Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Setiap manusia pasti memiliki emosi. Namun, kita harus mengetahui apakah emosi yang kita miliki merupakan hal yang normal atau tidak. Pada artikel ini akan diuraikan ciri beserta penyebab emosi tidak stabil dan bagaimana cara mengatasinya.
Table of Contents
Apa Itu Emosi Tidak Stabil
Emosi tidak stabil merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami fluktuasi emosional yang signifikan dan sulit untuk mempertahankan kestabilan emosi dalam jangka waktu tertentu. Orang dengan emosi tidak stabil mungkin mengalami perubahan mood yang cepat dengan intensitas yang tinggi.
Emosi tidak stabil dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi mental seperti gangguan kepribadian borderline (Borderline Personality Disorder/BPD), gangguan bipolar, atau gangguan suasana hati lainnya. Pada beberapa kasus, stres, trauma, atau faktor lingkungan juga dapat berkontribusi pada fluktuasi emosional.
Seseorang dengan emosi tidak stabil mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosinya, berinteraksi sosial, dan mempertahankan hubungan yang stabil. Pengelolaan emosi yang tidak stabil sering memerlukan pendekatan terapi dan dukungan psikologis. Jika kamu merasa mengalami kesulitan emosional yang signifikan atau mendeteksi gejala-gejala tersebut pada diri sendiri atau orang lain, sebaiknya mencari bantuan profesional seperti konselor, psikolog, atau psikiater.
Ciri Emosi Tidak Stabil
Beberapa ciri umum yang mungkin terlihat pada seseorang yang mengalami emosi tidak stabil adalah:
1. Perubahan Mood yang Cepat dan Intens
Perubahan suasana hati yang tiba-tiba dan berubah-ubah, seringkali dalam waktu singkat, dari euforia menjadi kegelisahan atau kemarahan.
2. Ketidakmampuan Mengelola Emosi
Kesulitan dalam mengendalikan reaksi emosional, sering kali dengan ekspresi yang berlebihan atau tidak proporsional terhadap situasi.
3. Hubungan Interpersonal yang Tidak Stabil
Kesulitan dalam mempertahankan hubungan interpersonal yang stabil, seringkali gejolak emosional dapat mempengaruhi kualitas hubungan sosial.
4. Ketidakpastian Identitas
Perasaan ketidakpastian atau perubahan dalam pandangan diri dan tujuan hidup, sering kali menyebabkan kesulitan menetapkan identitas pribadi.
5. Impulsivitas
Perilaku impulsif, seperti pengambilan keputusan tanpa pertimbangan yang matang, pengeluaran uang yang tidak bijaksana, atau tindakan tanpa pertimbangan konsekuensi.
6. Ketakutan akan Penolakan atau Kehilangan
Ketakutan yang mendalam akan penolakan, ditinggalkan, atau kehilangan hubungan, yang dapat mempengaruhi keamanan emosional.
7. Gangguan Tidur dan Pola Makan
Kesulitan tidur atau perubahan pola makan yang signifikan, yang dapat mencerminkan gangguan emosional yang mendasari.
8. Perasaan Hampa atau Terpuruk
Perasaan kekosongan atau kehampaan yang muncul secara periodik, bahkan dalam situasi yang tampaknya menyenangkan atau memuaskan.
Gangguan Kejiwaan yang Berkaitan dengan Emosi Tidak Stabil
(Sumber foto: www.pexels.com)
Emosi tidak stabil dapat berkaitan dengan beberapa gangguan kejiwaan yang ditandai oleh pola perilaku impulsif, hubungan interpersonal yang tidak stabil, citra diri yang tidak stabil, dan fluktuasi emosi yang intens. Berikut adalah gangguan kejiwaan yang melibatkan ketidakstabilan emosi:
Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah suatu gangguan mental yang ditandai oleh fluktuasi ekstrim antara dua kutub suasana hati yang berlawanan, yaitu manic dan depresi. Pada fase manic, seseorang mengalami perasaan euforia berlebihan, energi yang tinggi, serta keinginan untuk terlibat dalam aktivitas yang berisiko dan impulsif.
Sebaliknya, pada fase depresi, individu merasa sangat sedih, kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari, dan mengalami penurunan energi. Transisi antara kedua fase ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau dalam jangka waktu yang bervariasi.
Gangguan bipolar memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan sosial, pekerjaan, maupun kesehatan fisik. Pengobatan yang efektif bisa melalui terapi obat, terapi kognitif perilaku, dan dukungan sosial untuk membantu individu mengelola gejala dan menjalani kehidupan seimbang.
Gangguan Depresi Mayor
Gangguan Depresi Mayor juga dikenal sebagai depresi klinis atau depresi mayor, adalah suatu kondisi mental yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, serta berbagai gejala lain yang dapat memengaruhi fungsi sehari-hari. Gangguan ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.
Diagnosis gangguan depresi mayor biasanya dibenarkan jika seseorang mengalami setidaknya dua minggu atau lebih dari lima gejala utama depresi, diantaranya adalah:
- Perasaan sedih atau kehampaan yang berlangsung sepanjang hari, hampir setiap hari.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam kegiatan yang sebelumnya dinikmati.
- Perubahan berat badan atau nafsu makan yang signifikan (peningkatan atau penurunan).
- Gangguan tidur, seperti insomnia atau hipersomnia.
- Agitasi atau kelesuan yang terlihat oleh orang lain.
- Kelelahan atau kekurangan energi yang berlebihan.
- Rasa bersalah atau tidak berarti yang berlebihan.
- Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Gangguan depresi mayor dapat mempengaruhi orang dari berbagai latar belakang dan usia. Faktor risiko termasuk sejarah keluarga dengan gangguan depresi, peristiwa kehidupan yang sulit, faktor genetik, dan ketidakseimbangan kimia otak.
Perawatan untuk gangguan depresi mayor biasanya melalui terapi kognitif perilaku, obat antidepresan, atau kombinasi keduanya. Diperlukan juga dukungan sosial dan perubahan gaya hidup yang merupakan bagian dari perawatan.
Gangguan Kepribadian Cluster B
Gangguan Kepribadian Emosional Tidak Stabil Tipe Impulsif adalah salah satu dari beberapa gangguan kepribadian yang termasuk dalam Cluster B, yang ditandai oleh pola perilaku dan respons emosional yang tidak stabil. Tipe Impulsif sering kali dikenal dengan sebutan Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorder/BPD).
Beberapa ciri khas dari Gangguan Kepribadian Emosional Tidak Stabil Tipe Impulsif meliputi:
-
Hubungan Interpersonal yang Intens dan Tidak Stabil
Penderita sering mengalami hubungan interpersonal yang intens, namun dapat dengan cepat beralih menjadi hubungan yang konflik dan tidak stabil. Rasa ketakutan akan penolakan atau ditinggalkan dapat mendominasi interaksi mereka.
-
Identitas yang Tidak Stabil
Individu dengan gangguan ini sering mengalami ketidakpastian terkait identitas mereka, seperti perubahan pandangan diri dan tujuan hidup.
-
Emosi yang Intens dan Tidak Stabil
Penderita BPD dapat mengalami perubahan suasana hati yang mendalam dan cepat, termasuk kemarahan, kecemasan, dan depresi. Reaksi emosional yang intens sering kali sulit diatur.
-
Impulsivitas
Tindakan impulsif dan berisiko tinggi dapat muncul, seperti keputusan finansial yang tidak bijaksana, perilaku seksual yang impulsif, atau konsumsi zat-zat terlarang.
-
Ketakutan akan Kehilangan Kontrol
Orang dengan gangguan ini mungkin merasa tidak stabil dan takut kehilangan kendali atas diri mereka sendiri atau situasi tertentu.
-
Perasaan Hampa dan Kesepian yang Kronis
Meskipun memiliki hubungan yang intens, penderita BPD sering merasa kesepian dan hampa, bahkan ketika berada dalam lingkaran sosial yang luas.
Ritme Sirkadian yang Terganggu
Ritme sirkadian seseorang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan energi seseorang. Ritme sirkadian adalah pola biologis yang mengatur siklus tidur dan bangun, serta fungsi tubuh lainnya dalam rentang waktu 24 jam. Berikut adalah efek dari gangguan ritme sirkadian pada seseorang:
-
Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan efek paling umum dari ketidakseimbangan ritme sirkadian. Penderita bisa mengalami kesulitan tidur di malam hari, insomnia, atau kecenderungan tertidur di siang hari.
-
Kesehatan Mental
Ketidakseimbangan ritme sirkadian dapat berkontribusi pada gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Tidur yang tidak teratur dapat mempengaruhi suasana hati dan tingkat energi.
-
Gangguan Kesehatan Fisik
Gangguan ritme sirkadian dapat berhubungan dengan masalah fisik seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan metabolisme lainnya. Hal ini karena ritme sirkadian berperan dalam pengaturan metabolisme tubuh.
-
Penurunan Kinerja Kognitif dan Fungsi Kognitif
Gangguan ritme sirkadian dapat mempengaruhi kinerja kognitif, seperti daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan pengambilan keputusan.
-
Gangguan Fungsi Hormonal
Ritme sirkadian memainkan peran penting dalam regulasi produksi hormon, seperti hormon tidur (melatonin) dan hormon stres (kortisol). Gangguan ritme dapat memengaruhi keseimbangan hormonal dan kesehatan secara keseluruhan.
-
Gangguan Siklus Menstruasi
Pada wanita, gangguan ritme sirkadian dapat memengaruhi siklus menstruasi dan dapat berkontribusi pada masalah reproduksi.
-
Kecenderungan Terhadap Gangguan Kardiovaskular
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara gangguan ritme sirkadian dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
-
Gangguan Sosial dan Produktivitas
Kesulitan menjaga jadwal tidur yang teratur dapat berdampak pada kinerja sosial dan produktivitas di tempat kerja atau sekolah.
-
Risiko Kecelakaan
Gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan ritme sirkadian dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama jika seseorang tertidur atau kehilangan kewaspadaan di saat yang tidak diinginkan.
Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kategori gangguan mental yang ditandai oleh perasaan cemas atau khawatir yang berlebihan dan berkelanjutan, yang dapat memengaruhi kesejahteraan dan fungsi sehari-hari seseorang. Kecemasan sebenarnya adalah respons alami tubuh terhadap stres atau ancaman, tetapi pada individu dengan gangguan kecemasan, tingkat kecemasan dapat melebihi batas normal dan seringkali tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Berikut adalah gangguan kecemasan yang dapat ditemukan di sekitar kita:
1. Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD)
Kecemasan yang berlebihan dan tidak terkendali terhadap berbagai kehidupan sehari-hari dan kekhawatiran yang tidak dapat dijelaskan secara spesifik.
2. Gangguan Panik (Panic Disorder)
Serangan panik tiba-tiba yang disertai dengan gejala fisik intens seperti detak jantung yang cepat, keringat dingin, dan perasaan kehilangan kendali.
3. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
Kecemasan atau ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial atau pertemuan dengan orang lain.
4. Gangguan Fobia Spesifik (Specific Phobia)
Ketakutan yang sangat berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu, seperti ketakutan terhadap ketinggian, hewan, atau ruang tertutup.
5. Gangguan Kecemasan Pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD)
Timbulnya kecemasan dan gejala lain setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis.
6. Gangguan Kecemasan Psikosomatis (Psychosomatic Anxiety Disorder)
Kecemasan yang disertai dengan gejala fisik seperti nyeri perut atau sakit kepala, tanpa adanya penyebab medis yang jelas.
7. Gangguan Kecemasan Terkait Kesehatan (Illness Anxiety Disorder)
Ketakutan yang berlebihan terhadap memiliki penyakit serius atau keyakinan bahwa gejala fisik yang ringan menunjukkan penyakit yang serius.
8. Gangguan Kecemasan Kinerja (Performance Anxiety)
Kecemasan yang muncul ketika seseorang dihadapkan dengan situasi yang memerlukan penilaian atau performa, seperti berbicara di depan umum atau tampil di depan orang banyak.
Stres Pasca Trauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD)
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang muncul sebagai respons terhadap pengalaman traumatis yang mengancam jiwa atau integritas fisik seseorang. Individu yang mengalami PTSD mengalami gejala yang berlebihan dan menetap setelah peristiwa traumatis tersebut berakhir.
Gejala PTSD dapat melibatkan re-experiencing, yaitu mengalami kembali kenangan traumatis melalui mimpi buruk, flashbacks, atau pikiran yang mengganggu. Selain itu, orang dengan PTSD mungkin menghindari situasi atau stimulus yang terkait dengan trauma, merasa terisolasi, dan mengalami perubahan pada suasana hati dan suasana perasaan yang persisten.
Peringatan dan kecemasan yang meningkat juga dapat menjadi bagian dari pengalaman PTSD. Gangguan ini dapat terjadi setelah pengalaman seperti kecelakaan, pelecehan seksual, kekerasan fisik, atau kejadian traumatis lainnya.
Pengobatan untuk PTSD melibatkan terapi kognitif perilaku, terapi penyangga, dan kadang-kadang penggunaan obat-obatan, dengan tujuan membantu individu mengatasi gejala dan memulihkan fungsi sehari-hari mereka setelah trauma. Pencarian bantuan profesional dianjurkan untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Penyebab Emosi Tidak Stabil
(Sumber foto: www.pexels.com)
Emosi tidak stabil bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan seringkali penyebabnya bersifat kompleks dan multifaktorial. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan emosi tidak stabil meliputi:
-
Gangguan Kesehatan Mental
Beberapa gangguan kesehatan mental seperti Gangguan Kepribadian Borderline (BPD), Gangguan Bipolar, dan Gangguan Depresi Mayor dapat menyebabkan fluktuasi emosi yang signifikan.
-
Trauma
Pengalaman trauma, baik fisik maupun emosional, seperti pelecehan, kecelakaan, atau kehilangan yang signifikan dapat memicu fluktuasi emosional yang mendalam.
-
Ketidakseimbangan Kimia Otak
Perubahan dalam zat kimia otak, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin, dapat memengaruhi suasana hati dan emosi seseorang.
-
Faktor Genetik
Adanya riwayat keluarga dengan gangguan suasana hati atau gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami emosi tidak stabil.
-
Stres
Tekanan hidup yang tinggi, baik di lingkungan pekerjaan, pendidikan, atau hubungan sosial, dapat menjadi pemicu emosi tidak stabil.
-
Gangguan Hormonal
Perubahan hormon, seperti yang terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause, dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi.
-
Kondisi Kesehatan Fisik
Beberapa kondisi kesehatan fisik, seperti gangguan tiroid atau penyakit neurologis, dapat berdampak pada keseimbangan emosional.
-
Ketidakstabilan Hubungan Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal, konflik, atau isolasi sosial dapat menyebabkan fluktuasi emosi.
-
Keterbatasan Coping Skills
Kurangnya keterampilan untuk mengelola stres atau konflik dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional.
-
Konsumsi Zat Adiktif
Penggunaan zat adiktif, termasuk alkohol dan narkoba, dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi.
Cara Mengelola Emosi
Dalam menjaga kestabilan emosi sangat diperlukan teknik yang dilatih secara konsisten, baik mereka yang memiliki riwayat ketidakstabilan emosi atau tidak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu untuk mengelola emosi:
1. Memahami emosi dalam diri
Kenali dan identifikasi emosi yang sedang dirasakan. Sadari bahwa setiap emosi memiliki arti dan informasi penting dan berikan respons atas emosi yang sedang dirasakan.
2. Praktikkan Mindfulness
Latihan mindfulness dapat membantu agar tetap sadar dan menyadari perasaan tanpa terlalu terbawa arus emosi. Mindfulness melatih kita untuk menyadari emosi saat ini tanpa terjebak di situasi masa lalu atau risau akan masa depan.
3. Jangan Menekan Emosi
Izinkan diri untuk merasakan emosi tanpa menekan atau mengusirnya secara paksa. Penekanan emosi jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Latih diri untuk tidak mengusir rasa sedih atau marah, serta mulailah belajar berdamai dengan emosi yang dirasakan.
4. Berbicara dengan Seseorang
Bicaralah dengan teman, keluarga, atau seorang profesional yang dapat membantu memahami dan mengatasi emosi yang kompleks, selain itu dengan berbicara dengan seseorang yang dipercaya atau profesional bisa mengurangi beban di jiwa.
5. Cari Aktivitas Relaksasi
Carilah kegiatan yang dapat memberikan ketenangan dan relaksasi, seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga.
6. Berolahraga
Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan suasana hati melalui pelepasan endorfin.
7. Istirahat Secara Teratur
Pastikan untuk beristirahat dan tidur yang cukup. Kekurangan tidur dapat mempengaruhi emosi dan kesehatan secara keseluruhan.
8. Praktikkan Teknik Positive Coping
Carilah cara-cara positif untuk mengatasi stres, seperti menulis jurnal, bermain musik, atau menggambar sesuai yang diminati. Kegiatan tersebut bisa menjadi alternatif penyaluran emosi negatif dan membuat perasaan lebih baik.
9. Menghindari Penggunaan Zat Adiktif
Hindari penggunaan zat-zat seperti alkohol atau narkoba sebagai penyaluran emosi, karena hal ini dapat memperburuk masalah emosional.
10. Belajar dari Pengalaman
Evaluasi pengalaman dan belajar dari setiap situasi. Pertimbangkanlah cara yang lebih konstruktif untuk merespons situasi yang menantang di masa depan.
11. Atur Prioritas dan Tuntaskan Secara Bertahap
Mulailah mengatur prioritas agar pekerjaan tidak menumpuk yang menjadi penyebab stres atau kecemasan. Selain hidup menjadi rapi dan teratur, perasaan juga menjadi lebih lapang, pekerjaan pun bisa tuntas tepat waktu.
12. Pelajari Teknik Manajemen Stres
Latihan teknik manajemen stres seperti visualisasi positif, refleksi positif, atau memfokuskan perhatian pada hal-hal yang dapat kita kontrol.
Itulah ciri-ciri dan cara mengelola emosi agar kesehatan jiwa dan raga tetap terjaga. Grameds bisa memahami dan belajar cara mengelola emosi dengan cara membaca koleksi buku yang Kamu sukai, baik novel atau komik agar emosi senantiasa dalam keadaan prima. Dapatkan koleksinya di Gramedia.com.
- Affirmasi Pagi
- Affirmasi Islami
- Affirmasi Dalam Hubungan
- Anger Issue
- Altrutisme
- Berdamai Dengan Diri Sendiri
- Berpikir Positif
- Berpikir Kreatif dan Inovatif
- Broken Home
- Cara Agar Tidak Insecure
- Cara Agar Tidak Mudah Menangis
- Cara Menjadi Dewasa
- Cara Menjadi Orang Ikhlas
- Cara Mengenal Diri Sendiri
- Cara Mencintai Diri Sendiri
- Cara Menjadi Orang Cuek
- Cara Menhilangkan Banyak Pikiran
- Cara Menghadapi Orang dengan Trust Issue
- Cara Meditasi Yang Benar
- Cara Melatih Mental
- Ciri Orang Yang Sombong
- Critical Thinking
- Childish
- Contoh Hard Skill
- Contoh Self Control
- Denial
- Demotivasi
- Deja Vu
- Duck Syndrome
- Eksibisionis, Pedofilia, Fetisme
- Etika
- Emosi Tidak Stabil
- Fixed Mindset
- Ghosting
- Guilt Tripping
- Hantu Seram
- Highly Sensitive Person
- Insecure
- Jemawa
- Kepribadian Ganda
- Manajemen Stres
- Me Time
- Menangis Tanpa Sebab
- Mengapa Kutu Buku Pakai Kacamata
- Mindfulness
- Moody
- Mood Swing
- Mood Booster
- Maladaptive Daydreaming
- Narsisme
- Konsep Diri
- Konsep Berpikir Komputasional
- Logika
- Obsesi
- Obat Sedih
- Perbedaan Introvert dan Ekstrovert
- Percaya Diri
- Perfeksionis
- Pesimis
- Sikap Pesimis
- Pengertian Hard Skill
- Perkembangan Emosi
- Penyebab Kenapa Afirmasi Gagal
- Philophobia
- Pikiran Negatif
- Playing Victim
- Produktif
- Regulasi Emosi
- Sifat Manipulatif
- Self Awarness
- Self Afirmasi
- Self Control
- Self Care
- Self Development
- Self Diagnosis
- Self Efficacy
- Self Esteem
- Self Healing
- Self Healing Terbaik
- Self Harm
- Self Improvement
- Self Love
- Self Management
- Strict Parents
- Self Reward
- Self Reminder
- Self Talk
- Sikap Optimis
- Soft Skill
- Tanggung Jawab
- Trauma Healing
- Trust Issue
- Overthinking
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien