Hybrid Learning – Pandemi Covid-19 memberikan perubahan cukup signifikan kepada kehidupan manusia, salah satunya adalah pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan yang menjadi perhatian banyak pihak adalah perubahan sistem pembelajaran.
Awalnya Grameds yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa pasti berangkat ke sekolah setiap hari untuk belajar (Pembelajaran Tatap Muka). Saat pandemi, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (Pembelajaran Jarak Jauh) demi mencegah terjadinya penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
Meski begitu, pembelajaran Jarak Jauh ini masih mengundang polemik di antara masyarakat. Khususnya bagi siswa, guru, dan orang tua siswa. Banyak yang mengeluhkan mengenai keterbatasan perangkat dan akses internet, ada juga yang menganggap tugas bagi siswa terlalu banyak jumlahnya. Sebagian siswa bahkan merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang dilakukan di rumah.
Di tengah-tengah polemik tersebut, muncul sebuah konsep pembelajaran bernama Hybrid Learning. Konsep ini dianggap cukup ideal untuk diterapkan di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Hybrid Learning? Benarkah konsep ini ideal untuk situasi pandemi? Cari tahu jawabannya di artikel ini ya!
Table of Contents
Mengetahui Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
Sebelum masuk ke pembahasan tentang hybrid learning, tidak ada salahnya jika Grameds mengetahui beberapa jenis metode pembelajaran yang diterapkan di Indonesia. Dengan begitu, Grameds bisa lebih memahami metode hybrid learning.
1. Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka atau face to face learning merupakan metode yang diterapkan di Indonesia sebelum pandemi covid-19. Biasa dikenal juga sebagai metode pembelajaran konvensional yang mengharuskan guru dengan murid bertatap muka di kelas.
2. Pembelajaran Jarak Jauh (Daring)
Selanjutnya adalah metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring. Ini merupakan metode yang banyak diterapkan selama pandemi berlangsung. Di sini semua proses pembelajaran dilakukan secara daring, mulai dari pemberian instruksi oleh guru, interaksi selama proses belajar mengajar, sampai dengan penilaian.
3. Hybrid Learning
Terakhir ada metode Hybrid learning atau gabungan antara dua pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh. Dengan kata lain, proses belajar daring dan luring disatukan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.
Guru-guru di Indonesia juga menulis sebuah buku berjudul Minda Guru Indonesia: Pandemi Corona Disrupsi Pendidikan dan Kreativitas Guru yang memuat ide-ide menarik tentang cara menghidupkan pembelajaran di masa pandemi. Buku ini wajib dibaca oleh guru juga orang tua untuk menambah kreativitas dalam mengajar siswa di masa-masa sulit.
Pengertian Hybrid Learning
Hybrid learning, menurut Snart, J.A (2010) merupakan sebuah metode yang menggabungkan dua jenis pembelajaran, yaitu daring (PJJ) dan tatap muka (PTM). Artinya, proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara membagi siswa ke dalam dua kelompok, belajar di rumah secara daring dan di sekolah secara langsung.
Demi melancarkan prosesnya, hybrid learning seringkali memanfaatkan alat-alat pendukung seperti Zoom yang dapat menghubungkan siswa di rumah dan di sekolah. Jadi saat belajar, siswa yang di sekolah melakukan video streaming sehingga teman-temannya yang berada di rumah bisa ikut menyimak materi yang disampaikan guru.
Akan tetapi dalam penerapannya, hybrid learning memerlukan penyesuaian antara kondisi tempat tinggal siswa dengan sekolah.
Aspek Utama dalam Hybrid Learning
Hybrid learning merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia, baik guru, siswa, atau orang tua belum banyak yang mengetahuinya. Namun di luar negeri, ada beberapa negara yang menerapkannya secara langsung. Salah satunya negara Finlandia yang terkenal memiliki sistem pendidikan terbaik.
Grameds juga bisa mengetahui lebih jauh lagi tentang metode-metode pembelajaran di Finlandia yang menyenangkan dan terbukti berhasil membuat para siswa di sana menjadi lebih cerdas.
Perlu Grameds ketahui, di dalam pembelajaran Hybrid ada penggabungan beberapa teori, teknologi, serta metode pembelajaran. Pada dasarnya, ada empat aspek utama dalam hybrid learning agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, yaitu:
- Menggabungkan teknologi yang berbasis web seperti video streaming, audio, teks, instruksi mandiri, kegiatan kolaboratif, dan video streaming.
- Menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan beberapa pendekatan pedagogi contohnya teori kognitivisme, konstruktivisme, dan behaviorisme.
- Menggunakan semua teknologi instruksional yang ada, misalnya aplikasi maupun video, dengan kegiatan tatap muka yang dilakukan di sekolah
- Menyelaraskan penggunaan teknologi untuk pemberian tugas pada siswa agar tercipta efek belajar yang harmonis.
Jika melihat keempat aspek utama tersebut, sekilas hybrid learning tampak sama seperti blended learning. Padahal nyatanya, keduanya merupakan hal yang berbeda. Berikut penjelasan seperti apa perbedaannya.
Apakah Hybrid Learning Merupakan Model Pembelajaran yang Ideal di Masa Pandemi?
Secara teori, hybrid learning memang ideal untuk dijadikan solusi di tengah pandemi yang belum diketahui kapan selesainya. Hanya saja pada kenyataannya ada pihak yang pro dan kontra dengan penerapan metode belajar ini. Meski begitu, jika dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan di Indonesia hybrid learning memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan Hybrid Learning
1. Siswa masih tetap dapat berinteraksi sosial
Sebelum pandemi mengganas, interaksi sosial antara siswa menjadi hal paling menyenangkan dan paling ditunggu-tunggu. Apalagi di sekolah, siswa mempunyai banyak teman dengan berbagai latar belakang yang membuat interaksi jadi semakin seru.
Contohnya jajan bersama teman ke kantin, mengerjakan tugas di perpustakaan, atau ngobrol di kelas kala istirahat. Sayangnya, saat pembelajaran daring selama pandemi, siswa tidak mempunyai kesempatan bertemu dengan teman-temannya. Hal ini lantas berdampak negatif pada kondisi psikis anak.
Di sinilah peran hybrid learning diperlukan karena dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi bersama teman-temannya di sekolah, meskipun dengan porsi yang terbatas. Namun setidaknya, siswa tidak akan dilanda kebosanan luar biasa seperti saat ini.
2. Siswa lebih memahami pelajaran
Salah satu kendala utama yang dirasakan anak-anak saat belajar di rumah secara total adalah tidak adanya sarana dan fasilitas yang mampu menunjang proses belajar. Seperti perangkat yang kurang memadai atau koneksi internet yang tidak stabil. Padahal fasilitas tersebut mempunyai peran yang besar agar anak dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Jika koneksi internet terputus di tengah-tengah proses pembelajaran atau perangkat mendadak tidak bisa digunakan, anak-anak pasti ketinggalan penjelasan dari guru. Sedangkan, tidak semua guru mampu merekam pembelajaran sehingga tidak ada rekaman yang bisa dilihat oleh murid yang mengalami kendala.
Hybrid learning mampu mengatasi hal ini dengan cukup baik karena siswa jadi mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan guru di sekolah. Seperti mengajukan pertanyaan jika menemukan hal yang tidak bisa mereka mengerti.
3. Mengusir kejenuhan siswa
Belajar daring dalam waktu satu tahun lebih jelas membuat siswa merasakan kejenuhan yang luar biasa. Mereka harus melakukan kegiatan yang monoton di rumah tanpa diselingi oleh interaksi bersama teman-teman. Akibatnya semangat dan keinginan untuk belajar pun menurun.
Jika menerapkan model hybrid, siswa bisa mengusir kejenuhan mereka serta meningkatkan semangat belajar. Hasilnya proses belajar pun jadi lebih efektif karena murid lebih siap menerima materi yang disampaikan oleh guru.
4. Lebih fleksibel
Dengan melaksanakan hybrid learning, pelajaran pun akan menjadi lebih fleksibel karena guru dan siswa dapat menentukan materi mana yang harus diajarkan secara langsung dan tidak. Hal ini juga dapat memaksimalkan pemahaman siswa. Apalagi tidak semua pelajaran bisa disampaikan dengan baik secara daring.
Kekurangan Hybrid Learning
Tidak ada yang sempurna di dunia, begitu pula dengan metode hybrid learning. Selain mempunyai keunggulan, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan jika benar-benar diterapkan.
1. Ketidaksiapan semua pihak yang terkait
Ya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Hybrid learning terbilang sebagai sesuatu yang baru di dunia pendidikan Indonesia. Oleh sebab itu, bisa dipastikan semua pihak yang terkait, seperti guru, siswa, dan orang tua, akan mendapatkan tantangan yang baru.
Ini berpotensi mendatangkan masalah yang baru apabila semua pihak itu tidak dapat beradaptasi dengan metode hybrid learning dan kesulitan mengatasi masalah yang ada. Hasilnya, proses belajar akan menjadi tidak efektif.
2. Keraguan orang tua dan kesiapan pihak sekolah
Tak sedikit orang tua yang meragukan kemampuan pihak sekolah dalam menyediakan lingkungan belajar mengajar yang aman. Terlebih mengenai masalah sanitasi serta kebersihan yang baik.
Pihak sekolah perlu menunjukan kesiapan serta komitmen yang kuat untuk menyediakan lingkungan belajar yang aman. Misalnya dengan membentuk satgas khusus yang bertanggung jawab memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan efektif selama siswa berada di sekolah.
Tidak bisa dipungkiri, ketidaksiapan pihak sekolah mengundang keraguan serta kekhawatiran orang tua untuk mengizinkan anaknya belajar secara langsung.
3. Peningkatan kasus Covid-19
Yang ketiga adalah pertimbangan mengenai peningkatan kasus Covid-19 yng sedang terjadi di Indonesia. Biar bagaimanapun, jumlah kasus positif yang terus meningkat membuat orang tua khawatir saat mengetahui anaknya harus belajar di sekolah. Sebagian orang tua berpendapat bahwa belum saatnya hybrid learning diterapkan di Indonesia.
4. Membutuhkan peran ekstra orang tua
Jika pembelajaran hybrid diterapkan, orang tua harus berperan sangat aktif untuk memastikan anaknya mengikuti pembelajaran dengan baik saat berada di rumah. Selain itu, orang tua juga harus memberikan dukungan moral serta motivasi agar mental anak terjaga dengan baik.
Di sisi lain, orang tua dari siswa yang melaksanakan kegiatan belajar di sekolah harus memastikan kesehatan anak tetap terjaga selama di luar rumah. Dengan begitu, siswa bisa terhindar dari paparan virus corona.
5. Siswa kesulitan membuat jadwal untuk belajar
Seringkali siswa mendapatkan setumpuk tugas saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Hal ini membuat mereka kesulitan membuat jadwal untuk belajar, akhirnya tugas-tugas yang diberikan oleh guru pun terbengkalai begitu saja.
Diperlukan peran aktif serta kerjasama antara guru dan orang tua untuk membuat jadwal belajar yang fleksibel.
Apa yang Harus Dipersiapkan Agar Hybrid Learning Jadi Lebih Efektif?
Setelah mengetahui keunggulan dan kekurangan hybrid learning, Grameds juga harus mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan agar metode hybrid learning bisa jadi lebih efektif. Berikut ini beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pihak sekolah, siswa, dan orang tua:
Persiapan hybrid learning oleh pihak sekolah:
- Memastikan berbagai sarana kebersihan tersedia secara lengkap di sekolah. Mulai dari tempat mencuci tangan, hand sanitizer, toilet bersih, dan desinfektan.
- Menyiapkan thermogun atau alat pengukur suhu di sekolah
- Tidak membuka kantin di sekolah
- Menghentikan aktivitas ekskul dan olahraga
- Menetapkan sistem belajar shift
- Memastikan sarana dan infrastruktur telah mendukung
- Menjamin manajemen sekolah mampu menyiapkan semua komponen
- Menyiapkan anggaran sekolah
Persiapan hybrid learning oleh siswa
- Membawa surat pernyataan persetujuan yang telah ditandatangani oleh orang tua saat datang ke sekolah
- Mematuhi protokol kesehatan dan menggunakan masker di sekolah
Persiapan hybrid learning oleh orang tua:
- Mendampingi anak-anak selama belajar di rumah
- Memberikan dukungan kepada anak untuk tetap mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh
- Membekali anak dengan pengetahuan tentang protokol kesehatan, masker, dan hand sanitizer saat anak harus ke sekolah.
Implementasi Metode Hybrid Learning
Kondisi lingkungan belajar serta teknologi pendukung di rumah atau sekolah sangat mempengaruhi pengimplementasian metode hybrid learning ini. Namun pada prinsipnya, pembelajaran jarak jauh tetap dilaksanakan oleh guru dengan cara menggabungkannya dengan pembelajaran tatap muka.
Untuk durasi pembelajaran tatap muka di sekolah juga sangat tergantung dari kebijakan masing-masing kepala sekolah dan pemerintah setempat. Dalam hal ini, jumlah keseluruhan siswa juga menjadi pertimbangan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Saat ini, implementasi metode hybrid learning yang paling ideal dan memungkinkan yaitu sistem rotasi. Di mana 50% siswa belajar secara langsung di sekolah, dan sisanya belajar di rumah secara daring. Dua kelompok ini saling bertukar bagian sehingga murid di dalam kelas jumlahnya tidak terlalu banyak.
Khusus untuk sekolah dengan jumlah siswa sedikit, mungkin saja seluruh siswa melakukan pembelajaran tatap muka namun tidak setiap hari. Dengan begitu, ruangan kelas bisa digunakan secara bergiliran dengan kelas yang lain.
Pada umumnya, persentase untuk pembelajaran jarak jauh (daring) adalah 70% dan untuk 30% untuk tatap muka. Jika di lingkungan rumah Grameds ada kendala jaringan internet, maka Grameds dapat hadir ke sekolah sebanyak 2 sampai 3 kali dalam satu minggu.
Dengan catatan harus ada kesepakatan terlebih dulu di antara orang tua, sekolah, komite sekolah, dinas pendidikan setempat, dan pengawas sekolah.
Tahap Implementasi Hybrid Learning
Setidaknya ada empat tahap implementasi hybrid learning yang harus Grameds ketahui, yaitu:
1. Memilih Learning Management System
Sebelum mulai menerapkan metode hybrid learning, pihak sekolah dan guru akan menyiapkan learning manajemen sistem (LMS). Biasanya syarat utama dari LMS ini harus mudah digunakan oleh guru maupun siswa.
2. Menyusun Skema Belajar
Guru juga perlu menyusun skema belajar agar tujuan pembelajaran tetap dapat dicapai. Dalam prosesnya, mungkin terjadi proses diskusi antara guru dengan komite sekolah atau orang tua siswa.
3. Menentukan Kesepakatan Belajar
Selanjutnya adalah menentukan kesepakatan belajar yang akan melibatkan guru wali kelas dengan siswa. Dalam proses ini dibuat dengan tujuan untuk mencapai pemahaman yang baik tentang tata tertib Kegiatan Belajar mengajar, serta mengusahakan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk lebih memahami serba-serbi pembelajaran jarak jauh (PJJ), kamu bisa membaca buku yang ditulis oleh Momon Sudarma, seorang guru sekaligus orang tua, berjudul Daring Duraring Belajar Dari Rumah: Strategi Jitu Guru, Orang Tua, dan Siswa di Masa Pandemi.
Demikian penjelasan tentang metode pembelajaran hybrid learning yang bisa menjadi bekal bagi Grameds seandainya metode ini benar-benar diterapkan di Indonesia. Terlepas dari keunggulan serta kerugiannya, usaha menemukan solusi agar dunia pendidikan tetap bertahan di tengah pandemi harus tetap dilakukan. Dengan begitu, siswa Indonesia tetap mendapatkan kewajibannya menerima ilmu pengetahuan untuk bekal di masa depannya.
Penulis: Gilang Oktaviana Putra
BACA JUGA:
- Online Platform untuk Membantumu Selama #BelajardiRumah
- Inovasi Pendidikan: Pengertian, Contoh, Sasaran
- 15 Cara Meningkatkan Kecerdasan Otak agar Lebih Pintar
- Pola Pikir: Mengembangkan Cara Berpikir Cerdas dan Kreatif
- Kemampuan Kognitif untuk Berpikir
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien