercayaan orang lain.
Feminisme muncul karena adanya keinginan, prinsip dan kewajiban, maka seharusnya hal tersebut tidak perlu membuat kita mengkotak-kotakan orang berdasarkan gender mereka. Sebab gender bukanlah sebuah alat untuk menggugat sebuah struktur sosial dengan menentukan peranan perempuan dan laki-laki yang dianggap tidak bisa ditukarkan.
Sudah Tahu Tentang Feminisme?
Memahami feminisme sesungguhnya hanya sesederhana kita memahami diri sendiri. Baik perempuan atau laki-laki, tentunya kamu tidak ingin apabila mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain.
Inilah yang mendasari para feminis sehingga maju dan memperjuangkan apa yang mereka inginkan, membela orang yang merasa ketidakadilan yang sama dan saling menguatkan demin mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak.
Seperti yang pada karya Jane Austen dalam novelnya Pride and Prejudice yang juga menyinggung isu sosial di masa itu. Saat perempuan mendapatkan ketidakadilan bahkan dari masalah paling sederhana seperti pemilikan properti.
Namun sekarang sudah tidak lagi, perempuan saat ini sudah memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dan merdeka dari pada perempuan di masa lalu, dan sedikit banyak ini dapat terwujud atas usaha para feminis dunia sebelum kita.
Sebab dari dulu hingga sekarang, tujuan feminisme selalu sama yakni memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki, yang mana dapat dilakukan oleh kita semua. Dari toleransi yang paling sederhana dapat membawa perubahan yang luar biasa.