Catcalling adalah sebuah fenomena yang erat kaitannya dengan orang dewasa bahkan remaja. Bukan hanya di Indonesia, catcalling juga terjadi di berbagai negara lainnya. Banyak orang yang merasa bangga ketika menjadi korban catcalling. Hal tersebut dikarenakan fenomena ini dianggap sebagai tanda diri korban menarik di mata orang lain. Catcalling sendiri bukanlah sebuah pujian namun sebuah pelecehan seksual.
Table of Contents
Mengenal Catcalling
Terdapat beberapa tipe catcalling, seperti yang dilansir dari Regain. Tetapi terdapat dua yang paling sering dilakukan oleh pelaku. Yang pertama adalah siulan dengan nada menggoda dan yang kedua adalah pujian yang berbau seksual dan menggoda. Pelecehan ini bisa dilakukan dari jarak dekat, ketika korban dan pelaku berada di tempat yang sempit seperti gang, di tempat yang sepi, ketika jumlah korban lebih sedikit dari pelaku atau dilakukan oleh seseorang yang sedang menyetir. Pada dasarnya fenomena ini adalah bentuk objektifikasi.
Catcalling sendiri tidak harus menggunakan bahasa kasar atau dianggap cabul atau menyinggung. Terkadang fenomena ini pun bisa bersifat fisik atau seksual dan lebih sering dilakukan ketika laki laki berada dalam kelompok daripada ketika mereka sendirian. Seperti yang sudah disebutkan di atas, perempuan juga bisa menjadi pelaku. Namun praktik ini biasanya lebih diasosiasikan dengan laki laki. Bahkan beberapa perempuan pun dilaporkan pernah mengalami pelecehan ini ketika masa anak anak dan dewasa.
Dilansir dari laman University of Missouri-Kansas City, biasanya catcalling sendiri dilakukan dengan berbagai macam cara dan oleh berbagai macam golongan. Catcalling pun bisa dengan siulan ketika pelaku melihat tubuh korban dan memanggil dengan nada menggoda, atau melempar komentar berbau seksual pada orang lain. Ketahuilah bahwa semua orang bisa menjadi korban dan pelaku catcalling. Pelaku catcalling memang kebanyakan laki-laki. Namun tak menutup kemungkinan ini dilakukan oleh perempuan.
Reaksi dari fenomena ini pun beraneka ragam. Sebagian perempuan dan laki-laki mengatakan bahwa mengelompokan catcalling sebagai bentuk pelecehan adalah hal yang berlebihan. Sementara sebagian lain sangat yakin bahwa catcalling bisa berbahaya dan harus dikelompokan sebagai bentuk pelecehan. Bagi sebagian orang pelecehan ini dipandang sebagai ekspresi ketertarikan yang tidak berbahaya namun untuk orang lain, catcalling memiliki akibat yang mengerikan.
Tujuan Seseorang Dalam Melakukan Catcalling
Dalam hubungan antar manusia, tujuan dari catcalling sendiri bisa berbagai macam dan bisa saja lebih dari sekedar mendapatkan perhatian. Dalam sebuah jurnal yang berjudul Understanding Masculinities: Result from the Internasional Men and Gender Equality Survey (IMAGES) – Middle East and North Africa menunjukkan bahwa laki-laki yang melakukan catcalling dan juga pelecehan di jalanan menganggap hal itu adalah salah satu cara untuk meletakkan perempuan di tempatnya karena laki laki perlu merasa percaya diri dan juga dominan.
Dalam studi lainnya, laki laki yang melakukan jenis pelecehan ini melaporkan mereka hanya ingin menarik perhatian sang perempuan dan menimbulkan reaksi. Tujuan dari mereka melakukan hal tersebut bisa dibilang untuk mendapatkan interaksi dengan perempuan yang ia anggap menarik atau layak untuk mendapatkan perhatian. Meski tujuan dari laki laki ini tidak membahayakan dan tak bermaksud untuk merendahkan perempuan, namun hal ini masih menjadi sebuah isu sosial karena sebagian perempuan terus merasa dilecehkan dan tidak nyaman dengan kejadian tersebut.
Sebagian perempuan tersebut menjadi merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam menjalani aktivitas mereka dan merasa diintimidasi oleh catcalling. Semua orang bisa menjadi korban dan pelaku catcalling. Pelaku catcalling memang kebanyakan laki laki, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan juga oleh perempuan. Reaksi dari fenomena ini beraneka ragam. Sebagian perempuan dan laki laki mengatakan bahwa mengelompokkan catcalling sebagai bentuk pelecehan adalah hal yang berlebihan. Sementara sebagian lain catcalling sangat yakin berbahaya dan harus dikelompokkan sebagai bentuk pelecehan.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, perempuan juga bisa menjadi pelaku. Namun praktik ini biasanya lebih diasosiasikan dengan laki laki. Bahkan beberapa perempuan pun dilaporkan pernah mengalami pelecehan ini ketika masa anak anak dan dewasa. Bagi sebagian orang pelecehan ini dipandang sebagai ekspresi ketertarikan yang tidak berbahaya namun untuk orang lain, catcalling memiliki akibat yang mengerikan. Sejarah Catcalling sendiri jauh dari ekspresi ketertarikan yang polos. Meski demikian, tak jarang perempuan beranggapan bahwa siulan tersebut adalah salah satu jenis pujian yang perlu diterima dengan baik. Namun, tak jarang perempuan juga mendapat catcalling yang mendapat komentar berbau seksual dan hal tersebut sangatlah mengganggu dan membuat tidak nyaman.
Sebab Terjadinya Catcalling
Dalam sebuah studi yang berjudul Street Harassment: A Qualitative Study of the Experience of Young Women in Delhi menjelaskan perempuan diteliti mengatakan mereka pernah menjadi korban catcalling mulai dari merasa tidak nyaman karena terus menerus diperhatikan oleh orang lain, mendapatkan komentar berbau seksual hingga tubuh mereka didekati oleh tubuh pelaku. Penelitian tersebut memberikan alasan. Secara umum, Delhi dianggap sebagai kota yang tidak aman dan nyaman, penuh dengan kejahatan dan rentan terhadap kasus pelecehan seksual di jalanan daripada kota kota besar lain di India.
Akibat Catcalling
Akibat dari pelecehan tersebut dilakukan, ada beragam hal yang dirasakan oleh perempuan. Studi yang dilakukan oleh perempuan yang menjadi korban pelecehan menimbulkan reaksi yang beragam oleh korban. Ketika seseorang terus menerus dilecehkan di tempat umum, hal tersebut bisa mengendalikan beberapa aspek kehidupan mereka, termasuk waktu perjalanan, pilihan pakaian hingga perilaku mereka di ruang publik. Misalnya dengan berpakaian lebih sopan dan lebih tertutup.
Waktu perjalanan yang dipilih siang hari dan perilakunya lebih banyak diam dan lebih sopan. Meskipun demikian, meski perempuan menjadi objek pelecehan seksual kerap menyalahkan diri sendiri, namun tak ada dari mereka yang mengaitkan pelecehan seksual yang didapatkan dengan pakaian yang dikenakan atau kata kata yang mereka ucapkan. Fenomena ini pun bisa berpengaruh pada keadaan psikologis korban. Orang orang yang sering menjadi objek pun dikatakan sering menyalahkan diri sendiri dan juga mengalami penurunan tingkat percaya diri. Karena mereka (korban) menganggap catcalling itu kesalahan mereka sendiri, sehingga menciptakan suasana yang tidak aman dan nyaman.
Sedangkan para pelakunya catcalling sendiri merasa dia tidak bersalah sehingga akan melakukan perbuatan lagi dan lagi. Mereka (catcaller) merasa pede bahwa perbuatannya tidak diketahui orang dan aman aman saja. Meski yang banyak mengatakan bahwa catcalling adalah bentuk pujian, namun faktanya banyak perempuan yang merasa tidak aman dan nyaman dengan hal tersebut.
Pencegahan Terjadinya Catcalling
Cara paling sederhana untuk tidak melakukan pelecehan catcalling adalah dengan tetap diam. Jika memang seorang perempuan atau laki laki terlihat sangat menarik, cobalah untuk tidak melakukan catcalling. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkenalan atau memberitahu bahwa mereka sangat menarik. Cukup dengan mendekatinya dan memberikan pujian dengan sopan atau mencoba berkenalan bisa menjadi alternatif yang baik dan lebih sopan. Tentu saja dengan bahasa dan tingkah laku yang sopan. Sehingga sang wanita pasti akan sopan juga menanggapinya.
Komisioner Komnas perempuan Rainy Hutabarat menjelaskan, catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual dalam bentuk kekerasan verbal atau kekerasan psikis. Terdapat nuansa seksual dalam ucapan, komentar, siulan atau pujian, kadang kadang disertai kedipan mata. Korban merasa dilecehkan, tidak nyaman, terganggu, bahkan terteror. Pujian atau sapaan bernuansa seksual, selama ini dianggap biasa saja. Padahal perilaku semacam ini merupakan salah satu bentuk pelecehan.
Catcalling merupakan bentuk pelecehan seksual di ruang publik, biasanya dilakukan di jalanan atau fasilitas umum lainnya. Misalnya di halte bus, bus, terminal, jalanan kampus ketika berangkat ke kampus atau bahkan pulang dari kampus atau bahkan di rumah sendiri, dan lain sebagainya.
Menurut Rainy ada pengaruh relasi kuasa pada perilaku catcalling yaitu pelaku merasa berada pada posisi superior sehingga berhak melakukan sesukanya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Pelakunya bisa siapa saja, baik laki laki maupun perempuan, sendiri atau beramai ramai. Catcalling juga bisa dialami siapa saja tanpa pandang jenis kelamin. Akan tetapi kata Rainy, korban terbanyak adalah perempuan. Walaupun laki-laki juga bisa jadi korban catcalling namun korban terbanyak perempuan.
Dalam beberapa kasus pelecehan verbal, pakaian atau penampilan korban, kerap dijadikan alasan. Padahal pandangan semacam itu adalah hal yang salah. Pada kasus catcalling yang dialami korban, yang mayoritas perempuan dipandang sebagai objek seksual. Tubuh perempuan dipandang sebagai tubuh seksual yang membuat laki laki tergoda. Padahal itu terjadi karena fikiran fikiran kotor sang lelaki sebagai catcaller. Seandainya pikiran mereka tidak kotor pasti akan terlintas dalam benak mereka juga pikiran pikiran positif. Rainy mencontohkan kasus catcalling yang terjadi pada malam hari terhadap perempuan yang sendirian menunggu bus di halte. Ketika terjadi catcalling, korban justru disalahkan. Jadi yang disalahkan bukan pelaku yang mengenakan lensa patriarkis dalam memandang perempuan.
Rainy menegaskan pelecehan terjadi bukan karena penampilan atau apa yang dipakai korban, tetapi memang kultur si pelaku pelecehan. Pelaku yang memandang wanita sebagai objek seksual yang paling enak. Pikiran itu yang biasanya menjadi pokok pikiran laki laki yang kotor. Ia juga menekankan tindakan seperti ini tak bisa dibenarkan. Pada tingkatan tertentu, Rainy mengungkapkan dampak catcalling dapat menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap korbannya.
Korban jadi membatasi mobilitasnya jika tidak ditemani saat keluar rumah, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dan menghambat perkembangan pribadinya. Pribadi korban biasanya menjadi penakut karena dia tidak bisa berangkat sendiri kemana mana sehingga minta ditemani di oleh orang lain. Mobilitasnya jadi jarang karena takut itu tadi. Sedangkan pribadinya menjadi pendiam, penakut, over thinking. Pada saat jalan jalan sebagai perempuan pasti pernah mendapatkan komentar dari laki laki “Cantik…..rapi banget” dan lain sebagainya atau mendapat siulan. Perbuatan semacam ini dikenal sebagai istilah catcalling.
Dikutip dari Oxford Dictionary, catcalling adalah sebagai siulan, panggilan dan komentar yang bersifat seksual dari seorang laki laki kepada perempuan yang lewat di hadapannya. Catcalling merupakan pelecehan seksual yang sering terjadi di tempat umum atau street harassment. Dilansir dari Glitzmedia, catcalling sering dianggap lazim oleh banyak orang, apalagi di Indonesia. Padahal pelecehan seksual jenis ini bisa menjadi masalah serius karena setiap komentar atau kata yang keluar dari mulut si laki laki ini punya arti tersembunyi. Aturan soal catcalling sudah ada di berbagai negara.
Dilansir dari situs Hakita, ternyata di beberapa negara lain, catcalling bisa ditindak secara hukum. Pelaku bisa bisa diberikan sanksi mulai dari denda sampai ancaman penjara. Negara negara maju seperti Belgia, Portugal, Selandia Baru, Perancis serta Amerika Serikat sudah punya undang undang yang mengatur pelecehan secara verbal. Kalau di Belanda, catcalling dimasukkan sebagai perbuatan kriminal dimana pelaku bisa diberikan sanksi berupa denda sebesar 8200 euro (sekitar Rp 138 juta) atau tiga bulan penjara. Di Perancis catcalling juga bisa dikenakan sanksi hukum. Pemerintah disana juga meminta perempuan untuk tidak segan melaporkan kasus catcalling.
Perlu disayangkan di Indonesia sampai sekarang belum ada dasar hukum secara jelas yang menyebutkan bahwa catcalling bisa dijatuhi hukuman. Aturan soal pelecehan seksual non fisik termasuk catcalling sebenarnya tercakup dalam Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) tetapi RUU ini masih mandek dalam proses pembahasannya walau sudah masuk Program Legislasi Nasional Prioritas 2021. Makanya di Indonesia masih kurang memenuhi aturan catcalling yang RUU nya belum disahkan. Padahal hal ini sangat penting untuk melindungi perempuan dari ketidakadilan.
Sebagai wanita, ketika jalan di jalanan mendapatkan catcalling seperti siulan atau komentar laki laki saat kamu sedang berada di jalan sehingga membuat kamu tidak nyaman. Banyak yang menganggap jika hal itu hal biasa, hanya sekedar usil saat laki laki menggoda wanita. Hal itu dianggap biasa jika perbuatannya masih sebatas bersiul tapi jika sudah melampaui batas ketika perbuatannya sampai menakutkan sang korban. Contohnya sampai diikuti dari belakang, sampai mengkhawatirkan korbannya.
Tapi tidak banyak yang tahu bahwa hal itu ternyata memiliki arti kecenderungan seksual. Meskipun sepertinya sepele, hal itu menyebabkan wanita merasa direndahkan, seolah olah mereka tidak ada nilainya. Mereka merasa tidak dihargai yang semestinya wanita itu dilindungi malah di injak injak harga dirinya.
Jenis-Jenis Catcalling
Untuk membuat kamu agar lebih berhati hati, ada lima jenis catcalling yang pasti pernah kamu alami. Baik itu di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Berikut jenis-jenis Catcalling:
1. Catcalling berkedok pujian
Catcalling ini adalah satu satunya yang mungkin akan kamu berikan senyuman canggung. Senyuman yang membuat catcaller merasa malu dan kalau bisa akan membuat rasa jera. Tipe ini akan mengatakan sesuatu seperti “kamu cantik” saat berjalan di jalan. Mungkin mereka pikir dengan berkata seperti itu akan mencerahkan hari kamu. Tapi itu ternyata malah membuat kamu merasa tidak nyaman dan aman.
2. Catcalling pemberi nasihat
Catcaller ini seperti orang yang paling tahu isi hati kita. Dia orang yang bilang “senyum dong” atau “jangan terlihat sedih”. Jenis penggoda ini benar benar membuat darah naik bagi siapa saja yang mendengarnya. Korban merasa jengkel dengan adanya kata kata ini.
3. Catcalling pembuat keributan
Gangguan jenis catcaller selanjutnya adalah catcaller yang menyembunyikan klakson, bersiul dan berteriak dari motor atau dalam mobil saat kamu sedang berjalan. Biasanya, orang yang melakukan ini tidak sendiri, ia berkelompok bersama teman temannya, seperti orang orang yang ingin diperhatikan atau juga bisa saja maksud mereka santai sambil iseng.
Kalau kamu mengalami kejadian seperti ini, jangan berikan tanggapan apapun kecuali kamu tetap melanjutkan jalan dan tidak menghiraukan mereka (catcaller) karena bahaya untuk sang korban jika membalasnya. Bisa saja mereka turun dan mengeroyok korban. Hal itu malah menakutkan.
4. Catcalling yang gampang tersinggung
Hal ini adalah salah satu bentuk yang paling menjengkelkan dan menakutkan. Meski bisa dibilang salah satu yang terburuk dalam daftar, sebenarnya sangat lucu bagi orang orang yang melakukan ini. Bagaimana tidak niatnya ingin menggoda dengan iseng tapi jika mereka tidak menerima tanggapan seperti yang mereka inginkan, mereka akan berubah dengan menghina kamu. Seperti “Hai cantik, boleh aku minta nomormu?”.
Ketika kamu menjawab dengan sopan “tidak”, jawaban yang akan kamu dapatkan malah hinaan dari mereka. Nada mereka yang cepat berubah. Mungkin mereka merasa tidak dihargai oleh korban, merasa malu. Padahal yang sebenarnya terjadi malah korban yang seharusnya merasa jengkel dan marah karena perbuatan mereka itu. Lah ini malah sebaliknya, yang buat sangat jengkel oleh korban.
5. Catcalling sok baik
Meskipun mungkin tidak termasuk dalam kategori catcaller, jenis penggoda ini akan mendekatimu di jalan untuk memberikan tawaran mengantar pulang atau membantu kamu sampai ke tempat tujuan. Bahkan jika kamu sudah bilang “tidak, terima kasih”, kadang mereka tetap bersikeras dan berjalan untuk mengikuti kamu beberapa langkah. Kategori ini tergolong agak menakutkan dan agak sedikit bahaya. Menakutkan karena perempuan bisa diikuti dan bahaya karena kita tidak tahu dia bisa melakukan apa jika tetap bersikukuh setelah ditolak.
Bagaimana Grameds sudah mengerti mengenai Catcalling? Jika Grameds sering mendapatkan perlakuan pelecehan terkhusus kepada wanita. Jika Grameds ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Catcalling, maka Grameds bisa membaca buku dan dapatkan bukunya yang tersedia di www.gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha memberikan yang terbaik!
Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah
- Act of Service
- Bridesmaid
- Bridal Shower
- Beda Relationship dan Partnership
- Catcalling
- Cewek Feminim
- Cara Mendapatkan Teman Baru
- Cara Kenalan Lewat Chat
- Cara Manjain Pacar LDR Lewat Chat
- Cara Minta Putus Sama Pacar Baik-Baik Lewat Chat
- Cara Mutusin Pacar dengan Alasan yang Masuk Akal
- Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Ciri Cewek Kasih Kode
- Ciri-ciri Jodoh Saya
- Ciri-ciri Suami Selingkuh dan Berbohong
- Ciri Wanita yang Gampang Diselingkuhi Pria
- Cara PDKT
- Cara Moveon Dari Mantan
- Cara Moveon Terbaik
- Cinta
- Cinta Monyet
- Friendzone
- Feromon
- Hantaran Lamaran Sederhana
- Hitungan Weton Jodoh
- Kenapa Cowok Cuek
- Kewajiban Suami Terhadap Istri
- Komitmen Dalam Hubungan
- LOML
- Mantan Masih Sayang Tapi Nggak Mau Balikan
- Perbedaan Cinta dan Sayang
- Psikologi Cinta
- Physical Touch Love Language
- Pick Me Girl
- Selalu Disalahkan Pasangan
- Suka Duka LDR
- Susunan Acara Pernikahan
- Tanda Jatuh Cinta
- Tanda Orang Tidak Suka pada Kita
- Tanda Cowok CUek Tapi Sayang
- Topik Pembicaraan Menarik
- Quotes Rindu
- Valentine
- Word Of Affirmation
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien