in

Istilah untuk Orang Merasa Paling Benar secara Psikologi beserta Penyebabnya!

Pernah nggak kamu bertemu dengan orang yang selalu merasa dirinya paling benar? Fenomena ini ternyata cukup umum, dan ada alasan psikologis di baliknya. Dalam artikel ini, kita akan membahas kenapa sebagian orang cenderung memiliki sikap seperti ini, serta apa saja kerugian yang bisa muncul kalau terus-menerus berpikir demikian. Yuk, kita kupas lebih dalam!

 

Istilah untuk Orang yang Merasa Paling Benar

Holiday Sale

Dalam dunia psikologi, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang selalu merasa dirinya paling benar. Salah satu istilah yang sering muncul adalah kognitif bias, khususnya confirmation bias. Confirmation bias adalah kecenderungan seseorang untuk hanya mencari, mengingat, atau menginterpretasi informasi yang mendukung keyakinan atau pendapatnya sendiri, sementara mengabaikan fakta yang bertentangan. Hal ini membuat mereka merasa semakin yakin bahwa mereka selalu benar, meskipun kenyataannya bisa jadi berbeda.

Selain itu, ada juga istilah egosentrisme yang menggambarkan cara berpikir seseorang yang melihat dunia hanya dari sudut pandang dirinya sendiri. Orang yang egosentris seringkali sulit memahami atau menerima pandangan orang lain karena mereka yakin bahwa sudut pandangnya adalah yang paling benar. Sifat egosentris ini sering kali muncul dalam interaksi sehari-hari, terutama dalam situasi di mana ada perbedaan pendapat atau konflik.

Terakhir, ada juga konsep narsisme. Orang dengan kecenderungan narsistik sering merasa superior dan meyakini bahwa pandangan atau pemikirannya adalah yang terbaik. Mereka cenderung mengabaikan kritik atau masukan dari orang lain karena merasa lebih unggul dan berhak atas pendapat mereka. Meskipun narsisme berbeda dengan kognitif bias dan egosentrisme, ketiganya bisa berkontribusi pada perilaku seseorang yang selalu merasa paling benar.

Semua istilah ini menggambarkan bagaimana pola pikir tertentu dapat membuat seseorang terjebak dalam keyakinan bahwa dirinya selalu benar. Dan tentu saja, ini bukanlah hal yang tanpa konsekuensi.

 

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Dalam buku pengembangan diri yang mewakili generasi ini, seorang blogger superstar menunjukkan pada kita bahwa kunci untuk menjadi orang yang lebih kuat, lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti memaksa diri untuk menjadi “positif” di setiap saat.

Selama beberapa tahun belakangan, Mark Manson-melalui blognya yang sangat populer-telah membantu mengoreksi harapan-harapan delusional kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun dunia. Ia kini menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku hebat ini.

Manson melontarkan argumen bahwa manusia tak sempurna dan terbatas. Begini tulisnya, “tidak semua orang bisa menjadi luar biasa-ada para pemenang dan pecundang di masyarakat, dan beberapa di antaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan Anda.” Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya-baginya, ini adalah sumber kekuatan yang paling nyata.

Tepat saat kita mampu mengakrabi ketakutan, kegagalan, dan ketidakpastian-tepat saat kita berhenti melarikan diri dan mengelak, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan-saat itulah kita bisa mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga.

 

Penyebab Orang Merasa Paling Benar secara Psikologi

(Sumber foto: pexels.com)

Berikut adalah penyebab orang merasa paling benar secara psikologi:

1. Kognitif Bias

Kognitif bias adalah salah satu penyebab utama mengapa seseorang bisa merasa selalu benar. Bias ini membuat seseorang lebih mudah menerima informasi yang sejalan dengan keyakinan atau pendapatnya, sementara secara otomatis menolak atau mengabaikan informasi yang bertentangan. Contohnya, jika seseorang percaya bahwa dirinya sangat baik dalam suatu hal, mereka akan cenderung mencari bukti-bukti yang mendukung kepercayaan tersebut dan mengabaikan kritik atau saran yang tidak mendukung.

2. Kurangnya Empati

Ketika seseorang kurang mampu menempatkan diri pada posisi orang lain atau memahami perasaan dan sudut pandang mereka, mereka lebih mungkin merasa bahwa pendapat atau pemikiran mereka adalah yang paling benar. Kurangnya empati ini membuat mereka sulit menerima atau memahami bahwa orang lain mungkin memiliki alasan atau perspektif yang berbeda yang sama-sama valid.

