in

7 Fakta Bunga Edelweis: Alasan Tak Boleh Dipetik dan Mitos Lainnya

pexels.com

Bunga edelweis merupakan bunga yang lazim ditemukan di beberapa gunung di Indonesia ketika melakukan pendakian. Nama latin dari bunga edelweis adalah Anaphalis javanica dan banyak tumbuh di pegunungan di Indonesia. Bunga ini terkenal memiliki penampilan yang begitu cantik, sehingga banyak pendaki yang ingin memetik dan membawa pulang bunga satu ini.

Akan tetapi, Grameds perlu tahu bahwa memetik bunga ini merupakan aktivitas yang dilarang ketika melakukan pendakian. Bagi pendaki yang melanggar peraturan ini, maka akan ada sanksi yang perlu ditanggung.

Contohnya adalah pihak Basecamp Gunung Prau dari Igirmranak yang mewajibkan pendaki mengganti 100 kali lipat apabila merusak tanaman selama pendakian, termasuk memetik bunga edelweis.

Lalu kenapa bunga ini tidak boleh dipetik? Bahkan ada sanksi ketika ada seseorang yang melanggarnya? Lalu, mitos dan fakta seputar bunga edelweiss yang mendapat julukan sebagai bunga abadi? Semua pertanyaan itu, bisa kamu temukan pada artikel ini. Jadi, simak penjelasan bunga edelweis berikut ini ya!

Bunga Edelweis, Anaphalis Javanica

Holiday Sale

Bunga Edelweis
Travel Kompas

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang mitos dan fakta seputar bunga ini, ada baiknya apabila Grameds mengetahui pengetahuan umum tentang bunga ini lebih dulu.

Anaphalis javanica atau Edelweis jawa atau disebut dengan Bunga Senduro merupakan tumbuhan endemik zona montana atau alpina yang ada di berbagai pegunungan tinggi di Nusantara.

Grameds mungkin juga tidak asing dengan julukan dari edelweis yaitu “bunga abadi”. Julukan dari bunga ini tentu saja tidak asal diberikan, disebut sebagai “bunga abadi”, karena bunga edelweiss mekar dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu, bunga ini juga tidak mudah layu atau mati. Bunga yang satu ini memiliki hormon etilen yang berfungsi untuk mencegah kerontokan pada kelopak bunganya. Tidak seperti bunga yang lainnya, bunga edelweis mekar dan dapat bertahan selama 10 tahun lamanya. Karena jangka waktu mekar inilah, bunga edelweis mendapatkan julukan sebagai bunga abadi.

Kebanyakan dari bunga ini tumbuh di daerah pegunungan yang dingin, sebab bunga yang satu ini memiliki bulu yang tebal. Menurut buku Ensiklopedia Adaptasi di Alam Raya yang ditulis oleh Ajeng Wind, bulu tebal dari bunga ini memiliki manfaat untuk menghalau udara dingin di pegunungan.

Bagian akar dari bunga ini bersimbiosis mutualisme dengan jamur mikoriza. Simbiosis akar dan jamur ini bertujuan untuk mempertahankan hidup di tanah yang tandus seperti pada lereng gunung.

Biasanya, jamur mikoriza hidup di tanah vulkanik yang dapat membantu akar bunga ini menyebar lebih luas di dalam tanah. Bagian akar dari edelweis akan mendapat nutrisi serta air untuk pertumbuhan bunga. Jamur mikoriza juga efektif memberikan nutrisi serta air untuk edelweis. Selain itu, daun edelweis populer digunakan sebagai pengobatan alternatif tradisional di Indonesia.

Bunga ini dapat tumbuh pada ketinggian hingga 8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia, walaupun pada umumnya tidak akan tumbuh melebihi 1 meter. Meskipun cukup populer dan lazim ditemukan di daerah pegunungan, tetapi bunga edelweis termasuk tumbuhan yang langka.

Pada umumnya, edelweis berkembang biak dengan cara generatif, sebab serbuk dari bunga generatif edelweiss memiliki massa yang cukup ringan, sehingga akan mudah terbawa oleh angin. Ketika serbuk generatif edelweis menemukan tempat yang cocok untuk tumbuh, maka bunga ini akan dapat tumbuh baik.

Bunga ini merupakan bunga endemik yang sering disebut pula sebagai bunga keabadian, sebab mampu tumbuh di tempat-tempat tandus serta bunganya tidak mudah rontok karena pengaruh dari hormon tertentu.

Ciri-Ciri Bunga Edelweiss

Adapula ciri-ciri dari bunga edelweis adalah sebagai berikut ini:

  1. Bunga ini merupakan tumbuhan epifit, sehingga batangnya tidak membesar.
  2. Batang dari bunga edelweis berfungsi sebagai tangkai bunga.
  3. Batang pada bunga edelweis tertutupi oleh kulit yang biasanya memiliki tekstur kasar serta memiliki cerah.
  4. Daun yang ada pada edelweis memiliki bentuk linear serta lancip. Panjang daun dari bunga ini berkisar 4 hingga 6 cm dan lebar kurang lebih 0,5 cm.
  5. Daun edelweis memiliki bulu-bulu halus yang berwarna putih dan mirip seperti wol.
  6. Pada setiap tangkai bunganya, ada kurang lebih lima hingga enam kepala bunga edelweis dengan ukuran kurang lebih 5 mm yang dikelilingi oleh daun muda.
  7. Kelopak bunga edelweis memiliki warna putih dengan tekstur yang lembut. Sedangkan bagian kepala dari bunga edelweiss berwarna kuning.
  8. Edelweiss merupakan tumbuhan endemik yang hanya dapat tumbuh di ketinggian 2000 hingga 3000 mdpl.

Edelweis adalah tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda yang berada di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, sebba edelweis mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya serta mampu meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.

Bunga dari edelweis biasanya akan muncul di antara bulan April hingga Agustus dan sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti tirip, kutu, lalat, kupu-kupu, tabuhan hingga lebah terlihat sering mengunjungi bunga ini.

Apabila tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh dengan cukup kokoh, maka edelweis pun dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus.

Bagian dari bunga ini sering dipetik serta dibawa turun dari gunung karena banyak orang beranggapan bunga ini memiliki kekuatan spiritual atau karena bentuknya yang indah dan estetis atau sebagai kenang-kenangan bagi para pendaki.

Pada sekitar bulan Februari hingga Oktober tahun 1988, ada 636 batang edelweiss yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang menjadi salah satu tempat perlindungan terakhir bagi tumbuhan ini. Lalu, di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, bunga edelweiss telah dinyatakan punah.

Beberapa tempat yang direkomendasikan untuk melihat bunga ini adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede) dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).

Bunga Edelweis

Kenapa Bunga Edelweis Dilarang Dipetik?

Bunga Edelweis
Travel Kompas

Bunga ini bisa ditemukan di ketinggian 1.700 hingga 2.700 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang satu ini tumbuh di pegunungan Jerman, Perancis, Italia, Spanyol. Swiss, Polandia, Bulgaria, Rumania, Slovakia dan Austria.

Di Indonesia, bunga ini bisa ditemukan di Gunung Semeru, di Desa Wonokitri, Pasuruan Jawa Timur. Taman bunga ini berada di ketinggian 1.900 meter dan masih satu jalur dengan Gunung Bromo.

Selain Semeru dan Bromo, bunga edelweis juga bisa ditemukan di Gunung Lawu, Gunung Gede, Gunung Kawi, Gunung Rinjani, Gunung Pangrango, Gunung Papandayan dan dataran tinggi di Dieng.

Bunga ini biasanya tumbuh subur di daerah tandus dan tanah vulkanik pegunungan. Bunga edelweis akan mekar usai musim hujan yaitu sekitar bulan April hingga September.

Karena bunga ini terkenal memiliki kelopak bunga yang indah dengan warna yang khas, ada banyak pendaki yang tertarik untuk memetik dan membawa pulang bunga ini karena berbagai macam alasan.

Akan tetapi, ada larangan memetik bunga edelweis di pegunungan dan bahkan pelanggar akan dikenai sanksi jika ketahuan memetik bunga edelweis. Namun, kenapa bunga ini dilarang dipetik?

Ada berbagai alasan kenapa bunga ini dilarang dipetik, salah satunya adalah karena Undang-Undang Pasal 33 Ayat 1 yang melarang bunga edelweis dipetik. Di mana, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem menyatakan bahwa jika pemetik serta pencabut bunga ini akan dikenakan sanksi paling besar Rp 100 juta rupiah.

Menurut undang-undang tersebut pula, segala sesuatu, baik itu tumbuhan maupun hewan yang berada di kawasan konservasi dilindungi, sehingga dilarang dipetik atau diburu.

Pelarangan memetik bunga edelweis juga tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.20/ Menlhk/ Setjen/ Kum.1/ 6/ 2018 tentang jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Dalam peraturan menteri tersebut, dijelaskan pula bahwa bunga edelweis merupakan bunga yang dilindungi. Orang yang memetik bunga edelweis berarti menjadi pelanggar UU No. 41 Tahun 1999 dengan ancaman penjara paling lama selama satu tahun dengan denda maksimal Rp 50 juta.

Selain karena undang-undang, larangan memetik bunga edelweis juga dikarenakan populasi dari bunga edelweis yang terancam punah. Para pendaki dilarang memetik bunga edelweis liar yang berada di sekitar pegunungan. Meskipun dilarang memetik, tetapi Grameds masih bisa berkunjung ke taman nasional dan ikut melihat serta membudidayakan bunga edelweis.

Sejarah dan Mitos Tentang Bunga Edelweis

Bunga Edelweis
Bobo.ID-Grid.ID

Edelweis dikenal memiliki keindahan warna yang menarik mata banyak orang. Warna putih dari kelopak edelweis juga menginspirasi banyak orang untuk menjadikan ciri khas penampilan bunga edelweiss sebagai tren hiasan bunga.

Menurut mitos, bunga edelweis menggambarkan tentang kisah cinta seseorang. Konon, edelweiss menjadi simbol cinta sejati, karena mekar dan tidak layu dalam waktu yang lama. Mitos tentang bunga edelweis ini berkembang ketika seseorang memberikan bunga ini pada kekasihnya, maka hubungan dari pasangan kekasih tersebut pun akan abadi.

Menurut sejarahnya, Edelweis Jawa pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Mengutip dari laman indonesia.go.id, ilmuwan asal Jerman bernama Caspar George Karl Reinwardt adalah tokoh yang pertama kali menemukan bunga edelweis. Reinwardt pertama kali menemukan bunga ini ketika ia berada di lereng bukit.

Pada tahun 1819, Edelweis jawa kemudian diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz. Penelitian tersebut dilakukan di sekitar gunung Semeru serta Merbabu.

Bunga Edelweis

Fakta-Fakta Tentang Bunga Edelweis

Selain tentang mitos, sejarah dan seputar bunga edelweis, ada banyak fakta-fakta tentang bunga edelweis yang menarik untuk Grameds ketahui. Simak fakta-faktanya berikut ini ya!

1. Bisa tumbuh hingga 4 meter

Bunga ini bisa tumbuh dengan subur di pegunungan dan dapat tumbuh hingga setinggi 4 meter, hal tersebut dijelaskan dalam buku 100 Fakta Unik Tumbuhan, sebanyak 636 batang tumbuhan yang tercatat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tahun 1988, salah satunya adalah bunga edelweis.

Ada jenis edelweis yang lain yang mampu tumbuh hingga setinggi 8 meter di atas permukaan tanah dan bagian batangnya bisa mencapai seukuran kaki manusia dengan tinggi sekitar 1 meter.

Edelweis mampu tumbuh hingga 10 tahun lamanya. Akan tetapi, saat ini edelweiss terancam punah, sehingga masyarakat dan pemerintah pun berusaha untuk membudidayakan bunga edelweiss.

2. Bagian dari kebutuhan adat

Suku Tengger, melestarikan bunga ini di Gunung Bromo. Dataran tinggi di Bromo dibangun bibit serta penanaman bunga di rumah masing-masing penduduk melalui sebuah program swadaya. Edelweis digunakan sebagai ritual adat dari suku Tengger secara turun temurun.

Masyarakat suku Tengger menyebut bunga ini sebagai “tana layu”. Kata “tana” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya adalah tidak, sedangkan layu artinya adalah layu. Dari penamaan inilah, akhirnya bunga ini disebut sebagai bunga abadi.

Menurut masyarakat dari suku Tengger, edelweis merupakan simbol keabadian dan memiliki nilai yang baik bagi masyarakat. Suku Tengger mengadakan suatu upacara keagamaan, seperti upacara Leliwet, upacara Karo, Kasada dan Entas-entas bagi agama Hindu. Dalam upacara tersebut, edelweiss kemudian dimanfaatkan sebagai bunga untuk sesajen dalam ritual keagamaan.

3. Salah satu obat tradisional

Edelweiss Jawa dikenal memiliki khasiat sebagai obat penyembuh. Ekstrak dari bunga ini mengandung antioksidan tinggi yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Menurut sebuah penelitian, ekstrak bunga ini memiliki kandungan antimikroba yang mampu membasmi jamur, bakteri serta memiliki kandungan anti peradangan. Ekstra bunga edelweiss juga dikenal mampu menyembuhkan batuk, pencegahan kanker payudara, difteri serta TBC.

4. Pernah muncul sebagai perangko nasional

Pada tahun 2003, Kantor Pos Indonesia mencetak desain perangko dengan gambar bunga ini. Perangko tersebut memiliki ukuran kecil dengan nominal Rp 3.000. Desain perangko bunga ini digunakan sebagai bentuk penghormatan pada bunga ini yang terancam punah.

5. Bunga edelweis telah ditemukan di Indonesia lebih dari 200 tahun yang lalu

Apakah Grameds tahu bahwa bunga ini ditemukan pertama kali oleh seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang bernama Georg Karl Reinwardt ketika ia berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Reinwardt menemukan bunga ini pertama kali pada sekitar tahun 1819, maka artinya, bunga edelweis telah ada di Indonesia selama lebih dari 200 tahun.

6. Bunga edelweis yang ada di Dieng sempat dijarah dan nyaris punah

Pada September 2004, penduduk di kawasan Dieng, Wonosobo yakin bahwa bunga ini telah hancur karena telah dijarah habis-habisan dan mengakibatkan bunga satu ini nyaris punah di kawasan tersebut.

Bahkan, menurut berita yang diterbitkan di Harian Kompas pada 18 September 2004, bunga ini dijual di kawasan wisata Kawah Sikidang sebagai suatu souvenir. Menurut masyarakat setempat, penjarah mengambil beberapa bunga ini ketika sedang mencari kayu di gunung atau ketika menanam pohon cemara di Gunung Prau.

7. Keberadaannya terancam karena oknum pendaki yang nakal

Meskipun sudah ada larangan yang jelas serta ancaman yang tegas terhadap pemetik bunga ini, tetapi tetap saja ada oknum-oknum yang bandel dan memetik bunga edelweiss liar. Keberadaan para oknum ini tentu saja mengancam bunga edelweiss.

Tercatat ada beberapa kasus pemetikan bunga ini di gunung selama kurung waktu 2017 hingga 2020. Contohnya, pada tahun 2017, ada lima pendaki yang kedapatan mencabut bunga ini di Gunung Rinjani dan di tahun 2018 ada peristiwa serupa terjadi di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Bunga Edelweis

Bunga ini memang terkenal memiliki keindahan dan makna khusus bagi sebagian orang. Jika Grameds tertarik untuk mengetahui tentang tanaman unik lainnya selain bunga edelweis, maka Grameds bisa mencari informasinya lebih lanjut dengan membaca buku.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan buku-buku tentang tanaman unik yang bisa menambah wawasan Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. Mengenal Jenis Bunga Mawar dengan Berbagai Warna yang Menawan
  2. 10+ Macam-Macam Bunga Paling Indah 
  3. Macam-Macam Bunga dan Cara Merawatnya
  4. 12 Jenis Bunga Hias
  5. 13 Tanaman Hias Bunga yang Cantik
  6. 15 Cara Merawat Tanaman Hias Daun & Bunga 
  7. Buku Tanaman Bunga Best Seller 2022 
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Siti M

Bagi saya, menulis merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan karena selain bisa berbagai informasi, saya juga bisa menambah wawasan. Tema yang sangat suka dalam menulis adalah seputar ilmu pengetahuan serta pemerintahan.