in

10 Fakta Unik Ikan Araipama, Ikan Predator dari Sungai Amazon

Ginkgo100/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported.

Fakta Araipama – Baru-baru ini, ikan arapaima, spesies predator Sungai Amazon, membuat viral dunia maya. Ikan tersebut ditemukan saat banjir besar di Garut, Jawa Barat pada Jumat, 15 Juli 2022. Ada dua ekor ikan arapaima yang ditemukan warga. Video penemuan Arapaima gigas itu akhirnya viral di media sosial. Video tersebut diunggah melalui akun Instagram @infojawabarat. Menurut keterangan di akun itu, ikan tersebut sudah mati.

Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram. Saat ini, sudah sangat jarang terdapat arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering ditangkap untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain.

Fakta Unik Seputar Araipama

Citron/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported.

1. Ikan Raksasa

Sebagaimana dikutip dari laman Smithsonian’s National Zoo and Conservation Biology Institute, arapaima merupakan ikan air tawar berukuran besar dan ramping yang berasal dari aliran lembah Sungai Amazon, meliputi Bolivia, Brasil, Kolombia, Guyana, dan Peru. Ikan ini telah tersebar ke beberapa negara Asia Timur, baik sebaran secara sengaja maupun tak sengaja.

Ikan tersebut mampu menghirup banyak udara, yang memungkinkannya untuk bertahan hidup di tempat yang rendah tingkat airnya. Arapaima adalah salah satu spesies ikan air tawar terbesar di dunia yang beratnya bisa mencapai ratusan kilogram.

Penjelasan di laman AZ Animals menyebut jika ikan arapaima bisa mencapai panjang 3 meter, bahkan beberapa sumber lain menyebut panjang maksimalnya mencapai 4,7 meter dan beratnya mencapai 220 kilogram. Namun, araipama yang biasanya ditemukan berukuran sekitar 1,9 meter dengan berat 91 kilogram. Arapaima memiliki kepala berwarna hijau seperti tembaga dan tubuhnya agak gelap. Ekornya ditutupi sisik merah. Itulah sebabnya ikah ini disebut juga dengan pirarucu atau ikan merah di Brasil.

Ikan air tawar tropis ini dianggap sebagai fosil hidup karena karakter morfologis dan anatominya mirip dengan binatang kuno, bahkan ikan tersebut sudah hidup di Sungai Amazon sejak periode Jura, yaitu periode utama dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 201,3 juta tahun hingga 145 juta tahun yang lalu, setelah periode Trias dan mendahului periode Kapur.

2. Ciri Fisik

Ikan arapaima memiliki tubuh yang lebar dan ramping seperti torpedo dengan kepala meruncing. Sisiknya tampak berwarna keabu-abuan, bintik kemerahan, hingga hijau kehitaman. Sirip di punggungnya membentang hingga di dekat ekor. Arapaima tidak memiliki racun, meskipun tergolong sebagai predator karena memiliki gigi yang tajam. Ikan ini cukup bersahabat (tenang) dan sifatnya tidak agresif.

Permukaan luar yang bergelombang dan keras memungkinkan arapaima menjadi gesit dan lincah untuk melindungi dirinya dari pemangsa. Satu hal yang membuat ikan ini terlihat unik adalah bentuk moncong mulutnya yang seolah terbalik. Selain melihat ukuran tubuhnya, sejumlah orang menganggap ikan ini lucu dan unik untuk dipelihara.

3. Pernapasan

Mengutip keterangan di laman AZ Animals, ikan arapaima memiliki kantung oksigen untuk menghirup udara. Itu sebabnya arapaima dewasa hanya bisa bertahan di bawah air paling lama hanya sekitar 10–20 menit. Ikan ini cenderung hidup dekat permukaan air sebelum muncul untuk bernapas, serta menggunakan sebuah kantung renang yang termodifikasi yang membuka mulut dan bertindak sebagai paru-paru. Tegukan yang berisik dan khas itu membuat suara ikan ini seperti batuk dan bisa terdengar dari jauh.

4. Lidah Bertulang

Smithsonian’s National Zoo and Conservation Biology Institute menyebut arapaima memiliki lidah bertulang dan gigi tajam yang dikombinasikan untuk melumatkan mangsanya dalam mulut. Arapaima memosisikan diri di bawah mangsanya, kemudian menelannya di dekat permukaan air. Cara memangsa itu menimbulkan pusaran seperti hisap yang memaksa mangsanya masuk ke dalam mulutnya. Mangsanya lantas dilumatkan lidahnya yang ramping dan deretan gigi yang keras.

5. Cara Memangsa

Arapaima biasanya bertahan hidup dengan cara memangsa ikan, tetapi juga memakan buah-buahan, biji-bijian, dan serangga. Predator ini terkadang menggunakan semburan kecepatan pendek dan melompat dari permukaan air untuk menangkap burung dan kadal.

Dengan ukuran tubuh yang sangat besar, ikan arapaima membutuhkan banyak makanan. National Geographic Indonesia menyatakan jika arapaima memangsa dengan cara membuka lebar mulutnya untuk menarik makanan di dekatnya (big gulp atau gulper). Ikan itu menyedot mangsa di dekat permukaan air. Mulutnya yang terbuka akan menciptakan ruang hampa dan secara otomatis menarik air dan juga makanan yang ada di sekitarnya dalam jumlah besar.

Gigi arapaima tajam dan kuat untuk mencabik-cabik mangsanya. Tubuhnya yang besar membuatnya memerlukan banyak makanan. Inilah yang menjadikan ikan ini menjadi salah satu hewan dengan tingkat pertumbuhan tercepat. Kebiasaan makan yang banyak ini membuat arapaima menjadi spesies berbahaya yang dilarang di Indonesia.

6. Cara Berkembang Biak

Pergerakan dan siklus reproduksi Arapaima gigas sangat bergantung kepada banjir musiman di sepanjang Sungai Amazon. Saat sungai Amazon meluap, semua jenis ikan, termasuk ikan arapaima yang akan memasuki musim kawin, akan menyebar ke seluruh dataran banjir yang mengandung banyak tumbuhan yang membusuk. Kadar oksigen yang terlalu rendah dapat mendukung sebagian besar araipama untuk berkembang biak.

Selanjutnya, selama bulan-bulan pada saat ketinggian air sungai rendah, ikan-ikan arapaima akan membangun sarang mereka di dasar berpasir tempat betina bertelur. Ikan arapaima jantan dewasa akan memainkan peran reproduksi yang tidak biasa dengan mengerami puluhan ribu telur di mulutnya. Telur-telur ikan ini akan dijaga secara agresif dan mereka akan memindahkannya jika perlu. Telur-telur ikan arapaima ini akan mulai menetas saat naiknya permukaan air.

Ikan arapaima tidak hanya dapat tumbuh besar dengan ukurannya yang luar biasa. Namun, ikan ini ternyata juga dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan tercepat dibandingkan ikan mana pun. Oleh karenanya, Arapaima gigas menjadi spesies ikan yang ideal untuk bertani di habitat asalnya, yaitu Sungai Amazon.

Arapaima gigas telah diperkenalkan sebagai spesies akuakultur di sungai lain di Amerika Selatan tropis, bahkan ikan ini juga telah diperkenalkan untuk olahraga memancing di Thailand dan Malaysia.

7. Dilarang di Indonesia

Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Garut Dodi Arisandi mengungkapkan bahwa ikan arapaima merupakan ikan eksotik yang berasal dari Sungai Amazon di Brasil dan bukan ikan lokal Indonesia. Menurut Dodi, arapaima termasuk salah satu ikan yang dilarang masuk ke Indonesia. Dia menjelaskan jika warga Indonesia yang memelihara ikan arapaima bisa dikenai sanksi pidana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 dan dikuatkan oleh Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2014.

Kepala Pusat Karantina Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Riza Priyatna, pada Rabu, 27 Juni 2018 di Jakarta mengatakan bahwa berdasarkan Undang-Undang No.31/2004 tentang Perikanan Pasal 12 ayat (1), setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau kerusakan sumber daya ikan dan atau lingkungannya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI).

Riza kemudian menyebutkan berdasarkan UU yang sama Pasal 12 ayat (2), setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatan manusia di WPP RI. Selain itu, pasal 86 ayat (2) juga menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja di WPP RI membudidayakan ikan yang dapat membahayakan sumber daya ikan dan/atau lingkungan sumber daya ikan dan/atau kesehatan manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Selanjutnya, menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, jenis ikan yang berbahaya adalah jenis tertentu yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan, lingkungan, dan manusia.

Berdasarkan peraturan tersebut, ikan arapaima merupakan salah satu dari 152 jenis ikan berbahaya yang dilarang masuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia (RI). Ada dua spesies ikan arapaima yang dilarang di Indonesia, yaitu ikan Arapaima gigas dan Arapaima leptosome. Arapaima dianggap berbahaya karena kebiasaan makannya yang banyak dapat menganggu keseimbangan ekosistem perairan Indonesia.

Pelepasan ikan arapaima di sungai dan danau dapat memangsa ikan dan hewan air lainnya dalam jumlah besar. Hal tersebut dikhawatirkan tidak sebanding dengan jumlah kelahiran ikan secara alami, sehingga araipama dikhawatirkan dapat memutus rantai makanan dan membahayakan sumber daya alam (SDS) di alam Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan jika keberadaan ikan asing harus dijaga sebaik mungkin agar tidak masuk ke perairan Indonesia. Dengan demikian, ikan endemik yang sudah ada bisa tetap lestari dan menjamin keberlanjutan pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan dan petani ikan.

“Perlu kehati-hatian dalam rencana pemasukan jenis ikan baru ke suatu negara atau perairan. Kehadiran spesies ikan baru yang dikenal sebagai spesies asing invasif (SAI) mendesak populasi ikan asli atau endemik, baik melalui pemangsaan, kompetisi makanan, maupun keunggulan reproduksinya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Susi mengatakan bahwa ikan-ikan asli menjadi semakin sulit dan terancam hidupnya dan pada akhirnya tersisihkan karena dominasi yang sangat kuat dari SAI. Selanjutnya, ikan-ikan tersebut akan digantikan oleh ikan asing introduksi yang berbahaya.

Susi mengungkapkan, faktor kehati-hatian menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam rencana pemasukan atau introduksi jenis ikan baru ke suatu negara atau perairan, meskipun introduksi ikan baru memang terbukti mampu meningkatkan produksi perikanan pada tingkat tertentu.

“Namun di sisi lain, upaya tersebut telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan dan atau spesies asli di suatu negara atau wilayah,” tegas dia.

Hingga saat ini sudah terjadi beberapa kali introduksi ikan asing di perairan Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), kasus-kasus tersebut menyebar di sejumlah daerah dengan rincian sebagai berikut.

  • Ikan mujair di Waduk Selorejo, Jawa Timur;
  • Ikan nila di Danau Laut Tawar, Aceh;
  • Ikan toman di Kabupaten Bangka, Bangka Belitung;
  • Ikan lou han di Waduk Cirata, Jawa Barat dan Waduk Sempor, Jawa Tengah;
  • Ikan red devil di Waduk Sermo, Yogyakarta; Waduk Cirata, Jawa Barat; dan Waduk Kedungombo, Jawa Tengah,
  • Ikan oscar dan golsom di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat;
  • Lobster air tawar di Danau Maninjau; dan
  • Ikan mas di Danau Ayamaru, Papua Barat.

Ikan-ikan asing tersebut biasanya selalu menjadi invasif di tempat tinggalnya yang baru. Populasi jenis ikan asli atau endemik di beberapa perairan mengalami penurunan setelah ikan asing masuk. Populasi tersebut contohnya adalah ikan depik (Rasbora tawarensis) di Danau Laut Tawar, Aceh; ikan belida dan tapah di Kabupaten Bangka, Bangka Belitung; ikan wader dan ikan betik di Waduk Sempor, Jawa Tengah; dan ikan pelangi (Melatonia ayamaruensis) di Danau Ayamaru, Papua Barat.

8. Dilindungi di Amerika Selatan

Araipama di Amerika Selatan atau negara-negara asalnya menjadi salah satu ikan yang dilindungi. Hal ini disebabkan karena populasinya yang terus menurun, bahkan terancam punah. Sejak penemuannya pada abad ke-18, ikan ini banyak diburu oleh manusia.

Ikan ini sering kali muncul ke permukaan dan melompat dari air. Kebiasaan itulah yang membuat manusia semakin ingin menangkapnya demi berbagai alasan. Oleh sebab itu, pemerintah negara-negara di Amerika Selatan menetapkan peraturan yang menyatakan bahwa arapaima termasuk jenis hewan yang dilindungi.

9. Tidak Berbahaya Bagi Manusia

Arapaima memang berbahaya bagi hewan lain, tetapi tidak bagi manusia. Sejauh ini tidak ada laporan yang mengadukan penyerangan manusia oleh ikan arapaima. Mereka bukanlah spesies yang tertarik kepada manusia.

Arapaima gigas telah lama diyakini sebagai satu-satunya spesies arapaima, tetapi para ilmuwan membuktikan bahwa ada spesies ikan arapaima lain pada 2013. Sejak saat itu, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa mungkin ada lima atau lebih spesies arapaima.

Ikan ini kadang-kadang juga disebut sebagai “ikan kod dari Amazon”. Arapaima dianggap sebagai ikan yang baik karena telah menyediakan sumber protein penting di Amazon selama berabad-abad. Penduduk setempat sering mengasinkan dan mengeringkan daging arapaima yang dapat disimpan tanpa membusuk. Untuk satu ikan, daging yang dapat dihasilkan mencapai sekitar 70 kilogram, sehingga penduduk setempat biasa mengeringkannya untuk disimpan dan dimakan hari berikutnya.

Kedekatan ikan ini dengan permukaan air membuatnya rentan terhadap pemangsa manusia, yang dapat dengan mudah menargetkan mereka dengan tombak. Jumlah ikan ini telah menurun secara dramatis di seluruh wilayah, terutama karena penangkapannya yang berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, praktik pengelolaan baru araipama yang melibatkan komunitas nelayan lokal di Brasil telah meningkatkan kembali populasinya.

10. Mampu Bertahan Dari Serangan Piranha

Arapaima hidup di ekosistem perairan yang sama dengan ikan piranha, yang juga merupakan predator berbahaya. Namun demikian, ikan ini memiliki tubuh kuat yang mampu bertahan dari serangan piranha. Tubuhnya dilengkapi dengan pertahanan khusus, yaitu bagian luar sisiknya yang keras dengan tekstur bergelombang, serta bagian bawahnya dengan serabut kolagen berlapis. Inilah yang membuat sisiknya kuat, keras, dan tebal, yang menyebabkan gigi piranha tidak mampu menembus tubuh arapaima.

Rekomendasi Buku Terkait

1. National Geographic Kids: Lautpedia

2. National Geographic Kids: Almanac 2018

3. National Geographic Kids: Predatorpedia


Itulah artikel terkait “10 Fakta Unik Seputar Araipama, Ikan Predator dari Sungai Amazon”. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Novi Veronika

Saya semakin mencintai dunia menulis ini karena membuat saya semakin bisa mengembangkan ide dan kreativitas, serta menyalurkan hobi saya ini. Selain hal umum, saya juga menyukai tulisan tentang pendidikan dan juga administrasi perkantoran.