3. Pengaruh Lingkungan dan Budaya

Lingkungan sosial dan budaya juga memiliki peran besar dalam membentuk keyakinan seseorang. Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang mendukung pandangan tertentu, mereka cenderung menginternalisasi pandangan tersebut sebagai satu-satunya kebenaran. Budaya yang mengagungkan individualisme atau kompetisi, misalnya, bisa membuat seseorang lebih mudah merasa bahwa dirinya paling benar karena merasa harus selalu berada di atas orang lain.

4. Ketidakpastian dan Kecemasan

Ketika seseorang merasa cemas atau tidak pasti, mereka sering kali berusaha mencari kepastian dengan berpegang teguh pada keyakinan atau pendapat mereka. Ini bisa menjadi mekanisme pertahanan untuk mengurangi rasa takut atau ketidakpastian. Dengan meyakini bahwa mereka selalu benar, mereka merasa lebih aman dan stabil secara emosional, meskipun ini bisa menjadi ilusi yang menyesatkan.

5. Penguatan Sosial

Pujian, dukungan, atau validasi dari orang lain juga bisa membuat seseorang merasa selalu benar. Ketika seseorang terus-menerus mendapatkan dukungan atas pendapat atau tindakannya dari orang-orang di sekitarnya, mereka akan merasa semakin yakin bahwa apa yang mereka pikirkan atau lakukan adalah benar. Penguatan sosial ini bisa datang dari teman, keluarga, atau komunitas yang memiliki pandangan serupa.

 

Seni Mengendalikan Emosi

Buku yang ditulis Claudia Sabrina ini mengupas tentang kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengendalikan emosi dengan kepala dingin dan santai. Cakupan pembahasan dalam buku setebal 140 halaman ini meliputi tentang apa itu emosi, jenis-jenisnya, serta tentu saja cara mengendalikan emosi. Bahasanya yang mudah dipahami membuat buku “Seni Mengendalikan Emosi” sangat direkomendasikan bagi siapapun yang ingin belajar mengelola emosi.

 

Kerugian Menjadi Orang yang Merasa Paling Benar

Berikut adalah kerugian menjadi orang yang merasa paling benar:

1. Menghambat Pertumbuhan Pribadi

Ketika seseorang selalu merasa dirinya paling benar, mereka cenderung menolak kritik atau masukan dari orang lain. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri. Rasa puas diri yang berlebihan ini dapat menghambat perkembangan pribadi karena orang tersebut tidak terbuka terhadap pembelajaran baru atau perspektif yang berbeda.

2. Merusak Hubungan Sosial

Orang yang selalu merasa paling benar seringkali sulit untuk diajak berkompromi atau memahami sudut pandang orang lain. Sikap ini bisa menciptakan konflik dan ketegangan dalam hubungan sosial, baik itu dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Akhirnya, hubungan-hubungan tersebut bisa menjadi renggang atau bahkan berakhir karena tidak adanya kesepahaman atau rasa saling menghargai.

3. Menyebabkan Stres dan Ketegangan

Terus-menerus merasa harus mempertahankan pandangan atau pendapatnya sebagai yang paling benar bisa menjadi sumber stres. Ketika orang lain tidak setuju atau menantang pandangannya, orang yang merasa selalu benar mungkin merasa terancam atau marah. Ketegangan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka.

4. Membatasi Pemahaman dan Pengetahuan

Dengan menolak sudut pandang yang berbeda, seseorang secara tidak sadar membatasi dirinya sendiri dari pengetahuan baru dan wawasan yang lebih luas. Sikap tertutup ini membuat mereka hanya terpaku pada pemikiran yang sempit dan tidak berkembang. Akibatnya, mereka bisa tertinggal dalam banyak hal karena tidak mau menerima informasi atau ide yang berbeda dari yang mereka yakini.

5. Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis

Sikap selalu merasa benar juga bisa melemahkan kemampuan seseorang dalam berpikir kritis. Mereka cenderung mengabaikan informasi yang tidak sesuai dengan keyakinannya, sehingga kurang mampu melakukan analisis yang objektif dan rasional. Hal ini dapat mengarahkan mereka pada pengambilan keputusan yang buruk, karena keputusan tersebut didasarkan pada pandangan yang sempit dan bias.

 

Cara Mengurangi Kerugian dari Merasa Paling Benar

(Sumber foto: pexels.com)

Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi perasaan paling benar:

  • Berlatih Mendengarkan Aktif

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi kerugian dari merasa paling benar adalah dengan berlatih mendengarkan aktif. Ini berarti benar-benar fokus pada apa yang dikatakan orang lain tanpa langsung memikirkan bagaimana kamu akan menanggapinya. Dengan mendengarkan aktif, kamu dapat memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik dan menghargai bahwa ada banyak cara untuk melihat suatu masalah.

  • Membuka Diri untuk Kritik Konstruktif

Kritik konstruktif adalah salah satu alat terbaik untuk pertumbuhan pribadi. Cobalah untuk tidak melihat kritik sebagai serangan terhadap diri kamu, tetapi sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ketika kamu menerima kritik dengan sikap terbuka, kamu akan lebih mudah untuk mengenali area yang perlu diperbaiki dan menghindari jebakan merasa selalu benar.

  • Mengembangkan Empati

Mengembangkan empati adalah langkah penting untuk keluar dari kebiasaan merasa paling benar. Dengan menempatkan diri pada posisi orang lain dan mencoba memahami perasaan serta perspektif mereka, kamu dapat memperluas pandanganmu dan menjadi lebih terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Empati juga membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain karena kamu menunjukkan bahwa kamu menghargai pandangan mereka.

  • Menerapkan Mindfulness

Mindfulness atau kesadaran penuh adalah praktik yang dapat membantu kamu untuk lebih sadar akan pikiran dan perasaanmu sendiri tanpa menilai. Dengan menerapkan mindfulness, kamu bisa lebih peka terhadap kapan kamu mulai merasa terlalu yakin dengan pandanganmu dan belajar untuk mengambil langkah mundur. Ini membantu kamu untuk tetap terbuka dan fleksibel dalam berpikir, serta mengurangi kecenderungan untuk merasa paling benar.

  • Belajar dari Pengalaman dan Perspektif Lain

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi kecenderungan merasa paling benar adalah dengan aktif mencari pengalaman dan perspektif baru. Bacalah buku, dengarkan podcast, atau ikuti diskusi yang menawarkan pandangan berbeda dari yang biasa kamu dengar. Dengan terus belajar dan menambah wawasan, kamu akan lebih mudah menerima bahwa kebenaran tidak selalu mutlak dan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.

 

The Art Of Social & Emotional Intelligence

Manusia adalah makhluk satu-satunya yang memiliki akal di dunia ini. Kecerdasan merupakan salah satu faktor bagi manusia untuk bertahan hidup. Terdapat dua tipe kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan sosial yang merupakan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan kecerdasan emosional yang merupakan kemampuan untuk mengontrol diri terhadap segala hal negatif.

Dua tipe kecerdasan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Tentunya dua tipe kecerdasan tersebut perlu diasah agar keseimbangan dalam menjalani hidup dapat tercapai. Di dalam buku The Art Of Social & Emotional Intelligence ini terdapat kisah-kisah tokoh terkenal, seperti Chairul Tanjung, pemilik Bank Mega dan Trans TV, yang mampu mencapai kesuksesannya dengan memanfaatkan kecerdasan sosial dan emosional. Selain itu, buku ini menyajikan tips dan saran untuk mengasah kemampuan dua tipe kecerdasan tersebut agar dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

 

Kesimpulan

Jadi, itulah beberapa alasan kenapa orang bisa merasa dirinya paling benar dan apa saja kerugiannya. Kita semua mungkin pernah terjebak dalam pola pikir ini, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menyadarinya dan berusaha untuk berubah. Dengan lebih membuka diri, mendengarkan orang lain, dan terus belajar, kita bisa mengurangi dampak negatif dari sikap ini dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana. Ingat, dunia ini penuh dengan perspektif yang berbeda, dan nggak ada salahnya untuk sesekali melihat dari sudut pandang orang lain. Yuk, mulai sekarang coba lebih terbuka dan fleksibel dalam berpikir! Grameds, kamu bisa lebih banyak membaca buku self improvement yang tersedia di Gramedia.com untuk mengetahu tips mengembangkan pribadi menjadi lebih baik.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila