Perburuan liar dan perusakan habitat oleh manusia kini semakin meresahkan, khususnya bagi keberadaan hewan-hewan langka di dunia. Tidak sedikit hewan eksotis yang harus terancam jumlahnya. Apa saja jenis hewan langka di dunia yang keberadaannya terancam punah? Simak artikel di bawah ini dan ketahui hewan-hewan langka di dunia!
Table of Contents
Hewan Langka di Dunia
Hewan langka yang tersebar di berbagai dunia ini bisa saja mengalami kepunahan jika tidak dijaga habitat dan dilestarikan populasinya. Berikut adalah hewan-hewan eksotis yang jumlahnya semakin menipis:
1. Harimau Siberia
(Sumber foto: pexels.com)
Harimau Siberia (Panthera tigris altaica), juga dikenal sebagai Harimau Amur, adalah spesies harimau terbesar di dunia yang berasal dari kawasan Siberia Timur, Rusia, dan sebagian kecil wilayah di Cina. Mereka hidup di hutan taiga yang dingin dan pegunungan yang terpencil, yang membuat mereka berbeda dari harimau lain yang biasanya ditemukan di hutan tropis.
Harimau Siberia dapat mencapai panjang hingga 3,3 meter dan berat sekitar 300 kg. Bulu mereka tebal dan berwarna oranye dengan garis-garis hitam yang khas, berfungsi sebagai kamuflase di antara pepohonan dan semak-semak. Adaptasi fisik mereka, seperti lemak tubuh tebal dan bulu panjang, memungkinkan mereka bertahan dalam suhu ekstrem di bawah nol.
Harimau Siberia diburu untuk kulitnya yang indah, tulang-tulangnya yang dipercaya memiliki khasiat medis dalam pengobatan tradisional Tiongkok, dan bagian tubuh lainnya. Perburuan ini sangat mengurangi populasi harimau Siberia di alam liar.
Deforestasi besar-besaran untuk pembalakan kayu dan pembangunan telah mengurangi wilayah hidup mereka secara signifikan. Karena habitat alami mereka terus menyusut, harimau kehilangan tempat untuk berburu dan berkembang biak.
Saat hutan menghilang, Harimau Siberia mendekati pemukiman manusia, yang menyebabkan konflik. Kadang-kadang mereka dibunuh oleh petani atau pemburu ketika dianggap sebagai ancaman bagi hewan ternak.
Dengan wilayah yang semakin kecil dan terbagi-bagi, Harimau Siberia menjadi terisolasi satu sama lain. Ini mengurangi kesempatan untuk kawin silang yang sehat, meningkatkan risiko masalah genetik yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup jangka panjang spesies ini.
Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature), harimau Siberia tergolong dalam kategori “Terancam Punah” (Endangered). Saat ini, diperkirakan hanya sekitar 500 ekor yang tersisa di alam liar. Berkat upaya konservasi, seperti patroli anti-perburuan dan perlindungan habitat, populasi Harimau Siberia mulai stabil, namun tetap berada dalam risiko tinggi.
2. Badak Jawa
(Sumber foto: pexels.com)
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu spesies badak yang paling langka di dunia. Hewan ini termasuk dalam keluarga Rhinocerotidae dan hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia. Badak Jawa dikenal dengan ciri khasnya yang memiliki satu cula kecil di bagian atas hidung, berbeda dengan beberapa spesies badak lainnya yang memiliki dua cula. Badak ini memiliki tubuh besar, kulit yang tebal dan berwarna abu-abu kehitaman, serta dapat hidup hingga usia 30-40 tahun di alam liar.
Badak Jawa diperkirakan hanya tersisa sekitar 70 ekor di alam liar. Populasi ini sangat rentan terhadap kepunahan karena habitatnya yang terbatas dan populasinya yang sangat kecil. Dulu, badak ini tersebar di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, dan Laos, namun sekarang hanya ditemukan di Indonesia.
Deforestasi dan perambahan hutan untuk lahan pertanian dan pemukiman manusia telah secara drastis mengurangi habitat alami badak ini. Habitat yang semakin sempit membuat ruang gerak mereka terbatas, sehingga mengurangi kesempatan berkembang biak.
Cula badak memiliki nilai yang sangat tinggi di pasar gelap, terutama untuk digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa negara Asia. Hal ini menyebabkan badak sering menjadi target perburuan liar, meskipun sekarang sudah ada larangan dan pengawasan ketat.
Tak hanya itu saja, kesulitan reproduksi yang dialami oleh spesies Badak Jawa ini membuat jenisnya semakin sedikit. Dengan habitat yang terbatas, peluang untuk berkembang biak juga semakin kecil. Badak Jawa memiliki masa kehamilan yang panjang (sekitar 16 bulan) dan hanya melahirkan satu anak setiap beberapa tahun, sehingga pemulihan populasinya sangat lambat.
Taman Nasional Ujung Kulon menjadi benteng terakhir bagi Badak Jawa. Berbagai upaya konservasi dilakukan, seperti patroli rutin untuk mencegah perburuan, monitoring kesehatan badak, serta pemeliharaan habitat alami mereka. Namun, tantangan terbesar adalah menjaga habitat tetap aman dari ancaman manusia dan bencana alam.
Badak Jawa termasuk satwa yang dilindungi secara internasional dan dikategorikan sebagai sangat terancam punah oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature). Upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat sangat penting untuk melindungi spesies ini dari kepunahan.
3. Gorila Gunung
(Sumber foto: pexels.com)
Gorila Gunung (Gorilla beringei beringei) adalah salah satu dari dua subspesies gorila timur yang hidup di kawasan pegunungan di Afrika Tengah, khususnya di wilayah hutan tropis Pegunungan Virunga yang melintasi perbatasan antara Rwanda, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo. Mereka adalah primata besar yang memiliki struktur tubuh kuat dan berbulu lebat, yang membantu mereka bertahan di lingkungan pegunungan yang lebih dingin dibandingkan gorila lainnya.
Manusia menjadi ancaman utama bagi habitat alami mereka. Hutan-hutan tempat mereka tinggal semakin menyempit, yang memengaruhi populasi dan distribusi mereka. Meskipun gorila tidak sering diburu untuk daging atau keperluan lain, ada kasus di mana gorila terbunuh secara tidak sengaja oleh jerat yang dipasang untuk hewan lain, seperti kijang atau babi hutan. Selain itu, beberapa orang memburu gorila untuk dijual sebagai hewan eksotis atau mengambil bagian tubuh mereka sebagai sovenir.
Penyakit-penyakit seperti Ebola dan penyakit yang dibawa oleh manusia (misalnya flu) juga menjadi ancaman serius. Karena genetik gorila sangat mirip dengan manusia, mereka rentan terhadap penyakit yang bisa memusnahkan populasi dalam waktu singkat.
Kawasan tempat gorila gunung hidup sering berada di zona konflik atau daerah yang terpengaruh oleh perang sipil. Ini membuat perlindungan satwa liar menjadi sulit, serta meningkatkan tekanan pada habitat gorila.
Meskipun Gorila Gunung sangat terancam, ada harapan dengan meningkatnya upaya konservasi. Berbagai taman nasional seperti Taman Nasional Virunga dan Taman Nasional Bwindi memberikan perlindungan ketat terhadap spesies ini. Pengawasan, patroli anti-perburuan, serta pariwisata yang terkelola dengan baik (seperti ekowisata) telah membantu meningkatkan populasi gorila gunung.
Pada tahun 2020, populasi gorila gunung diperkirakan mencapai sekitar 1.000 individu, hasil dari upaya konservasi yang berhasil, meski jumlah ini masih tergolong sangat kecil. Karena itu, gorila gunung tetap dianggap sebagai spesies yang terancam punah oleh IUCN.
4. Panda Raksasa
(Sumber foto: pexels.com)
Panda Raksasa (Ailuropoda melanoleuca) adalah spesies mamalia yang sangat terkenal dan dilindungi, berasal dari wilayah pegunungan di Tiongkok tengah. Panda raksasa memiliki bulu hitam dan putih yang khas, dengan tubuh besar dan wajah bulat. Hewan ini sebagian besar memakan bambu, meskipun secara teknis mereka adalah karnivora, namun 99% makanannya adalah bambu. Dengan bentuk tubuh yang besar dan cakar yang kuat, panda raksasa mampu memanjat pohon dan berenang.
Panda raksasa hanya ditemukan di beberapa wilayah pegunungan di Tiongkok, seperti di provinsi Sichuan, Shaanxi, dan Gansu. Hilangnya hutan bambu yang menjadi habitat utama mereka karena pembangunan dan pertanian membuat tempat tinggal mereka semakin terbatas.
Panda raksasa terkenal sulit berkembang biak, baik di alam liar maupun dalam penangkaran. Mereka memiliki masa subur yang sangat pendek, hanya sekitar 2-3 hari setiap tahun, sehingga sulit bagi mereka untuk bereproduksi dengan cepat.
Pembangunan manusia, deforestasi, dan perambahan lahan pertanian telah mengurangi habitat alami panda. Hal ini membuat mereka semakin sulit mencari makanan dan tempat tinggal yang aman.
Panda raksasa sangat bergantung pada bambu sebagai sumber makanan utama. Namun, bambu juga rentan terhadap perubahan lingkungan dan hanya tumbuh di area terbatas, sehingga ketersediaan makanan bagi panda pun seringkali terancam.
Panda raksasa pernah berada di ambang kepunahan, dengan populasinya yang sangat sedikit pada awal abad ke-20. Berkat upaya konservasi besar-besaran, seperti pelestarian habitat dan penangkaran di kebun binatang, status panda raksasa telah meningkat dari “Terancam Punah” menjadi “Rentan”.
Berbagai langkah konservasi telah dilakukan oleh pemerintah Tiongkok dan organisasi internasional untuk melindungi panda raksasa, termasuk pembentukan cagar alam dan program penangkaran. Konservasi ini berhasil meningkatkan populasi mereka sedikit demi sedikit, meskipun panda raksasa masih dianggap satwa langka yang memerlukan perhatian serius.
5. Vaquita
(Sumber foto: pexels.com)
Vaquita (Phocoena sinus) adalah spesies lumba-lumba kecil yang hidup di Teluk California, Meksiko, dan merupakan mamalia laut paling langka di dunia. Salah satu alasan utama mengapa vaquita termasuk satwa langka adalah populasinya yang sangat sedikit, dengan diperkirakan kurang dari 10 ekor yang tersisa di alam liar.
Mereka menghadapi ancaman serius dari penangkapan ikan ilegal, khususnya penggunaan jaring insang (gillnets) yang digunakan untuk menangkap ikan totoaba. Ikan totoaba juga terancam punah dan memiliki nilai tinggi di pasar gelap karena kantong renangnya yang dihargai di pengobatan tradisional Cina.
Jaring insang yang digunakan nelayan untuk menangkap totoaba sangat berbahaya bagi vaquita. Vaquita sering terperangkap dalam jaring tersebut dan tidak bisa berenang ke permukaan untuk bernapas, sehingga akhirnya tenggelam dan mati.
Vaquita hanya hidup di area kecil di Teluk California, sehingga mereka sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan aktivitas manusia di wilayah tersebut. Kehilangan habitat juga menjadi salah satu ancaman bagi keberlangsungan spesies ini.
Vaquita memiliki tingkat reproduksi yang lambat, dengan betina hanya melahirkan satu anak setiap dua tahun. Ini membuat populasi mereka sangat sulit pulih, terutama di bawah tekanan perburuan yang intensif.
Meskipun berbagai upaya konservasi telah dilakukan, seperti larangan penggunaan jaring insang, penegakan hukum yang lemah di wilayah tersebut menyebabkan praktik-praktik ilegal tetap berlanjut.
6. Kanguru Pohon Goodfellow
(Sumber foto: pexels.com)
Kanguru Pohon Goodfellow (Dendrolagus goodfellowi) adalah spesies kanguru yang berasal dari Papua Nugini dan beberapa pulau di sekitarnya. Kanguru ini memiliki ciri khas tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan kanguru darat, dengan ukuran sekitar 70-100 cm dan berat sekitar 6-8 kg.
Mereka memiliki bulu yang tebal dan halus, biasanya berwarna coklat atau abu-abu, serta ekor yang panjang dan kuat, yang membantu mereka untuk bergelantungan di dahan-dahan pohon. Kanguru ini juga dikenal karena kemampuan melompat yang baik di antara cabang-cabang pohon.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan populasi mereka adalah deforestasi. Penebangan hutan untuk pertanian dan pemukiman manusia telah mengurangi habitat alami mereka, sehingga mengganggu populasi.
Meskipun tidak sebanyak spesies kanguru lainnya, perburuan untuk daging dan perdagangan hewan peliharaan juga mengancam kelangsungan hidup mereka. Di beberapa daerah, mereka diburu sebagai sumber makanan.
Habitat mereka yang terfragmentasi menyebabkan isolasi genetik. Hal ini dapat mengurangi keragaman genetik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit serta mengurangi kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Perubahan iklim juga dapat memengaruhi ekosistem tempat mereka hidup. Perubahan cuaca dapat mengganggu pola makanan dan memengaruhi kesehatan populasi kanguru pohon.
7. Saola
Saola (Pseudoryx nghetinhensis) adalah spesies mamalia langka yang ditemukan di hutan-hutan pegunungan di Vietnam dan Laos. Dikenal sebagai “Unicorn Asia,” saola memiliki penampilan yang unik dengan tanduk panjang dan lurus serta wajah mirip dengan bison, membuatnya terlihat seperti makhluk mistis.
Saola pertama kali ditemukan pada tahun 1992 dan sampai saat ini, populasinya sangat rendah. Diperkirakan hanya ada beberapa ratus individu yang tersisa di alam liar. Karena sangat sulit untuk ditemui, tidak ada angka pasti mengenai jumlah mereka.
Hutan-hutan di Vietnam dan Laos, tempat saola tinggal, terus mengalami kerusakan akibat deforestasi untuk pertanian, perladangan, dan pembangunan. Hal ini mengurangi area tempat tinggal dan sumber makanan mereka.
Saola juga terancam oleh perburuan liar. Meskipun tidak diburu secara langsung, saola sering terjebak dalam perangkap yang dipasang untuk hewan lain. Perangkap ini dapat membunuh atau melukai saola, semakin memperburuk status populasinya.
Banyak orang di daerah tempat tinggal saola tidak mengenali hewan ini, yang membuat upaya konservasi menjadi lebih sulit. Keterbatasan pengetahuan mengenai saola menyulitkan dalam melindungi spesies ini secara efektif.
Upaya untuk melindungi saola menghadapi banyak tantangan, termasuk korupsi, kekurangan dana, dan kurangnya dukungan masyarakat lokal untuk konservasi. Saola saat ini termasuk dalam daftar satwa yang sangat terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
8. Iberian Lynx
(Sumber foto: pexels.com)
Iberian Lynx (Lynx pardinus) adalah spesies kucing liar yang sangat langka, yang hanya ditemukan di Semenanjung Iberia, khususnya di Spanyol dan Portugal. Kucing ini dikenal dengan bulu yang bercorak dan ukuran tubuh yang relatif besar, serta telinga yang memiliki jumbai. Mereka juga memiliki bulu yang lebih panjang di bagian bawah tubuh, memberikan penampilan yang khas.
Pada awal 2000-an, populasi Iberian Lynx diperkirakan hanya tersisa sekitar 100 individu. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kehilangan habitat dan penurunan populasi mangsa utama mereka, yaitu kelinci Eropa.
Perubahan penggunaan lahan, seperti urbanisasi dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, telah mengurangi habitat alami lynx. Hal ini menyebabkan terfragmentasinya populasi dan mengurangi kesempatan mereka untuk berkembang biak.
Meskipun tidak diburu secara langsung, Iberian Lynx sering kali menjadi korban perburuan tidak terencana dan konflik dengan peternakan, di mana mereka dianggap sebagai ancaman bagi ternak.
Dengan jumlah individu yang sangat sedikit, populasi Iberian Lynx mengalami masalah genetik, yang dapat mengurangi kesuburan dan meningkatkan risiko penyakit.
Pemerintah Spanyol, bersama dengan organisasi konservasi, telah meluncurkan berbagai program untuk melindungi Iberian Lynx, termasuk pembentukan kawasan perlindungan dan program pemulihan kelinci Eropa. Upaya ini mulai menunjukkan hasil, dengan peningkatan populasi lynx yang diperkirakan kini mencapai lebih dari 400 individu.
9. Burung Kakapo
Burung Kakapo (Strigops habroptilus) adalah burung unik yang berasal dari Selandia Baru. Ini adalah satu-satunya spesies burung beo yang tidak bisa terbang, dengan tubuh yang besar dan bulu hijau kekuningan. Kakapo terkenal karena perilakunya yang nokturnal, aktif di malam hari, dan dietnya yang terdiri dari buah-buahan, daun, dan bunga.
Seperti banyak spesies endemik lainnya, Kakapo kehilangan habitatnya akibat penebangan hutan dan pengembangan lahan. Deforestasi telah mengurangi area tempat burung ini dapat bertahan hidup.
Setelah kedatangan manusia, berbagai spesies predator seperti kucing, anjing, dan tikus diperkenalkan ke Selandia Baru. Predator-predator ini sangat mengancam Kakapo, terutama karena burung ini tidak memiliki mekanisme pertahanan yang efektif melawan predator tersebut.
Kakapo memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Mereka memiliki siklus reproduksi yang unik, yang hanya terjadi beberapa tahun sekali. Selain itu, mereka tidak bisa bereproduksi dengan baik jika populasinya terlalu rendah, membuat pemulihan mereka menjadi lebih sulit.
Pada akhir abad ke-20, jumlah Kakapo hampir punah, dengan hanya sekitar 50 individu yang tersisa. Berkat upaya konservasi yang intensif, termasuk program penangkaran dan pengawasan ketat, jumlah Kakapo kini telah meningkat, tetapi tetap sangat rentan.
Saat ini, semua Kakapo hidup di pulau-pulau terpisah di Selandia Baru, seperti Pulau Codfish dan Pulau Anchor. Upaya untuk melindungi dan memperbanyak spesies ini sangat bergantung pada intervensi manusia, termasuk pengawasan habitat dan pengendalian predator.
10. Leopard Amur
(Sumber foto: pexels.com)
Leopard Amur (Panthera pardus orientalis) adalah subspesies kucing besar yang sangat langka dan termasuk dalam daftar hewan terancam punah. Leopard ini dapat ditemukan di wilayah Siberia Timur Jauh, khususnya di sekitar hutan lebat di Primorsky Krai dan sebagian kecil di Tiongkok. Ciri khas leopard Amur adalah pola bintik-bintiknya yang besar dan hitam di latar belakang kuning keemasan, serta tubuh yang kuat dan panjang.
Saat ini, diperkirakan hanya ada sekitar 100 individu leopard Amur yang tersisa di alam liar. Populasi ini sangat rentan terhadap ancaman eksternal, dan sedikitnya individu membuat mereka semakin terancam.
Deforestasi untuk pertanian, pembangunan kota, dan pembalakan liar telah mengurangi habitat alami leopard Amur. Penghancuran hutan menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan, yang berdampak langsung pada kemampuan mereka untuk bertahan hidup.
Leopard Amur juga menjadi sasaran perburuan ilegal untuk kulitnya yang bernilai tinggi dan bagian tubuh lainnya. Perdagangan satwa liar ilegal merupakan ancaman serius bagi keberadaan mereka di alam.
Seiring dengan hilangnya habitat, leopard sering kali berbenturan dengan manusia. Peternakan ternak menjadi sasaran predator alami ini, yang menyebabkan konflik antara leopard dan petani.
Meskipun ada beberapa upaya konservasi yang dilakukan untuk melindungi leopard Amur, tantangan dalam penerapan program yang efektif tetap ada. Perluasan wilayah konservasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan satwa langka sangat penting.
11. Tamarin Singa Emas
Tamarin Singa Emas adalah primata kecil yang berasal dari hutan hujan tropis Brasil. Dikenali dengan bulu berwarna emas yang mencolok dan wajah yang tampak menyerupai singa, spesies ini memiliki ukuran sekitar 20-30 cm panjang tubuh dan ekor yang lebih panjang dari tubuhnya. Mereka biasanya hidup dalam kelompok sosial yang terdiri dari 2 hingga 8 individu dan sangat aktif, terutama saat mencari makanan, yang terdiri dari buah-buahan, serangga, dan nektar.
Deforestasi menjadi penyebab utama penurunan populasi tamarin ini. Hutan hujan tempat tinggal mereka terus berkurang karena aktivitas pertanian, penebangan, dan pembangunan infrastruktur.
Meski tidak sepopuler beberapa spesies primata lainnya, tamarin ini masih menjadi target perburuan untuk perdagangan hewan peliharaan ilegal. Mereka sering ditangkap dan dijual sebagai hewan peliharaan.
Tamarin Singa Emas memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Mereka biasanya melahirkan dua anak setiap dua tahun, sehingga sulit bagi populasi mereka untuk pulih setelah mengalami penurunan yang signifikan.
Dengan habitat yang semakin terbatas, kelompok-kelompok tamarin menjadi terisolasi satu sama lain, mengurangi kesempatan mereka untuk kawin silang dan memperkuat genetik, yang dapat meningkatkan risiko penyakit dan menurunkan daya tahan populasi secara keseluruhan.
Itulah jenis hewan langka yang menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) jumlahnya terbatas. Grameds bisa memperkaya khasanah akan fauna di dunia melalui buku-buku ensiklopedia terbaik di Gramedia.com. Dapatkan promonya di bulan ini dan jangan sampai kehabisan.
- 100 Nama Hewan di Indonesia
- 11 Pertanyaan tentang Kucing
- Apa itu Steril Kucing
- Bau yang Tidak Disukai Kucing
- Belalang Ranting
- Burung Kenari
- Burung Puter
- Cara Merawat Anak Kucing yang Baru Lahir agar Tidak Mati
- Cara Menemukan Kucing yang Hilang
- Cara Mengubur Kucing
- Hewan Langka di Dunia
- Hamster Jantan dan Betina
- Jenis Kutu Kucing
- Kenapa Kucing Mendengkur
- Kenapa Kucing Suka memijat
- Kenapa Kucing Takut Air
- Kenapa Laron Suka Cahaya
- Kenapa Nafas Kucing Cepat
- Kucing Merah
- Makanan Bunglon
- Makanan Burung Hantu
- Makanan Kelomang
- Makanan untuk Kucing Hamil dan Menyusui
- Mengapa Kucing Tidak Mengeluarkan Suara saat Berjalan
- Mulut Kucing Berbusa
- Nama Anjing Jantan
- Nama Kucing Betina
- Nama-Nama Kucing Anggora Perempuan
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien