Deretan Film Terbaik Sepanjang Masa yang Tidak Boleh Kamu Lewatkan

Film Terbaik Sepanjang Masa – Membuat daftar film terbaik sepanjang masa ternyata bukan tugas yang mudah karena penilaian karya tidak bisa digeneralisasi. Meskipun jawabannya sama, tapi alasan mengapa seseorang memberi jawaban tersebut pasti berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Misalnya, ketika saya bertanya apakah film Pengabdi Setan 2 bagus untuk ditonton? Anggaplah 50% pembaca artikel ini–yang sudah menonton filmnya–mengatakan bagus, sisanya tidak. Kalau ditanya satu per satu apa yang bikin bagus? Mungkin butuh ratusan lembar kertas agar pendapat masing-masing penonton terdokumentasi.

Lagipula film berbeda dengan musik. Musik yang enak didengar tidak akan pernah hilang ditelan zaman; Lagu-lagu almarhum Chrisye bahkan masih digemari generasi muda sekarang. Namun apakah hal ini berlaku pada film?

Buat kamu yang masa kecilnya sering nonton kartun Spongebob Squarepants di TV, coba tonton ulang kartun ini sekarang. Apakah kamu akan tetap melihat Patrik sebagai tokoh yang bodoh? Atau menganggap Squidward tokoh yang malas?

Membuat daftar film terbaik sepanjang masa memang bukan tugas yang mudah, tapi saya tidak akan berhenti mencoba. Dalam artikel ini kamu akan menemukan sekitar 13 film terbaik dari medio 1970-an hingga 2010-an. Selamat membaca!

Film Terbaik Sepanjang Masa yang Rilis Tahun 1970-an

1. The Godfather (1972)

Film terbaik tentang organisasi kejahatan yang sulit digeser. Francis Ford Coppola–director film ini–sukses mengubah cerita dari buku karangan Mario Puzo menjadi film yang luas, inovatif dan tak terkalahkan.

Penampilan Al Pacino yang sangat apik, karakter-karakter yang kaya serta memiliki kode etiknya sendiri merupakan kombinasi cerdik yang tidak pernah gagal menarik perhatian penonton. Godfather berhasil merebut setidaknya 17 penghargaan nasional dan internasional. Tak heran banyak orang yang merekomendasikan film ini.

2. Jeanne Dielman, 23, Quai du Commerce, 1080 Bruxelles (1975)

Film berjudul panjang yang disutradarai oleh Chantal Akerman ini mendapat julukan “karya besar feminis pertama dalam sejarah”. Selama 3 jam, kamu akan melihat rutinitas Jeanne Dielman–seorang janda berusia 40an–mengurus rumah dan anak laki-lakinya yang enggan melakukan apa-apa seorang diri, secara utuh dan detail.

Adegan-adegan dalam film ini bahkan bisa menghipnotis kamu tanpa pernah kamu sadari. Lebih dari itu, Dielman menunjukkan seorang wanita yang berkomitmen total pada kehidupannya. Tak hanya itu, produksi film ini juga mengukir catatan sejarahnya sendiri karena melibatkan 80% kru perempuan–sebuah usaha untuk melawan dominasi pria dalam industri film.

Jeanne Dielman, 23, Quai du Commerce, 1080 Bruxelles sampai saat ini masih sering dijadikan sebagai bahan penelitian oleh banyak orang. Jika Grameds ingin ikut meneliti, buku Analisis Semiotika Film Dan Komunikasi karya Arif Budi Prasetya bisa jadi referensi yang tepat.

3. Jaws (1975)

Rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Jaws merupakan salah satu film monster terbaik yang pernah ada. Film ini seharusnya menjadi panutan para sutradara untuk membuat film bertema monster.

Kebanyakan film bertema monster seringkali lebih fokus pada karakter monsternya sendiri, seolah-olah manusia hanya karakter tambahan yang tidak penting. Padahal, seperti yang ditunjukkan oleh Steven Spielberg, karakter dan ekspresi manusia justru lebih penting. Sebab penonton akan lebih relate dengan ketakutan yang dirasakan oleh manusia, bahkan tanpa kehadiran monsternya sama sekali.

Tentunya kamu akan lebih mengerti bagaimana perasaan manusia–seperti paranoid yang dimiliki oleh penjaga pantai; keserakahan walikota yang tidak ingin kehilangan profit dari wisata musim panas di wilayahnya; atau keinginan nelayan untuk memburu hiu pemakan manusia–daripada rasa lapar ikan hiu, bukan?

Buat kamu yang ingin menonton film ini, jangan heran jika nantinya kamu menjadi takut berenang di laut atau kolam renang. Soalnya banyak yang bilang, teror dari film Jaws berhasil mempengaruhi psikologis penontonnya.

Film Terbaik Sepanjang Masa yang Rilis Tahun 1980-an

1. Grave of the Fireflies (1988)

Hotaru No Haka atau Grave of Fireflies seakan tidak pernah usang meski sudah 34 tahun berlalu sejak pertama kali dirilis pada 1988. Film animasi besutan Studio Ghibli ini memang pantas masuk ke dalam jajaran film terbaik sepanjang masa.

Mengangkat cerita dengan latar kehidupan masyarakat Jepang saat Perang Dunia II, Grave of Fireflies berhasil memperlihatkan bagaimana kehidupan para penyintas perang–khususnya anak-anak.

Berpusat pada perjuangan Seita untuk menjaga adiknya, Setsuko setelah kedua orang tuanya meninggal akibat serangan pasukan Amerika. Seita harus memastikan keselamatan adiknya di tengah kondisi Jepang yang hancur dan kritis.

Cerita perjuangan kakak-beradik dalam film ini sangat, sangat, sangat memilukan. Sulit rasanya menahan tangisan ketika menyaksikan Seita harus berjuang seorang diri menjaga adiknya yang belum mengerti apa-apa, padahal dia sendiri baru berusia 14 tahun.

Ya, kamu tidak akan menemukan adegan heroik penuh keberanian seperti berlari menerjang rentetan peluru atau ledakan bom di film ini. Sebaliknya, kamu akan melihat kecintaan, ketegaran, dan perhatian Seita pada adiknya sendiri. Meskipun akhirnya, dia harus kehilangan adiknya yang meninggal karena gizi buruk. Pokoknya siapkan tisu yang banyak saat kamu menonton film ini, ya!

2. Akira (1988)

Akira merupakan salah satu film yang berhasil memperkenalkan anime ke seluruh dunia dan menginspirasi beberapa film hebat lainnya, seperti The Matrix. Lebih dari itu, Akira adalah salah satu pencapaian penting bagi industri film–khususnya anime dan sci-fi.

Mengisahkan tentang kondisi Jepang 31 tahun setelah ledakkan nuklir di Tokyo, tepatnya tahun 2019. Saat itu, Tokyo yang sempat porak poranda berhasil bangkit kembali dengan nama Neo-Tokyo. Sayangnya, kota futuristik ini dipenuhi oleh pemerintahan yang korupsi, protes masyarakat menyebar luas, angka kekerasan yang sangat tinggi, ditambah konflik geng motor yang meluas.

Shotaro Kaneda memimpin kelompoknya melawan rivalnya, yaitu geng motor Clown. Mereka berkelahi di atas motor, menghancurkan apa saja yang ada di jalanan yang mereka lewati.

Sayangnya Tetsuo Shima, salah satu teman terbaik Kaneda, mengalami kecelakaan setelah menabrak seorang anak kecil dengan kekuatan misterius. Dari sini, cerita terus melebar sampai akhirnya kekuatan misterius Tetsuo bangkit dan membawanya ke dalam kegelapan yang mengakibatkan kehancuran di mana-mana.

Meski dipenuhi oleh adegan superpower, sci-fi, dan action, rasanya sulit untuk menggambarkan dengan jelas apa yang diangkat oleh film ini. Namun, di balik itu semua, ada satu hal menarik yang cukup relevan dengan kondisi saat ini.

Hal menarik tersebut adalah kritik pada opresi pemerintah serta militer atas masyarakat sipil. Akira berhasil menunjukkan bagaimana pemerintah, militer, dan kepolisian memperlakukan siapapun yang menentang pemerintah.

3. When Harry Met Sally (1989)

When Harry Met Sally mungkin menjadi film komedi romantis terbaik yang pernah ada dalam 50 tahun terakhir ini. Film ini menceritakan pertemanan Harry dan Sally yang dimulai dengan perjalanan selama 18 jam dari Chicago ke New York.

Selama perjalanan tersebut, Harry dan Sally menjadi apa yang kita sebut sebagai “kucing dan anjing”. Mereka berteman namun sering bertengkar karena perbedaan pendapat, terutama soal teori bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman tanpa hubungan intim sama sekali. Ya, dalam budaya Amerika, hal seperti ini mungkin lebih banyak ditemui daripada di Indonesia ini.

Namun keseruan film yang dinobatkan sebagai film komedi Amerika terbaik ke-23 ini terletak pada dinamika kehidupan Harry dan Sally setelah tiba di New York. Tentang kisah percintaan mereka yang tidak pernah berhasil hingga kemudian berakhir dengan sebuah babak yang baru.

Film Terbaik Sepanjang Masa yang Rilis Tahun 1990-an

1. Toy Story (1995)

Toy Story yang rilis tahun 1995 silam mungkin tidak akan pernah bisa dikeluarkan dari daftar film terbaik sepanjang masa. Pixar menunjukkan bahwa film keluarga tidak hanya sekadar hiburan ringan untuk menemani anak-anak menghabiskan masa liburannya.

Sekilas, Toy Story mungkin terlihat sebagai film yang menceritakan tentang mainan yang bersaing meraih perhatian pemiliknya sebelum Woody–salah satu dari mainan tersebut–jatuh ke tangan, Sid.

Namun jika diperhatikan lebih dalam, Toy Story mengangkat kecemburuan, dinamika kekuasaan, serta hubungan dengan masa kecil kita. Dengan semua yang ada di dalam film ini, Pixar sukses membawa ceritanya lebih jauh lagi. Persis seperti yang sering dikatakan oleh Buzz Lightyear to infinity and beyond!

2. The Truman Show (1998)

The Truman Show merupakan film drama komedi Sci-fi yang disutradarai Peter Weir dan menjadikan Jim Carrey sebagai pemeran utamanya. Secara statistik, film ini sukses meraih banyak sekali respon positif dari penontonnya, meraup keuntungan jutaan dolar, dan menyabet 3 piala Oscar.

Namun bagi saya, film yang mengisahkan kehidupan seorang pria bernama Truman Burbank ini justru seperti menyindir para selebriti. Dikisahkan, Truman Burbank, merupakan seorang suami dan karyawan asuransi di kota Seahaven Island. Hidupnya bisa dikatakan sukses dan menjadi impian banyak orang.

Sayangnya, suatu hari Truman menyadari bahwa kehidupan yang sedang dia jalan adalah rekayasa sebuah reality show untuk menghibur penonton setianya. Truman seolah-olah menunjukkan bahwa para selebriti yang hidupnya terlihat sempurna. Padahal mereka justru sedang berada di posisi yang sangat jauh dari realita kehidupan ini.

Namun ada juga yang beranggapan bahwa The Truman Show merupakan film yang berisi kemarahan terhadap media televisi yang seenaknya menjadikan kehidupan orang lain sebagai sebuah pertunjukkan semata tanpa memikirkan perasaan aktornya sama sekali.

3. The Blair Witch Project (1999)

Bagi sebagian orang, film ini mungkin tidak lebih dari film dokumenter sederhana. Akan tetapi, bagi saya, film ini justru punya konteks yang lebih besar lagi. Memang benar, secara visual terlihat sederhana apalagi dengan model mokumentar–jenis film yang menggambarkan cerita fiksi dan disajikan secara dokumenter–nya.

Tapi saya berani bilang bahwa film yang sederhana ini justru menjadi salah satu film horor terbaik yang pernah saya tonton. Ya meskipun bagi orang lain mungkin horornya tidak terlalu kuat.

Di luar penilaian subjektif tersebut, film karya Eduardo Sanchez dan Daniel Myrick ini pantas menjadi tolak ukur untuk film lain yang sejenis. Lagipula, siapa yang tidak akan membandingkan film mokumenter horor dengan The Blair Witch Project?

The Blair Witch Project mungkin bukan menjadi pionir film mokumenter di industri film, namun film ini yang berjasa besar membuat genre tersebut menjadi populer. Apalagi Sanchez dan Myrick sukses menghadirkan horor yang sangat meyakinkan lewat kesederhanaan film The Blair Witch Project.

The Blair Witch project mengisahkan perjalanan Heather Donahue, Joshua Leonard, dan Michael C. Williams membuat film dokumenter tentang legenda “Blair Witch” yang ada di hutan di Burkittsville, Maryland.

Sebelum menuju ke hutan, mereka meng-interview beberapa penduduk setempat untuk menanyakan kisah penyihir dan pembunuh yang beredar. Cerita-cerita tersebut sebenarnya cukup menyeramkan tapi tiga sekawan itu menganggapnya tidak lebih dari pelengkap projek dokumenter ini.

Hingga kemudian, setelah masuk jauh ke dalam hutan, mereka akhirnya menyadari bahwa hutan Burkittsville justru sedang mempermainkan mereka. Begitupun dengan cerita dari para penduduk lokal, bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Sayangnya, saat mereka menyadari hal ini, sudah tidak ada kesempatan untuk kembali lagi.

Sanchez dan Myrick berhasil membuat pikiran penonton percaya bahwa yang terjadi pada Heather dan teman-temannya merupakan kejadian nyata. Tak heran kalau banyak penonton yang bilang film ini jauh dari kata membosankan.

Buat Grameds yang menyukai genre horor-thriller seperti film ini, coba tonton film Murder On The Orient Express yang diadaptasi dari novel karya Agatha Christie.

Film Terbaik Sepanjang Masa yang Rilis Tahun 2000 – 2010-an

1. Children of Men (2006)

Jika Grameds bertanya apa saja film yang akan saya tonton berulang kali, Children of Men adalah salah satunya. Film buatan Alfonso Cuaron ini memang pas dengan julukan salah satu film sci-fi atau distopia terbaik.

Latar ceritanya adalah kondisi dunia di tahun 2027 yang berada dalam masa-masa krisis, kehancuran, dan kerusuhan. Penyebabnya sendiri karena seluruh manusia di bumi tiba-tiba jadi mandul sejak tahun 2009.

Perlahan tapi pasti, cerita berkembang pada ancaman kepunahan manusia dan menyebabkan kekacauan serta kerusuhan. Pemerintahan Inggris menjadi satu-satunya yang tetap berfungsi sehingga mengundang imigran gelap masuk ke negara ini. Sayangnya, pemerintah Inggris menindak tegas para imigran dengan menangkap dan menyiksa mereka.

Yang menarik dari Children of Men ada pada detail pengembangan cerita. Saya merasa bahwa setiap hal yang terjadi dalam cerita pasti memiliki dampak yang nyata. Seperti bagaimana kemandulan bisa mempengaruhi perilaku dan karakter manusia dan pemerintahan, atau bagaimana kekacauan akibat perilaku tersebut justru berdampak pada manusia itu sendiri.

Di sisi lain, semua hal yang ada di film ini juga terasa nyata. Dari mulai karakter utama hingga lingkungan di sekitarnya. Rasanya sulit bagi saya untuk mengeluarkan ini dari daftar film terbaik sepanjang masa.

2. The Lord of the Rings Trilogy (2001-2003)

Selain populer di kalangan penikmat film dan bukan penikmat film, trilogi The Lord of the Rings ini uga fenomenal. Dari sisi finansial, ketiganya mampu meraup pendapatan senilai hampir $3 miliar! Dari sisi kualitas, ketiganya berhasil membawa pulang 17 piala dari 30 nominasi yang ada.

Fellowship of The Ring yang menjadi pembuka berhasil menjalankan tugasnya untuk membuat penonton jatuh cinta pada trilogi ini. Dengan adegan banyak adegan pertempuran yang epik dan mewah, saya seperti diperlihatkan bahwa ada banyak cerita luar biasa yang menunggu di masa depan. Kalau kisah awal petualangan para hobbit sudah semenarik ini, bagaimana mungkin saya tidak mengharapkan sesuatu yang lebih di film kedua dan ketiganya?

The Two Towers adalah seri kedua dari trilogi The Lord of the Rings. Ceritanya berjalan dengan tempo yang agak lambat dan durasinya nyaris 3 jam! Meski begitu, saya tidak merasa bosan sama sekali saat menonton film ini. Apalagi di The Two Towers ada Gollum yang menjadi salah satu karakter CGI ikonik hingga sekarang.

The Return of The King menutup TLOTR dengan penyelesaian yang memuaskan dan klimaks yang sangat baik. Adegan perang berskala besar dengan puluhan ribu prajurit dan spesial efek yang megah sangat berhasil memanjakan mata.

Bagusnya lagi, film ketiga ini memiliki cerita yang dalam dan cukup menyentuh. Jadi bukan sekadar film yang mengandalkan adegan perang semata. Berkat itu, The Lord of the Rings pantas disebut sebagai salah satu film trilogi terbaik sepanjang sejarah manusia.

3. The Dark Knight (2008)

The Dark Knight, film yang akan selalu menjadi pembanding ketika ada film tentang Batman atau Joker rilis. Seperti pada saat film Suicide Squad keluar di tahun 2016 lalu, atau ketika Joker menyapa penonton di Indonesia tahun 2019, atau saat The Batman muncul.

Film ini terkenal dengan penampilan terbaik dari Heath Ledger ketika memerankan The Joker yang menjadi tokoh antagonis. Dari segi cerita pun bisa dikatakan solid dengan tempo yang intens dan adegan adu jotos yang lebih banyak.

Dan tidak lupa juga, Ledger berhasil menunjukkan seorang Joker yang kejam, gila, manipulatif, cerdik, serta sadis. Hal ini terlihat sepanjang film, terutama dalam scene Batman menginterogasi Joker.

Beberapa penikmat film mengatakan bahwa The Dark Knight merupakan salah satu film dengan skenario yang apik. Kalau kamu tertarik mempelajarinya, maka buku Mengenal Skenario Film Jurus Cantik bisa menjadi pengantar yang tepat. Pasalnya di sini kamu akan belajar tentang cara mempelajari sebuah skenario dengan mudah dan istilah-istilah yang kerap kali digunakan dalam skenario film.

4. Mad Max: Fury Road (2015)

Mad Max: Fury Road adalah remake dari film pertamanya yang rilis di tahun 1979 dengan banyak hal-hal baru di dalamnya. Seperti kegilaan yang sangat menegangkan, cerita serta timeline yang berbeda, dan juga petualangan baru dari tokoh utamanya, Max.

Tak cukup sampai di situ saja, konflik dalam Mad Max: Fury Road juga jauh lebih luas dari film pertamanya. Cerita tidak lagi berpusat pada perang antar geng serta balas dendam. Di sini, kekacauan dunia seusai perang nuklir digambarkan secara apik. Termasuk konflik-konflik yang muncul, seperti konflik sosial, perang antar kelompok, krisis sumber daya alam, hingga penguasa-penguasa yang jahat.

Ditambah dengan pengembangan karakter yang memperlihatkan kerasnya kehidupan setelah perang nuklir. Kontaminasi radiasi nuklir yang mengancam setiap saat, tanah gersang di mana-mana, pasokan pangan dan air berkurang drastis. Semua itu membuat manusia harus kembali menghadapi kehidupan yang cukup “liar dan bar-bar”.

Buat Grameds yang mau nonton film ini, siap-siap merasakan ketegangan selama kurang lebih 120 menit, ya!

Itulah deretan film terbaik sepanjang masa yang wajib kalian tonton. Grameds juga bisa membaca buku-buku terkait film dengan mengunjungi Gramedia.com. Gramedia selalu memberikan produk-produk terbaik agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang

Baca juga: