in

Daftar Pelukis Terkenal di Indonesia (Senior dan Pelukis Muda)

Penulis Terkenal di Indonesia – Banyak sekali pelukis asal Indonesia yang lukisannya dipamerkan dan dikenal oleh bangsa di belahan bumi lain. Beberapa dari pelukis ini sudah tiada, namun karyanya masih sangat dikenal bahkan mungkin menjadi inspirasi bagi pelukis yang lebih muda.

Beberapa dari pelukis kawakan ini – terutama yang mengecap masa penjajahan – dengan caranya sendiri menunjukkan nasionalisme, dan ikut berjuang untuk kemerdekaan atau melawan penjajahan Belanda dan Jepang dengan karyanya juga, loh.

Misalnya Raden Saleh, yang membuat karya “Penangkapan Diponegoro” (1857)  sebagai ‘tandingan’ dari lukisan “Penyerahan Diri Diponegoro” oleh Nicolaas Pieneman (1835). Lukisan “Boeng, Ajo Boeng” adalah poster propaganda karya Affandi, sebagai bagian dari perjuangan beliau untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Beberapa pelukis masih merupakan satu keluarga dengan pelukis terkenal lainnya. Kami mengambil beberapa pelukis dari sekian banyak pelukis ternama kebangaan bangsa. Siapa saja mereka? Inilah pelukis paling terkenal di Indonesia, yang karyanya tidak lekang oleh waktu.

Pelukis Senior Yang Terkenal di Indonesia

Holiday Sale

1. Raden Saleh Syarif Bustaman

Kelahiran Semarang, 1807, dan wafat tanggal 23 April 1880. Raden Saleh merupakan pelopor seni lukis Indonesia (waktu itu adalah Hindia Belanda) modern.

Raden Saleh dipercaya menggambar sejumlah tokoh terkenal di masa itu. Misalnya Potret H.W. Daendels (1838), potret Van Den Bosch (1836), potret Jean Chrétien. Lukisan belau lain yang terkenal misalnya: Penangkapan Diponegoro, Stasiun Pos Jawa, dan Perburuan Rusa. Sementara  sebuah karyanya tersimpan di Smithsonian Art Museum, di Amerika Serikat, yaitu Forest and Native House.

Raden Saleh memiliki rumah di Cikini yang memiliki taman yang luas. Sebagian besar dari area rumah tersebut dihibahkan menjadi kebun binatang dan taman umum di tahun 1862. Pada tahun 1960 area rumah Raden Saleh ini kemudian dijadikan Taman Ismail Marzuki sementara rumahnya menjadi Koningin Emma Ziekenhuis yang kemudian menjadi RS PGI Cikini

lukisan raden saleh.

https://en.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh

Lebih jauh mengenai Raden Saleh, ada di buku terbitan Gramedia berjudul Raden Saleh dan Karyanya, tulisan Werner Kraus yang dapat Grameds baca di bawah ini.

tombol beli buku

2. Keluarga Abdullah Suriosubroto

a. Abdullah

Pelukis kelahiran Semarang tahun 1878 ini merupakan anak angkat dari tokoh pergerakan Nasional dr. Wahidin Sudirohusodo, dan merupakan ayah dari Sudjono Abdullah dan Basuki Abdullah.

Mulanya beliau mengambil sekolah kedokteran di Batavia dan meneruskan pendidikan di Belanda. Namun, sesampainya  di sana beliau memutuskan untuk masuk sekolah seni rupa, dan kemudian hingga seterusnya menjadi pelukis.

Beliau sangat suka menggambar objek lukisan pemandangan alam terutama daerah Bandung, sehingga memutuskan tinggal di sana. Setelah beberapa saat tinggal di Bandung, beliau pindah ke Yogyakarta, dan wafat di tahun 1941 di kota ini.  Lukisan beliau salah satunya adalah Lukisan Pemandangan Priangan (1935).

https://www.wikiart.org/en/abdullah-suriosubroto/air-terjun

b. Sudjono Abdullah

Sudjono lahir di Yogyakarta, 31 Agustus 1911. Setelah sebelumnya sempat bekerja di periklanan, beliau kemudian menjadi pelukis. Seperti ayahnya, beliau juga menyukai melukis pemandangan alam. Beliau wafat di Kertosono, Jawa Timur, bulan Juli 1993.

c. Basuki Abdullah

Lahir di Surakarta, 25 Januari, 1915, merupakan pelukis yang pernah menjadi pelukis resmi untuk Istana Merdeka, Indonesia. Karyanya yang terpajang di Galeri Nasional Indonesia adalah Lukisan Kakak dan Adik (1978). Beliau wafat di Jakarta, 5 November 1993.

3. Keluarga Affandi Koesoema

a. Affandi

Pelukis kelahiran Cirebon, 18 Mei 1907 ini membuat banyak karya lukis yang sampai sekarang masih terkenal. Beliau menikah dengan Maryati, yang seorang pelukis dan memiliki seorang putri, Kartika, yang juga pelukis. Sampai akhir hidupnya beliau tinggal di Yogya.

Beliau merancang sendiri bentuk rumah tersebut, kemudian  dijadikan museum lukisannya dan lukisan keluarganya, yaitu Museum Affandi. Affandi wafat pada 23 Mei 1990, dan dimakamkan di area rumahnya, sesuai keinginannya untuk selalu dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang bekerja untuknya.

Affandi banyak dianugerahi penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri.  Lukisan “Potret Diri” (1974) karyanya dijadikan gambar perangko Indonesia untuk seri Seniman Indonesia, yang diterbitkan di tahun 1997.

https://id.wikipedia.org/wiki/Affandi

https://id.wikipedia.org/wiki/Affandi

b. Maryati Affandi

Adalah istri Affandi Koesoema, lahir di Bogor, tahun 1916. Di Museum Affandi, terdapat karya-karya beliau.  Beliau wafat setahun setelah Affandi wafat, 26 Mei 1991 di kota yang sama yaitu Yogyakarta, dan dimakamkan berdampingan dengan sang suami.

Lukisan Maryati dipamerkan di galeri Museum Affandi.

c. Kartika Affandi-Koberl

Putri satu-satunya dari pasangan Affandi dan Maryati ini adalah juga seorang pelukis. Karya-karyanya juga dipajang di galeri di Museum Affandi. Wanita kelahiran Jakarta tahun 1934 ini mendalami restorasi lukisan, di Austria sehingga beliau bisa merestorasi hasil karya sang ayah. Salah satu karyanya adalah potret dirinya bersama kedua orang tuanya.

Rukmini Yusuf (lahir tahun 1961), Didit Slenthem (lahir tahun 1962), dan Juki Affandi lahir tahun 1967).

Ketiganya merupakan anak dari Affandi dengan istri keduanya, Rubiyem. Mereka bertiga juga menggeluti bidang melukis.

4. Lee Man Fong

Pelukis kelahiran Guangzhou, China, 14 November 1913 ini memiliki 9 bersaudara. Tahun 1917, Sang ayah membawa mereka pindah ke Singapore. Setelah ayahnya wafat tahun 1930, Man Fong harus menghidupi ibu dan saudara-saudaranya dengan melukis. Tahun 1932, beliau pindah ke Jakarta.

Presiden Soekarno dikenal sebagai salah satu kolektor lukisannya. Beberapa lukisan karya Man Fong yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno adalah lukisan Penari Legong, Dua Ikan Mas Hitam, Kehidupan di Bali, dan Wanita Jepang dan Kipas (1964). Putra Man Fong, Lee Rem lahir tahun 1938, dan menjadi pelukis juga.

Antara tahun 1961-1965, Man Fong menjadi pelukis Istana kepresidenan. Selama tahun tersebut, beliau dianugerahi kewarganegaraan Indonesia. Man Fong wafat tanggal 3 April 1988.

5. Antonio Mario Blanco

Pelukis ini lahir di Manila, Philipina, 15 September 1912. Setelah beberapa kali menjelajah sejumlah negara di Asia Pasifik. Antonio pindah ke Bali dan menikah dengan seorang penari tradisional Bali yang bernama Ni Ronji. Beliau membuat sebuah rumah di Ubud yang juga berfungsi menjadi sebuah museum. Lukisan Mario Blanco antara lain: “Potret Diri”, “Teko biru dan jeruk”, “Semangka Merah dan Kuning”.

6. Anak Agung Gde Sobrat

Pelukis ini dilahirkan di Padangtegal, Ubud tahun 1912. Pada awal mula karirnya, beliau pernah belajar membuat wayang. Keahlian ini membantunya untuk membuat lukisan Ramayana dan Mahabrata yang cukup sempurna di awal karir melukisnya. Salah satu lukisan yang beliau buat adalah lukisan yang menggambarkan potret anak perempuannya. Sobrat wafat tahun 1992.

https://museumpurilukisan.com/museum-collection/ubud-painting/anak-agung-gde-sobrat-1912-1992/

7. Arie Smit

Adrianus Wilhelmus “Arie” Smit, merupakan pelukis kelahiran Belanda yang menjadi pelukis di Indonesia. Tanggal lahirnya adalah 15 April 1916. Mulanya, ia datang ke Batavia tahun 1938, sebagai tentara. Tahun 1951, ia memperoleh kewarganegaraan Indonesia, kemudian tahun 1956, ia berangkat sendirian ke Bali untuk pertama kalinya.

Kemudian ia memutuskan untuk menetap di pulau itu. Arie dianggap berjasa untuk seni di Bali, sehingga Gubernur Propinsi di Bali memutuskan untuk memberikan penghargaan Dharma Kusuma kepada seniman ini. Beliau wafat tanggal 23 Maret 2016. Hasil lukisannya antara lain: Bunga dan Patung (1956), Candi Bentar (2011), dan di Bali (1988).

Di Bali, Arie menjalani kehidupan kesenimannya, dimana ia sangat dihormati sehingga dipanggil “Tuan Ari”, berbagai kisah lainnya mengenai perjalanan beliau dapat Grameds baca pada buku Arie Smit, Hikayat Luar Biasa Tentara Penembak Cahaya.

tombol beli buku

8. Hendra Gunawan

Hendra lahir di Bandung, Hindia Belanda (waktu itu) pada tanggal 11 Juni 1918 dan wafat di usia di Bali, pada tanggal 17 Juli 1983 pada usia 65 tahun. Lukisan Hendra salah satunya adalah “Diponegoro yang terluka” . Selain melukis, Hendra juga ikut aktif di sebuah kelompok sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor. Saat ini, sebagian dari  karya  Hendra bisa dinikmati di sejumlah museum, seperti di Neka Art Museum – Bali, Singapore Art Museum, dan Ciputra Heritage Museum di Jakarta.

9. Henk Ngantung

Bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung, pelukis kelahiran Minahasa, 1 Maret 1921 ini adalah juga seorang politikus, bahkan pernah dilantik menjadi gubernur Jakarta, yaitu antara 1964 dan 1965. Beliau wafat tanggal 12 Desember 1991.

Lukisan Henk antara lain: Ibu dan Anak di Kalimantan Tengah (1980) dan Membatik (diinspirasi dari sketsa tahun 1944).

lukisan henk ngantung

Source : http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/henk-ngantung-1

10. Han Snel

Merupakan pelukis terkenal kelahiran Scheveningen, Belanda, tahun 1925. Beliau pindah ke Bali, Indonesia, di tahun 1940, dan melukis banyak lukisan tentang Bali. Beliau  merubah agamanya menjadi Hindu, dan menjadi warga negara Indonesia. Han wafat tahun 1998. Beberapa lukisannya tersimpan di Balai Lelang Christie, Singapore, antara lain “Bali”, “Kecantikan Orang Bali”, “Potret Kecantikan Wanita Bali”, “Pasar Bali”, dan “Para Wanita Bali”.

11. Popo Iskandar

Lahir di Garut, 17 Desember 1927, Popo adalah seorang pelukis dan salah satu penggiat pendidikan seni Indonesia, sekaligus penulis. Popo meraih gelar sarjana muda Matematika dan menjadi mahasiswa seni rupa ITB. Beliau pernah mengajar di IKIP Bandung. Lukisan tekenal Popo adalah Bulan di Atas Bukit. Popo wafat di Bandung, tanggal 29 Januari 2000.

12. Jeihan Sukmantoro

Lahir di Surakarta, tanggal 26 September 1938, dan wafat di Bandung pada tanggal 29 November 2019. Jeihan adalah pendiri Studio Seni Rupa Bandung. Beliau juga kerap melukis tokoh-tokoh utama negeri ini  antara lain Taufiq Kiemas dan Marie Elka Pangestu. Lukisan karyanya yang terkenal adalah Satrio Piningit. Selain melukis, Jeihan juga menikmati membuat puisi.

13. Marina Joesoef

Pelukis kelahiran Jakarta, 24 Maret 1959 ini merupakan putri pertama dari Dr. Sumarsono Sastrowardoyo. Marina pernah menjadi Gadis Sampul. Beliau saat ini tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia.

14. Heri Dono

Pelukis ini lahir di Jakarta, 12 Juni 1960. Ia memenangkan penghargaan Lukisan Terbaik tahun 1981 dan 1985. Ia cukup dikenal di mancanegara dan memenangkan penghargaan Price Clause Award, tahun 1998. Lukisannya antara lain The Scapegoat Republic (2011).

15. Yunizar

Lahir pada tahun 1971, di Sawahlunto, Sumatera Barat, Yunizar adalah salah satu pelukis terkemuka dari Kelompok Seni Rupa Jendela. Karyanya banyak diburu kolektor mancanegara dan ia pun masuk dalam daftar 500 pelukis terlaris dari Top 500 lembaga analis perkembangan pasar seni rupa dunia Artprice, Perancis, 2008/2009.

16. Sunarni Puji Lestari

Nama panggilannya adalah Tarie, merupakan anggota resmi dari GT Yarmouth dan District Society of Artist. Ia mulai melukis di usia yang dini, yaitu usia SD, dan di usia muda tersebut ia memenangkan sejumlah kompetisi. Lukisan yang ia buat antara lain “Anjing Laut” yang dia persembahkan kepada Ratu Elizabeth II, Ratu Inggris, untuk perayaan Diamond Jubilee tahun 2012. Diamond Jubilee adalah perayaan ke 60 dari sebuah peristiwa penting. Misalnya pendirian sebuah organisasi atau lamanya masa bertahta.

Pelukis Muda Yang Terkenal di Indonesia

Selain para pelukis seperti yang namanya sudah disebutkan di atas, Indonesia punya sejumlah pelukis yang berusia lebih muda. Inilah beberapa orang diantara mereka yang memiliki prestasi di bidang seni lukis.

1. Hana Madness

Hana melukis dalam bentuk doodle, dan diberikan warna ceria. Sehingga memiliki ciri khas tersendiri.

2. Abenk Alter

Alias Rizqi Ranadireksa, lahir di Jakarta, 28 Februari 1986. Tak hanya melukis, Abenk juga merupakan penyanyi, dan sempat membuat beberapa album dan single. Lukisan karya Abenk adalah “Metamorfosa”.

3. Alvian Anta Putra

Kelahiran 29 November, 1995, ini sempat memenangkan satu kategori di UOB Painting of The Year. Kategori tersebut adalah The Most Promising Artist untuk tahun  2017, untuk lukisannya yang berjudul “Diskusi”. Selain itu, Alvia juga kerap mengikuti pameran lukisan di tempat tinggalnya yaitu Yogya.

4. Gilang Anom Manapu

Pelukis kelahiran Bandung 24 tahun lalu ini menang di ajang Go Ahead Challenge. Ia juga membuat live performance berjudul ‘Sunscript 0.3’.

5. Dian Paramita

Pelukis kelahiran 1982 ini mengadakan pameran lukisan dengan tema “Food for thought” di Philadelphia, Amerika Serikat, selama 3 minggu di tahun 2017. Sesuai tema, 30 lukisannya adalah tentang makanan khas Indonesia, seperti nasi goreng, durian, dan ikan.

6. Bayu Santoso

Pelukis ini merupakan pemenang desain cover Album Maroon 5, sebuah grup band terkenal dari Amerika Serikat tahun 2014, yang menggambarkan kepala macan. Cover ini menyisihkan banyak saingan. Keren banget, kan prestasinya?

7. Sinta Tantra

Pelukis dari Bali ini banyak membuat karya untuk ruang publik. Karyanya mendunia, mencapai Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.

Selain pelukis muda yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi pelukis muda berbakat Indonesia yang lainnya lagi, yang memiliki prestasi manis. Dan akan lahir lebih banyak lagi pelukis berbakat yang kelak bisa setara dengan para seniornya, dan memiliki karya mendunia.

Melukis memang perlu bakat, namun bakat juga harus diasah dan dikembangkan, agar tidak menjadi sekadar bakat. Jika kamu melihat si kecil memiliki bakat ini, mungkin saatnya untuk mulai menggalinya. Siapa tahu, ia memiliki bakat melukis.  Salah satunya dengan membelikan buku belajar melukis. Klik Gramedia.com lalu search: “Ayo Melukis Bersamaku”, karya Vlorenia Oktaviani

Baca juga artikel lain berikut ini :

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Arum Rifda

Menulis adalah cara terbaik untuk menyampaikan isi pemikiran, sekalipun dalam bentuk tulisan, bukan verbal.
Ada banyak hal yang bisa disampaikan kepada pembaca, terutama hal-hal yang saya sukai, seperti K-Pop, rekomendasi film, rekomendasi musik sedih mendayu-dayu, dan lain sebagainya.