Flexing adalah – Kemajuan teknologi memang tak bisa dipungkiri akan memberikan kemudahan untuk segala hal. Namun, kemajuan teknologi juga tak selamanya mampu memberikan dampak positif, sehingga kita harus bijak dalam menggunakan teknologi.
Bahkan, ada beberapa kondisi yang menjadikan kemajuan teknologi memberikan dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Adanya fenomena flexing menjadi salah satu contoh fenomena yang semakin marak terjadi ketika adanya produk dari kemajuan teknologi, seperti media sosial.
Secara mudahnya, flexing adalah tindakan pamer akan kekayaan yang dimilikinya. Meski begitu, beberapa orang tak selalu setuju dengan tindakan flexing karena merupakan salah satu bentuk dari dampak negatif kemajuan teknologi.
Karena adanya dua segi pendapat yang berbeda, maka artikel ini akan mengulas lebih dalam lagi tentang fenomena flexing itu sendiri. Dengan membaca penjelasan flexing yang ada di dalam artikel ini tentunya kalian akan semakin lebih mudah memberikan penilaian apakah flexing menjadi salah satu dampak negatif dari adanya media sosial atau mungkin malah sebaliknya.
Table of Contents
Pengertian Flexing
Sebelum membahas lebih dalam tentang flexing. Akan lebih baik jika kita ketahui bersama terkait dengan pengertian dari flexing itu sendiri. Sebelumnya memang sudah dijelaskan secara singkat tentang pengertian flexing. Namun, dalam poin ini akan dijelaskan lebih luas lagi tentang flexing.
Flexing adalah istilah yang digunakan untuk mereka yang suka pamer kekayaan. Keberadaan dari media sosial membuat fenomena flexing semakin mudah untuk dilakukan.
Tak bisa dipungkiri jika sangat sulit bagi kita untuk tidak melakukan flexing ketika memiliki sesuatu untuk dipamerkan. Meski dilakukan secara online, tetapi kebiasaan flexing membuat manusia ingin terlihat memiliki kekayaan, menarik secara fisik, dan juga populer.
Menurut Cambridge Dictionary, flexing adalah tindakan untuk menunjukkan sesuatu yang kalian miliki atau rain, akan tetapi dengan cara yang dianggap orang lain tak menyenangkan. Lalu, menurut kamus Merriam Webster, flexing adalah tindakan memamerkan sesuatu yang dimiliki secara pribadi dengan cara lebih mencolok.
Istilah flexing sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1899 oleh Thorstein Veblen di bukunya yang berjudul The Theory of the Leisure Class: An Economic Study in the Evolution of Institutions.
Secara garis besar, flexing adalah suatu kebiasaan seseorang untuk memamerkan apa yang dimilikinya di media sosial. Kemudian, tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan oleh orang lain.
Contoh paling mudah dari tindakan flexing adalah seorang influencer yang flexing tas buatan desainer ternama atau kemewahan lainnya lewat media sosial. Tak bisa dipungkiri jika saat ini kita akan lebih mudah menemukan seseorang melakukan flexing dengan barang-barang mewah seperti yang disebutkan pada contoh tersebut.
Akan tetapi, beberapa dari mereka mungkin saja tak benar-benar menyukainya. Namun, di sisi lainnya mereka hanya ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain saja.
Meski begitu, untuk saat ini fenomena flexing juga kerap digunakan sebagai alat marketing suatu perusahaan. Dimana proses tersebut adalah sebagai bentuk aktivitas mengirimkan sinyal marketing atau market signaling.
Perusahaan yang melakukan metode advertisement ini biasanya akan bekerjasama dengan influencer media sosial. Harapannya adalah agar pengiriman sinyal marketing yang dilakukan oleh pihak influencer bisa lebih cepat menarik perhatian calon konsumen.
Dalam kondisi ini, fenomena flexing bisa berguna untuk membantu proses pengembangan usaha karena menjadi salah satu bagian dari alat marketing itu sendiri. Akan tetapi, pada kondisi khusus terkadang menjadikan flexing sebagai alat untuk menipu orang.
Sebagai contoh tindakan flexing yang tidak baik adalah ketika seorang affiliate trading yang memamerkan harta mereka agar masyarakat tergiur untuk mengikuti trading yang dipromosikan olehnya. Oleh sebab itu, masyarakat wajib banget lebih cermat dalam menilai seseorang yang tampil di media sosial dengan segala bentuk kemewahan yang mereka tunjukkan saat ini.
Penyebab Terjadinya Fenomena Flexing
Flexing adalah suatu tindakan memamerkan benda yang dimilikinya kepada khalayak umum. Biasanya fenomena flexing lebih banyak dilakukan secara online seperti di media sosial.
Saat ini, keberadaan fenomena flexing juga kerap digunakan sebagai metode marketing oleh suatu perusahaan untuk memasarkan produknya serta menarik perhatian para calon konsumen.
Keluar dari metode marketing yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk produk mereka. Fenomena flexing yang dilakukan oleh diri sendiri untuk memamerkan barang pribadi juga bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa penyebab.
Lantas, apa saja penyebab terjadinya kebiasaan flexing yang dilakukan oleh seseorang? Berikut adalah penjelasan akan beberapa faktor yang bisa menyebabkan kebiasaan flexing itu terjadi.
1. Insecure
Flexing dapat terjadi disebabkan oleh kondisi insecure dalam diri seseorang. Mereka akan melakukan tindakan flexing ketika merasa bahwa keberadaan dirinya kurang dihargai atau kurang dianggap penting oleh orang lain. Mereka akan menunjukkan kepada khalayak umum jika dirinya berhak untuk bisa diterima di dalam suatu lingkungan serta mendapatkan pengakuan dari orang lain.
2. Kurang Empati
Kebanyakan dari mereka yang melakukan tindakan flexing tidak akan menyadari jika perilaku yang dilakukannya bisa membuat orang lain merasa tak nyaman atau bahkan merasa begitu terganggu.
Itu artinya, tindakan flexing dapat terjadi karena kurangnya rasa empati pada seseorang yang melakukan flexing. Maka dari itu, karena tersebut membuat mereka (flexing) kurang disukai oleh orang lain. .
3. Masalah Kepribadian
Mereka yang melakukan tindakan flexing biasanya juga bisa dipengaruhi oleh adanya permasalahan dalam kepribadiannya. Ada beberapa masalah kepribadian yang bisa menyebabkan seseorang begitu suka mencari perhatian, sehingga membutuhkan pengakuan serta ingin diperlakukan oleh orang lain apabila dirinya merupakan yang paling hebat bila dibandingkan dengan orang lain yang ada disekitarnya.
4. Tekanan Sosial
Tindakan flexing juga dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki tekanan sosial di dalam lingkungannya. Tak bisa dipungkiri jika tekanan sosial di lingkungan sekitar bisa terjadi pada siapa saja. Sebagai contohnya adalah adanya tuntutan gaya hidup dalam pergaulan yang bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan flexing.
5. Mencari Perhatian
Salah satu penyebab terjadinya tindakan flexing yang dilakukan oleh seseorang adalah untuk mencari perhatian orang yang disekitarnya maupun orang tertentu yang mereka tuju. Mereka akan melakukan berbagai macam cara agar bisa membuat orang yang mereka tuju mengetahui keberadaannya. Sebagai contohnya adalah menggunakan penampilan yang mencolok atau bersikap yang bisa membuat dirinya mendapatkan perhatian dari orang lain.
Itulah beberapa penyebab yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan flexing. Pada dasarnya, flexing yang dilakukan oleh seseorang tak lain hanya untuk mencari perhatian atau mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun, karena adanya perubahan zaman dan perkembangan teknologi, maka banyak orang yang salah mengartikan flexing.
Akibat yang Ditimbulkan dari Tindakan Flexing
Meski tindakan flexing yang digunakan untuk tujuan strategi marketing bisa sangat memberikan keuntungan. Akan tetapi, jika tindakan flexing dilakukan dengan tujuan pamer kekayaan, tentunya hal tersebut juga akan memberikan dampak kurang baik.
Nah, agar kalian juga semakin paham apa saja dampak yang bisa ditimbulkan dari tindakan flexing dengan tujuan pamer kekayaan, maka bisa simak penjelasannya di bawah ini.
1. Adanya Potensi Memaksakan Keadaan
Dampak yang pertama dari adanya tindakan flexing yang dilakukan hanya untuk pamer kekayaan adalah bisa menimbulkan perilaku memaksakan keadaan. Hal ini karena mereka yang melakukan flexing terbiasa tampil dengan barang-barang mewah yang mengakibatkan mereka ingin selalu menunjukkan eksistensinya.
Hal ini ternyata sangat berbahaya ketika di kemudian hari pihak yang melakukan flexing tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Tentunya kondisi tersebut bisa mengarah ke pemaksaan tujuan.
Dengan kata lain, mereka yang sudah terbiasa melakukan tindakan flexing biasanya akan selalu berupaya untuk melakukan tindakan flexing walaupun keadaannya sedang tidak memungkinkan sekalipun.
2. Terasa Sulit Mendapatkan Teman
Banyak orang menganggap jika memiliki kekayaan bisa menarik perhatian orang lain dan lebih mempermudah untuk mendapatkan teman. Namun, fakta yang terjadi sebenarnya adalah ketika seseorang terbiasa melakukan tindakan flexing justru akan sulit untuk mendapatkan teman.
Sebuah studi menyebutkan jika ada sekitar 66 persen orang cenderung memilih mobil mewah dibandingkan mobil standar. Akan tetapi, kebanyakan orang akan lebih senang untuk berteman dengan mereka yang memiliki keadaan standar.
3. Dapat Mengganggu Kepribadian
Dampak lain yang bisa diakibatkan dari adanya tindakan flexing pamer kekayaan adalah bisa mengganggu kepribadian. Seorang psikolog di Knox College penulis buku The High Price of Materialism memberikan penjelasan jika seseorang yang melakukan tindakan flexing memiliki sifat kurang empati, kurang prososial dan lebih kompetitif, sehingga akan mengganggu kepribadiannya sendiri.
Selain itu, seseorang yang terbiasa melakukan tindakan flexing juga cenderung untuk tidak memberikan dukungan terhadap kelestarian lingkungan. Bahkan, mereka cenderung mendukung keyakinannya yang merugikan dan juga diskriminatif.
Itulah beberapa dampak yang terjadi ketika seseorang melakukan tindakan flexing dengan tujuan hanya untuk pamer kekayaan. Jadi, sebaiknya sebisa mungkin agar kamu menghindar dari tindakan flexing.
Cara Agar Tidak Terjebak dalam Fenomena Flexing
Dilihat dari dampak fenomena flexing yang digunakan hanya untuk pamer kekayaan seperti pada penjelasan di atas. Tentunya tindakan flexing akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itu, sebaiknya kita mengetahui cara menghindari agar tidak terjebak pada fenomena flexing. Ada beberapa cara agar terhindar dari fenomena flexing pamer kekayaan, antara lain:
1. Berpikir Kritis
Cara pertama yang bisa kalian lakukan adalah dengan membiasakan diri sendiri untuk mencari tahu fakta dan data dari setiap informasi yang ada. Berikan, ketika menerima suatu pertanyaan jangan langsung memberikan respon maupun menyerap begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana dampak terhadap diri kalian sendiri maupun orang lain.
Ketika kalian sudah mulai mencoba untuk berpikir kritis, maka setidaknya apapun keputusan yang akan kalian ambil setelahnya akan didasarkan dari logika dan bukan dari emosi semata. Mencerna dan menelan informasi yang masuk akan membantu kalian untuk bisa lebih paham apa yang sebenarnya dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh diri sendiri.
Hal ini perlu dilakukan karena tak semua informasi itu sifatnya baik-baik dan dapat memberikan manfaat yang begitu nyata bagi diri kalian. Jadi, mulailah untuk belajar menyerap informasi yang benar-benar penting, bermanfaat serta berdasarkan dengan fakta dan juga data yang ada.
2. Kerjakan Apa yang Kalian Ketahui
Semakin berkembangnya dunia teknologi akan semakin memudahkan kalian untuk bisa mengetahui semua hal. Mulai dari yang dibutuhkan hingga yang mungkin tak dibutuhkan sekalipun bisa dengan mudah untuk didapatkan.
Meskipun begitu, usahakan untuk tidak secara mudah mempercayai dan langsung mengerjakannya begitu saja tanpa mencari tahu terlebih dahulu seluruh informasi yang ada. Sebagai contohnya adalah ketika kalian tergiur dengan berbagai macam jenis investasi yang ditawarkan karena memang melihat banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan.
Namun, sebelum memutuskan untuk melakukan investasi tersebut. Kalian bisa mencoba untuk mencari tahu lebih dalam dan lebih detail lagi, seperti investasi jenis apa yang memang kalian butuhkan, produknya apa saja, resiko yang diberikan bagaimana, keuntungan yang didapatkan apa saja, jangkauan waktu yang dibutuhkan berapa lama dan lainnya.
Karena bisa jadi kekayaan dan materi yang kalian lihat pada mereka yang menawarkan berbagai macam investasi tersebut tidak akan terjadi dengan cara instan, pastinya akan ada proses panjang di dalamnya. Oleh karena itu, cobalah untuk lebih bijak dalam melakukan sesuatu yang sudah diketahui dan sudah terbiasa. Jadi, jangan sampai hanya karena tergiur serta mengikuti tren tanpa benar-benar tahu keseluruhan informasi sebenarnya, sehingga bisa merugikan diri sendiri.
3. Filter Media Sosial
Tak bisa dipungkiri jika setiap informasi yang ada di dunia internet tak akan bisa kalian kendalikan. Oleh karena itu, kalian sendirilah yang bisa mengendalikan informasi yang ada di dunia internet seperti yang ada di dalam media sosial.
Pandailah dalam memilih setiap akun atau channel yang memang memberikan manfaat dan benar-benar kalian butuhkan agar terhindar dari budaya flexing pamer kekayaan yang mungkin akan semakin membuat kalian terlalu overthinking.
Jika memang sudah terlanjur terjebak di dalamnya, sebaiknya kalian menghindari saja. Sebisa mungkin kalian tidak terjebak hingga dikendalikan oleh media sosial, karena pada dasarnya kalianlah yang harus mengendalikan diri sendiri saat bermain media sosial. Dengan begitu, kalian akan merasakan manfaatnya untuk diri kalian sendiri maupun orang lain disekitar.
4. Fokus Pada Tujuan
Belajar dan menata ulang kembali titik fokus kalian adalah hal yang bisa dilakukan. Hindari dan hilangkan semua distraksi yang ada terkait dengan materi maupun pada orang-orang yang selalu pamer kekayaan. Lebih fokuslah pada tujuan pribadi dan nikmati setiap proses yang dilalui, karena semua usaha dan kerja keras kalian sendirilah yang nantinya akan memberikan hasil.
Materi dan semua kekayaan adalah hasil akhir yang akan kalian dapatkan setelah melalui berbagai macam proses di dalamnya dan tentunya hal tersebut bukanlah tujuan yang sebenarnya. Fokus terhadap tujuan, cita, mimpi dan beberapa hal lain yang memang harus kalian kejar dan wujudkan serta bisa membuat kalian terus untuk belajar dan bertumbuh setiap harinya.
5. Berhenti Mencari Validitas Orang Lain
Cara yang terakhir adalah berhenti mencari validitas orang lain. Bukan tugas kalian untuk selalu memenuhi ekspektasi atau keinginan orang lain dan membuat mereka senang. Mungkin kalian tanpa sadar jika selama ini terlalu sibuk untuk memenuhi ekspektasi orang lain serta mencari validasi dari berbagai macam hal yang dilakukan.
Padahal validasi, ekspektasi, dan juga justifikasi dari orang lain tidak sepenuhnya bisa menggambarkan siapa dirimu dan apa yang akan kalian capai berikutnya. Jika kalian masih selalu memenuhi ekspektasi dan meminta validasi dari orang lain, maka kalian hanya akan lelah tanpa mendapatkan hasil apapun, karena pada dasarnya validasi itu hanya ada di dalam diri kalian sendiri.
Itulah rangkuman tentang fenomena flexing yang kerap terjadi saat ini dan pengertian flexing adalah. Cobalah untuk tidak melakukan tindakan flexing yang hanya untuk sekadar pamer kekayaan semata.
Kamu juga bisa mencari berbagai macam buku yang berhubungan dengan harta di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Hendrik Nuryanto
BACA JUGA:
- Jemawa dan Cara Menghindarinya
- Arti Crazy Rich: Mengenal yang Kaya Sungguhan dan Pura-Pura Kaya
- 15 Langkah Cerdas Menjadi Orang Kaya
- Mengenal Pola Hidup Sederhana, Contoh Hidup Sederhana & Manfaatnya
- Kumpulan Kata Bahasa Inggris yang Sering Dipakai Anak Jaksel
- Ala Carte
- Apa Itu Friendzone
- Beda Trailer dan teaser
- Beauty Privilege
- Boys Don’t Cry
- Buzzer
- Childfree
- Chill
- Cegil
- Connecting Room
- Cowok Fiksi
- Dejavu
- Disrupsi Teknologi
- Emot Batu
- Fabel
- Flexing
- Gap Analysis
- Gaji Kompetitif
- Happy Graduation
- Istilah untuk Orang Merasa Paling Benar
- Inovatif
- Jamet
- Low Profile
- Old Money
- Pseudecode
- Sugar Daddy
- Slebew
- Pengertian NPWP
- Pengertian Pertumbuhan Penduduk
- Privilege
- Represif
- Subjektif
- Tanda Kecakapan Khusus Pramuka (TKK)
- Ottoke
- Vibes
- Volunteering
- You Can Call Me
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien