Apa saja Ciri-ciri dan Gejala Seseorang Mengalami Antisosial – Grameds, kalau Anda mendengar frase “antisosial”, pasti sebagian diantara Anda ada yang menganggapnya sama dengan introvert. Benar tidak? Nyatanya, introvert dan antisosial beda banget loh.
Orang antisosial belum pasti introvert, bisa jadi dia justru masuk ke dalam kategori ekstrovert. Dan orang introvert belum tentu juga merupakan orang antisosial. Jadi beda banget ya. Lantas bagaimana donk? Nah untuk memahaminya, yuk kita bahas secara mendalam di bawah ini.
Table of Contents
Apa Itu Antisosial?
Grameds, banyak dari anak muda membuat bahasa “ansos” yang ditujukan kepada mereka yang tidak bisa bergaul, suka menyendiri, dan tidak punya teman. Pada kenyataannya, pemahaman tersebut mengaburkan makna sebenarnya jika dilihat dari ilmu psikologi.
Seseorang disebut introvert jika dia lebih suka untuk menyendiri dibandingkan berada dalam keramaian.
Dia tidak terbiasa untuk bercerita karena ia memang cenderung tertutup. Namun demikian, justru saat berada dalam sunyi, dia mendapatkan energi baru. Ia memulihkan keadaan dirinya dengan menghabiskan quality time bersama dirinya sendiri atau orang-orang terdekat saja.
Berkumpul dengan banyak orang dapat membuatnya kehabisan energi, bahkan bisa-bisa frustasi. Ia tertutup karena ia ingin menjaga dirinya. Ia lebih nyaman jika tidak melibatkan diri dalam sosialisasi.
Perlu ditegaskan bahwa introvert hanyalah salah satu ragam dari tipe kepribadian. Introvert bukanlah gangguan kepribadian. Introvert hanyalah bentukan pribadi yang dipengaruhi oleh internal dan eksternal diri.
Sementara itu, dalam arti yang sebenarnya, antisosial merupakan sikap dari seseorang yang mengalami gangguan kepribadian. Gangguan tersebut menyebabkan ia melakukan banyak penyimpangan dari norma-norma. Penyimpangan tersebut dilakukan secara terus-menerus dan berpotensi untuk membahayakan dirinya maupun orang lain.
Orang yang mengalami gangguan antisosial atau antisocial disorder seringkali bersikap seolah tanpa batas, melanggar hak orang lain karena terbiasa mengabaikannya, tidak berempati atau kasihan pada orang lain, merasa lebih hebat, pandai memanipulasi, tidak peduli dirinya salah atau benar, dan tidak jarang mereka justru menikmati semua itu meskipun harus melanggar hukum.
Selain itu, gangguan antisosial tidak jarang juga disamakan dengan asocial. Ini istilah yang berbeda lagi. Asosial merupakan sebuah keadaan disfungsi kepribadian yang ditandai dengan menarik diri dan menghindar dari interaksi sosial secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan. Seseorang yang mengalami asosial cenderung tidak peduli pada orang lain. Berbeda dengan antisosial bukan?
Baca lebih lanjut : Pengertian Antisosial
Ciri-ciri Seseorang Yang Mengalami Antisosial
Seseorang dikatakan mengalami gangguan antisosial jika di atas usia 18 tahun setidaknya mengalami minimal tiga dari ciri-ciri seperti di bawah ini:
- Berulang kali melanggar hukum secara konsisten.
- Berulang kali melakukan penipuan.
- Menjadi impulsif (mengandalkan insting) dan tidak dapat menyusun rencana dengan baik.
- Mudah tersinggung dan tidak sugkan bertindak agresif.
- Mengabaikan keselamatan diri maupun orang lain.
- Dengan sembrono berani melakukan tindakan ekstrim tanpa berpikir panjang akibat yang akan diterima.
- Tidak bertanggung jawab berulang kali dan dilakukan secara konsisten.
- Kurang memiliki kepekaan.
Keadaan tersebut hanya jika terjadi secara terus-menerus secara konsisten, bahkan dia cenderung menikmati apa yang dilakukannya. Bukan perilaku yang kambuh sewaktu-waktu.
Gejala Antisosial
Selain ciri-ciri yang tampak, beberapa ini merupakan gejala yang dapat diamati apakah seseorang memiliki tanda-tanda mengalami gangguan antisosial atau tidak:
- Tidak peduli mana kebenaran dan mana kesalahan. Mereka cenderung menerobos nilai-nilai moral.
- Berbohong terus-menerus.
- Tidak berperasaan dan tidak menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain.
- Menggunakan pesona yang menawan atau kecerdasan untuk memikat orang-orang sekitar demi keuntungan dan kesenangan pribadi.
- Arogan, superior (merasa lebih di atas yang lain), dan kokoh dalam berpendapat (cenderung memaksakan pendapat) adalah bagian-bagian yang tidak terpisahkan dalam diri antisosial.
- Melakukan kriminal adalah kebiasaan.
- Melanggar hak orang lain melalui kebebasan tanpa batas, intimidasi, dan ketidakjujuran.
- Bersahabat dengan permusuhan, cepat marah, agitasi, agresif, dan kekerasan.
- Kurang memiliki rasa empati kepada orang lain.
- Jika melakukan kesalahan, jarang merasa bersalah.
- Sembrono dalam mengambil resiko. Tidak dipikirkan matang-matang sebelum bertindak.
- Terjalinnya hubungan yang buruk atau cenderung kasar.
- Kegagalan dalam mempertimbangkan konsekuensi negatif dari sikap dan tutur katanya.
- Tidak bertanggung jawab. Berulang kali melakukan kesalahan untuk hal-hal yang telah dipercayakan kepadanya, misalnya pekerjaan dan keuangan.
Apakah Terdapat Kaitan Antara Antisosial dengan Psikopat dan Sosiopat?
Penderita antisocial disorder seringkali dikaitkan dengan psikopat atau sosiopat. Namun demikian, keduanya tidak berbeda secara medis.
Meskipun secara media dinyatakan sama, namun para ahli meyakini adanya beberapa perbedaan antara psikopat dan sosiopat.
Orang yang mengalami psikopat tidak peduli tentang moral dan mereka cenderung tidak memiliki beban moral setelah melakukan tindakannya. Ia akan cenderung pura-pura tidak sadar melakukannya dan menampilkan dirinya peduli tentang moral agar perbuatannya tidak terlihat mencolok. Oleh karena itulah, dia orang yang manipulative.
Sementara seorang sosiopat dapat merasakan beban moral akibat nilai moral yang mereka langgar. Namun mereka tetap saja melakukan pelanggaran tersebut.
Seorang psikopat memiliki aura yang mampu membuat mereka tampak menarik di tengah perkumpulan. Karena kemampuannya yang baik dalam memanipulasi keadaan, orang psikopat dapat menampilkan dirinya sebagai pusat perhatian. Ia dapat terlihat normal bahkan menonjol sehingga tidak mudah bagi masyarakat untuk mengenalinya dengan cepat. Namun ia tidak bisa menjalin hubungan yang sangat akrab dengan orang lain.
Orang sosiopat cenderung mudah gelisah dan cemas. Tak jarang ia mengalami emosi yang meledak-ledak. Saat bersosialisasi, ia seringkali mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan.
Baca juga artikel terkait “Antisosial” :
- Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk.
- Cara Mengendalikan Emosi Secara Psikologi dan Pandangan Agama
- Kecemasan Berlebihan (Anxiety Disorder)
- Kebiasaan Orang Jawa
- Kebiasaan Orang Maluku
- Kebiasaan Orang Sunda
- Kecerdasan Emosional
- Macam-Macam Emosi
- Mind Mapping
- Overthinking
Penulis: Nanda Iriawan Ramadhan
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien