in

Flexing: Mengenal Tanda-tanda, Penyebab, dan Cara Mengatasi

sumber: Money Guy

Flexing Artinya – Pernah nggak sih kamu melihat seseorang yang sering pamer barang mewah, gaya hidup glamor, atau pencapaian pribadi di media sosial? Atau mungkin kamu sendiri pernah merasa ingin menunjukkan keberhasilan atau barang-barang yang kamu miliki? Fenomena ini dikenal dengan istilah flexing.

Di era digital seperti sekarang, flexing sudah menjadi hal yang cukup lumrah dan sering kita temui di berbagai platform media sosial. Meskipun terlihat seperti hal yang biasa, flexing sebenarnya memiliki makna dan alasan tertentu di baliknya. Tapi, apa sih sebenarnya arti dari flexing, bagaimana cara orang menunjukkannya, dan kenapa mereka merasa perlu melakukannya? Yuk, kita bahas lebih dalam di artikel ini agar kamu bisa lebih paham tentang fenomena yang satu ini, serta dampak dan pengaruhnya dalam kehidupan kita sehari-hari!

Arti Flexing

Holiday Sale

Flexing artinya ialah, sebuah istilah untuk suatu perilaku yang menunjukkan atau memamerkan sesuatu dengan tujuan untuk menarik perhatian orang lain atau menunjukkan status sosial. Dalam konteks yang lebih luas, flexing sering kali berkaitan dengan pamer kekayaan, pencapaian, atau barang-barang mewah. Misalnya, seseorang yang memposting foto mobil baru yang mahal, jam tangan mewah, atau bahkan perjalanan ke tempat-tempat eksklusif di media sosial, biasanya ini dianggap sebagai bentuk flexing.

sumber: Money Guy

Pada dasarnya, flexing bisa dilihat sebagai cara seseorang untuk memberi tahu dunia bahwa mereka memiliki sesuatu yang istimewa atau lebih baik daripada orang lain. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun flexing sering dikaitkan dengan pamer materi, bisa juga dalam bentuk pamer pencapaian, kemampuan, atau bahkan penampilan. Fenomena ini biasanya lebih sering terjadi di media sosial, di mana orang berlomba-lomba menunjukkan sisi terbaik atau paling mengesankan dari diri mereka.

Namun, tak jarang pula flexing mendapat kritik, karena dianggap sebagai bentuk kesombongan atau upaya untuk mengekspos diri secara berlebihan. Yang jelas, flexing merupakan sebuah fenomena sosial yang cukup banyak diperbincangkan di era modern ini.

Happiness Without Money: Hidup Irit (Bukan Pelit) Agar Bahagia

Bisakah kita hidup terbebas dari uang? Bisakah kita melalui hari-hari dengan bahagia tanpa menggunakan uang? Ya, kita memang tidak bisa hidup tanpa uang. Happiness Without Money pun bukan berarti tidak punya uang atau miskin dalam arti harfiah. Ini tentang bagaimana mengurangi keinginan berlebihan kita, membeli barang berkualitas bagus sesuai keperluan, dan menginvestasikan uang untuk keberlangsungan kehidupan. Koike Ryunosuke membagikan bagaimana ia menggunakan uang dalam hidupnya dan mengajak kita bagaimana menggunakan uang dengan irit (bukan pelit) agar mendatangkan kebahagiaan. Buku ini akan memberikan tips dan trik seputar mengatur keuangan. Ada banyak keuntungan yang akan didapatkan bila kita menggunakan uang dengan irit sesuai dengan kebutuhan, salah satunya yaitu kita dapat memiliki tabungan yang akan digunakan untuk kepentingan darurat atau lainnya. Buku ini juga akan mengajak kita mengetahui pentingnya hidup hemat dan tidak boros, karena hidup boros akan merugikan kita dan membuat uang kita habis. Mulai sekarang, belilah barang-barang yang sesuai dengan kebutuhanmu sembari menyisihkan uang untuk masa depan yang lebih baik!

Tanda-tanda Kamu Suka Flexing

Ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang cenderung suka flexing, atau memamerkan kekayaan, pencapaian, atau hal-hal yang mereka anggap bisa meningkatkan status sosialnya. Jika kamu merasa sering melakukan beberapa hal ini, mungkin saja kamu sedang berada dalam fase flexing, bahkan tanpa sadar. Berikut adalah beberapa tanda yang bisa kamu perhatikan:

Sering Memamerkan Barang Mewah atau Mahal Secara Sengaja

Salah satu tanda yang paling umum adalah kecenderungan untuk memamerkan barang-barang mewah atau mahal, seperti tas desainer, gadget terbaru, atau mobil mewah. Kamu merasa perlu untuk menunjukkan bahwa kamu memiliki barang-barang ini untuk mendapatkan pengakuan atau perhatian orang lain.

Sering Mengunggah Foto atau Cerita tentang Pencapaian Pribadi

Jika kamu sering mengunggah foto atau cerita tentang pencapaian pribadi, seperti kesuksesan di karier, pendidikan, atau kehidupan sosial, bisa jadi itu merupakan bentuk flexing. Ini adalah cara untuk memberi tahu orang lain betapa suksesnya kamu dan bahwa kamu lebih baik dibandingkan yang lain.

Menggunakan Media Sosial untuk Memperlihatkan Kehidupan Mewah

Jika kamu sering memperlihatkan kegiatan yang dianggap mewah atau istimewa, seperti makan di restoran mahal, berlibur ke destinasi eksklusif, atau menghadiri acara-acara bergengsi, bisa jadi itu adalah bentuk flexing. Tujuannya untuk menunjukkan gaya hidup yang luar biasa atau lebih unggul dibandingkan orang lain.

Mengungkapkan Kelebihan dengan Cara yang Memaksa

Tanda lainnya adalah kecenderungan untuk selalu mengungkapkan kelebihanmu, baik itu dalam hal keahlian, kemampuan, atau pengetahuan. Kamu merasa bangga dan ingin dilihat lebih pintar, lebih berbakat, atau lebih sukses daripada orang lain di sekitarmu bahkan dengan cara memaksa dan merendahkan orang lain.

Membandingkan Diri dengan Orang Lain Secara Terbuka

Jika kamu sering membandingkan diri dengan orang lain, baik itu dalam hal penampilan, pencapaian, atau kekayaan, itu adalah indikasi bahwa kamu mungkin suka flexing. Hal ini seringkali dilakukan secara halus melalui percakapan atau postingan di media sosial untuk menegaskan posisi atau status kamu yang lebih tinggi.

Merasa Perlu Mendapatkan Pengakuan Orang Lain

Jika kamu merasa harus mendapatkan pengakuan dari orang lain untuk hal-hal yang kamu miliki atau capai, dan itu membuatmu merasa lebih baik tentang diri sendiri, maka itu bisa menjadi tanda kamu suka flexing. Kamu mungkin tidak hanya mencari perhatian, tetapi juga validasi sosial yang datang dari hal-hal yang kamu tunjukkan.

Jika kamu menemukan diri kamu dalam beberapa tanda ini, mungkin sudah saatnya untuk berhenti sejenak dan merenungkan apakah perilaku ini membantu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain atau justru membuatmu lebih terfokus pada citra diri.

Seni Hidup Sederhana : Hidup Pas-Pasan adalah Kunci

Mulanya kita akan diajak untuk memahami keberadaan diri kita sendiri sebagai manusia yang ada di dunia. Perubahan demi perubahan kebudayaan manusia di tiap masanya, hingga kondisinya menjadi seperti sekarang ini. Apa pun dapat diukur dengan uang dan orang-orang berlomba untuk memiliki harta yang lebih banyak. Terlepas dari masalah tersebut kita akan mencari tahu mengenai awal mula hasrat manusia untuk memiliki. Kenapa manusia suka memiliki benda-benda dan berlomba-lomba mendapatkannya? Kita akan membicarakan hubungan pria dan wanita, konsep uang, dan konsep modal yang tak bisa lepas dari kehidupan. Semuanya akan bermuara pada besarnya hasrat kita untuk memiliki banyak harta. Nah, pada akhirnya nanti kita akan mengetahui bahwa sebenar-benar dan sebahagia-bahagianya hidup adalah hidup dengan gaya pas-pasan.

Karakteristik Sifat Flexing

Sifat flexing sering kali terlihat dalam perilaku seseorang yang merasa perlu menunjukkan status sosial, kekayaan, atau pencapaian pribadinya kepada orang lain. Karakteristik dari orang yang suka flexing ini bisa beragam, namun umumnya memiliki beberapa ciri khas yang bisa dikenali. Berikut adalah beberapa karakteristik yang umum dimiliki oleh orang dengan sifat flexing:

Selalu Ingin Menonjol

Orang yang suka flexing cenderung memiliki keinginan kuat untuk selalu menonjolkan diri. Mereka ingin dilihat dan dikenali lebih dari orang lain, baik itu melalui penampilan fisik, barang-barang mewah, atau pencapaian dalam hidup. Hal ini sering terlihat dalam interaksi sosial, di mana mereka berusaha agar perhatian tertuju pada diri mereka.

Bergantung pada Pengakuan Orang Lain

Karakteristik utama dari flexing adalah ketergantungan pada pengakuan eksternal. Seseorang dengan sifat ini merasa dihargai atau diakui jika orang lain mengomentari atau memuji pencapaian, kekayaan, atau gaya hidup mereka. Tanpa pengakuan tersebut, mereka bisa merasa tidak puas dengan hidup mereka.

Mengutamakan Penampilan di Depan Orang Lain

Salah satu ciri lainnya adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan penampilan di depan orang lain. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, hingga barang-barang yang mereka miliki, semuanya akan diperhatikan untuk menunjukkan kesan mewah dan sukses. Penampilan ini menjadi cerminan dari bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain.

Fokus pada Materi dan Kekayaan

Orang yang memiliki sifat flexing seringkali sangat terfokus pada materi dan kekayaan. Bagi mereka, memiliki barang-barang mewah, uang, atau kekuasaan adalah cara untuk menunjukkan bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain. Ini bisa terlihat dalam cara mereka berbicara tentang apa yang mereka miliki atau kegiatan yang mereka lakukan.

Merasa Takut Kehilangan Status Sosial

Karakteristik lain dari orang yang suka flexing adalah ketakutan yang mendalam terhadap penurunan status sosial. Mereka merasa cemas jika tidak lagi bisa mempertahankan citra mereka yang mewah atau sukses. Ketakutan ini sering kali mendorong mereka untuk terus-menerus menunjukkan hal-hal yang bisa menegaskan posisi mereka di masyarakat.

Memiliki Keinginan untuk Mempengaruhi Persepsi Orang Lain

Orang dengan sifat flexing sering kali berusaha mempengaruhi cara pandang orang lain tentang diri mereka. Mereka ingin orang lain melihat mereka sebagai seseorang yang sukses, kaya, atau lebih berprestasi. Oleh karena itu, mereka sering berbagi informasi atau pengalaman yang mengesankan untuk membangun citra tersebut.

Karakteristik-karakteristik di atas menggambarkan bahwa flexing bukan hanya tentang memamerkan barang atau pencapaian, tetapi lebih pada bagaimana seseorang ingin dilihat oleh orang lain dan bagaimana mereka mengukur harga diri mereka berdasarkan pengakuan eksternal.

Penyebab Orang Suka Flexing

Orang yang suka flexing cenderung memiliki motivasi tertentu di balik perilaku mereka. Penyebab dari perilaku ini bisa sangat bervariasi, namun seringkali terkait dengan kebutuhan emosional dan sosial yang mendalam. Berikut adalah beberapa penyebab mengapa seseorang mungkin suka flexing:

Kebutuhan untuk Diperhatikan dan Diakui

Salah satu penyebab utama seseorang suka flexing adalah kebutuhan untuk diperhatikan dan diakui oleh orang lain. Dalam banyak kasus, seseorang merasa bahwa dengan menunjukkan kekayaan, status, atau pencapaian mereka, mereka akan mendapatkan perhatian yang mereka cari. Pengakuan ini bisa memberi mereka rasa harga diri yang lebih tinggi dan membantu mereka merasa lebih dihargai dalam lingkungan sosial.

Keinginan untuk Meningkatkan Status Sosial

Banyak orang yang suka flexing melakukannya karena mereka ingin menaikkan status sosial mereka di mata orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa memiliki barang-barang mewah, gaya hidup yang glamor, atau pencapaian yang mengesankan dapat memberi mereka kedudukan yang lebih tinggi dalam kelompok sosial. Status sosial ini sering dianggap sebagai simbol keberhasilan dan pengaruh dalam masyarakat.

Ketidakamanan dan Kebutuhan untuk Mencari Validasi

Beberapa orang yang suka flexing mungkin melakukannya sebagai cara untuk menutupi rasa ketidakamanan mereka. Dengan menunjukkan kekayaan atau kesuksesan, mereka berharap bisa menutupi kekurangan atau ketakutan mereka akan penilaian negatif dari orang lain. Mereka merasa bahwa dengan memperoleh validasi eksternal, mereka bisa merasa lebih aman dan diterima dalam lingkungan sosial.

Budaya Konsumerisme dan Pengaruh Media Sosial

Di era media sosial saat ini, budaya konsumerisme dan pamer menjadi sangat kuat. Banyak orang merasa terdorong untuk memamerkan apa yang mereka miliki karena melihat orang lain melakukan hal yang sama di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook. Media sosial seringkali menampilkan kehidupan yang tampak sempurna, dan ini dapat memotivasi orang untuk mengikuti tren dan menunjukkan pencapaian mereka agar tidak merasa tertinggal.

Pengaruh Lingkungan dan Teman Sejawat

Lingkungan sosial di sekitar seseorang bisa sangat mempengaruhi perilaku mereka. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang sangat kompetitif atau materialistis, mereka mungkin lebih cenderung untuk terjebak dalam perilaku flexing. Teman-teman atau rekan kerja yang terus-menerus menunjukkan barang-barang mahal atau pencapaian besar dapat menciptakan tekanan untuk ikut serta dalam perilaku serupa untuk merasa diterima.

Perasaan Kekuasaan dan Kontrol

Beberapa orang merasa bahwa dengan memamerkan kekayaan atau status mereka, mereka memperoleh kontrol atas situasi atau hubungan sosial. Flexing menjadi cara untuk menunjukkan kekuasaan atau dominasi, baik itu dalam konteks pekerjaan, keluarga, atau pertemanan. Ini memberikan rasa kontrol atas bagaimana orang lain melihat dan memperlakukan mereka.

Pencarian Kebahagiaan dan Pemenuhan Diri

Meskipun tidak selalu disadari, beberapa orang suka flexing karena mereka merasa bahwa pencapaian eksternal seperti kekayaan atau barang mewah adalah tanda kebahagiaan dan pemenuhan diri. Mereka menganggap bahwa semakin banyak yang bisa mereka pamerkan, semakin bahagia mereka akan merasa. Hal ini seringkali menunjukkan bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada hal-hal material dan pengakuan dari orang lain, bukan pada kebahagiaan internal yang lebih mendalam.

Membangun Identitas Diri

Seringkali, perilaku flexing juga terkait dengan upaya membangun identitas diri. Bagi beberapa orang, barang atau pencapaian tertentu bisa menjadi bagian dari siapa mereka atau bagaimana mereka ingin dilihat oleh dunia. Memiliki barang-barang mewah atau status sosial yang tinggi bisa dianggap sebagai cara untuk membentuk dan menegaskan identitas diri yang diinginkan.

Penyebab dari perilaku flexing ini menunjukkan bahwa kebutuhan emosional dan sosial yang mendalam sering menjadi alasan utama di balik tindakan tersebut. Perasaan ingin diakui, diterima, atau bahkan merasa lebih baik dari orang lain bisa mendorong seseorang untuk terus menerus memamerkan apa yang mereka miliki.

Seni Hidup Hemat

Berhemat itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Meski demikian, berhemat juga bukan hal yang mustahil. Pengalaman selama beberapa tahun bekerja mengajarkan penulis banyak hal, terutama yang berkaitan dengan perencanaan keuangan dan dengan buku ini penulis membagikannya kepada pembaca.

Cita-cita untuk mencapai kemerdekaan finansial bagi kebanyakan orang adalah ilusi. Serapi dan seteliti apa pun perencanaan pengeluaran keuangan yang dibuat dalam praktiknya, banyak orang yang akan mengalami kejutan demi kejutan yang berimbas pada posisi keuangan personal yang sering kali tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, gaya hidup hemat, bagaimana pun, memiliki peranan yang bukan sekadar gaya hidup, tetapi juga bentuk kesadaran penuh atas kondisi bagaimana seseorang memandang materi, dalam hal ini: uang.

Ada banyak tulisan serta buku mengenai gaya hidup hemat yang dapat dibaca untuk mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun buku ini menawarkan lebih dari itu. Ada landasan filosofis yang dapat diambil sehingga dapat menggugah kesadaran kita semua atas pentingnya untuk menjadi hemat. Pro dan kontra mengenai buku ini juga ikut dibahas sehingga siapa pun yang ingin menerapkan gaya hidup ini dapat dengan penuh kesadaran ketika menerapkannya.

Cara Mengurangi Sikap Suka Flexing

Sikap flexing, meskipun dapat memberikan perasaan sementara tentang kebanggaan dan pengakuan, seringkali tidak sehat jika dilakukan berlebihan. Ini bisa menciptakan kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain secara tidak realistis, dan bahkan bisa merusak hubungan sosial. Jika kamu merasa sikap flexing ini mulai mengganggu kehidupanmu atau ingin menguranginya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pola pikir dan sikap tersebut.

Fokus pada Kesehatan Mental dan Kebahagiaan Internal

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi sikap flexing adalah dengan fokus pada kebahagiaan yang datang dari dalam. Alih-alih mencari validasi eksternal, belajarlah untuk merasa puas dengan diri sendiri tanpa harus membandingkan diri dengan orang lain. Berlatih untuk menghargai pencapaian pribadi yang lebih dalam, seperti perkembangan diri, hubungan yang sehat, dan pencapaian non-material, dapat membantu mengalihkan perhatian dari kebutuhan untuk selalu memamerkan barang-barang atau kesuksesan.

Bangun Rasa Percaya Diri yang Sehat

Flexing sering kali berasal dari ketidakamanan atau rasa kurang percaya diri. Untuk menguranginya, penting untuk bekerja pada membangun rasa percaya diri yang sehat. Ini bisa dimulai dengan mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri tanpa merasa perlu untuk selalu membuktikan sesuatu kepada orang lain. Ingat, rasa percaya diri yang sejati datang dari menerima diri apa adanya, bukan dari apa yang kamu miliki atau tunjukkan kepada orang lain.

Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Salah satu pemicu utama dari flexing adalah perbandingan sosial. Jika kamu sering merasa perlu untuk memamerkan kekayaan atau pencapaian untuk merasa setara dengan orang lain, ini mungkin karena kamu terus-menerus membandingkan dirimu dengan mereka. Cobalah untuk menghentikan kebiasaan ini dan fokus pada perjalanan pribadimu. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing, dan pencapaian orang lain tidak harus menjadi tolak ukur keberhasilan atau kebahagiaanmu.

Berlatih Rasa Syukur

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi sikap flexing adalah dengan berlatih rasa syukur. Fokus pada apa yang kamu miliki dan nikmati dalam hidupmu, baik itu hubungan, kesehatan, atau pengalaman yang membentukmu. Dengan menghargai hal-hal yang tidak selalu terlihat di luar, kamu akan lebih cenderung merasa bahagia tanpa merasa perlu untuk memamerkan kekayaan atau status. Rasa syukur ini bisa membantu menyeimbangkan perspektif hidupmu dan mengurangi dorongan untuk terus menunjukkan apa yang kamu punya.

Fokus pada Pengembangan Diri dan Pencapaian Pribadi

Alih-alih memamerkan hal-hal material, berusahalah untuk mengembangkan diri secara pribadi. Pencapaian dalam aspek kehidupan seperti pendidikan, keterampilan, dan pengembangan karier bisa menjadi bentuk pencapaian yang lebih bermakna dan mendalam. Jika kamu lebih fokus pada diri sendiri dan pencapaian yang tidak bergantung pada barang-barang mewah, kamu akan merasa lebih puas dan percaya diri tanpa perlu mencari pengakuan eksternal.

Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil

Dalam banyak kasus, flexing berfokus pada hasil—barang mewah, pencapaian besar, atau gaya hidup glamor. Padahal, hal yang lebih penting adalah proses yang dilalui untuk mencapai hasil tersebut. Belajar menikmati perjalanan dan pencapaian kecil yang kamu raih sepanjang jalan bisa membantu mengurangi dorongan untuk terus memamerkan hasil akhirnya. Dengan menghargai setiap langkah, kamu akan menemukan kebahagiaan yang lebih otentik.

Kenali Pengaruh Media Sosial

Media sosial sering kali menjadi tempat di mana banyak orang terjebak dalam budaya flexing. Banyak orang merasa terdorong untuk memamerkan kehidupan mereka yang tampak sempurna karena melihat orang lain melakukan hal yang sama. Jika kamu merasa terpengaruh oleh hal ini, cobalah untuk lebih selektif dalam mengonsumsi media sosial. Kurangi waktu yang dihabiskan di platform yang memicu perasaan ingin flexing dan fokus pada akun atau konten yang menginspirasi dan memberdayakan dirimu secara positif.

Bersikap Rendah Hati

Salah satu cara untuk mengurangi flexing adalah dengan bersikap rendah hati. Menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari apa yang bisa dipamerkan, tetapi dari bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, bisa membantu mengalihkan fokus dari materialisme. Dengan lebih menghargai orang lain dan menunjukkan empati, kamu akan lebih merasa terhubung dengan lingkungan sekitar tanpa harus merasa perlu untuk selalu menunjukkan kelebihanmu.

Dengan menerapkan cara-cara ini, kamu bisa mengurangi kebiasaan flexing dan mulai fokus pada pencapaian yang lebih bermakna serta hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain. Ingat, kebahagiaan yang sesungguhnya bukan berasal dari benda atau status yang kita tunjukkan, tetapi dari kedamaian dalam diri dan cara kita berinteraksi dengan dunia.

Kesimpulan

Nah, itu dia pembahasan tentang flexing—mulai dari arti, tanda-tanda, hingga penyebabnya. Sebenarnya, yang perlu diingat adalah bahwa setiap orang berhak merasa bangga dengan pencapaian mereka, namun tetap penting untuk menjaga keseimbangan. Ketika kita terlalu sering memamerkan apa yang kita miliki atau raih, kita bisa saja melupakan makna kebahagiaan sejati yang berasal dari dalam diri kita sendiri.

Jadi, kalau kamu merasa sikap flexing mulai berlebihan, cobalah untuk lebih menghargai diri sendiri tanpa harus selalu mencari pengakuan dari orang lain. Fokuslah pada hal-hal yang lebih bermakna dalam hidup dan ingatlah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang apa yang kita tampilkan di depan orang lain, tapi bagaimana kita merasa puas dan bahagia dengan diri kita sendiri.

Yuk, langsung saja dapatkan buku ini dan buku best seller lainnya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Yasmin

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.