Maladaptive Daydreaming – Banyak diantara kita yang pasti gemar menghabiskan waktunya untuk sekedar melamun atau mengkhayal. Entah itu melamunkan masa depan, kesalahan yang pernah diperbuat, pengalaman yang memalukan, hingga melamun memikirkan cerita yang kita khayal sendiri. Saking lelah dan bosannya dengan kehidupan yang dijalani di dunia nyata, akhirnya banyak dari kita yang menghabiskan waktu untuk berkhayal dan melamun dengan memikirkan cerita-cerita bahagia yang kita buat sendiri. Kalau bahasa kerennya, biasanya orang-orang menganggap hal itu sebagai “halu”. Apakah kamu diantaranya?
Berkhayal atau melamun dalam batas wajar saja memang sah-sah saja. Yang paling penting, kita masih bisa membedakan mana dunia nyata dan mana dunia khayalan. Selain itu, kita juga tidak menarik diri dari dunia nyata. Namun harus tetap hati-hati, jika kamu mulai merasa bahwa khayalan yang dipikirkan itu sangat nyata dan hal itu mulai menyita sebagian besar waktu kamu untuk berkhayal. Lebih parah lagi, jika kamu sudah tidak bisa lagi membedakan antara dunia nyata dan dunia khayalan.
Memang ada yang sampai seperti itu? Jawabannya adalah ada. Beberapa orang yang ada di dunia ini pernah mengalami hal tersebut, atau mungkin saja kamu adalah salah satunya. Jika kamu pernah mengalami hal itu, maka mungkin saja kamu telah menderita maladaptive daydreaming. Bagi kamu yang penasaran mengenai maladaptive daydreaming, berikut ini kita akan bahas secara lengkap dan detail. Simak informasi di bawah ini dengan teliti ya.
Table of Contents
Apa Itu Maladaptive Daydreaming?
Maladaptive Daydreaming merupakan sebuah kondisi dimana seseorang terjebak di dalam khayalan mereka sendiri dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mereka cenderung mengabaikan hubungan dan juga kewajibannya di dunia nyata. Adapun penyebab adanya Maladaptive Daydreaming yaitu terjadi saat seseorang mengalami trauma, kesepian, dan juga kekerasan. Dengan begitu, mereka akan berusaha mencari cara untuk kabur dari penderitaan yang mereka alami dengan cara melamun dan berkhayal selama berjam-jam. Dapat dikatakan bahwa berkhayal merupakan strategi coping mechanism untuk seseorang yang mengalami kesepian, trauma, dan kekerasan.
Untuk perbedaan berkhayal biasa dan berkhayal maladaptif yaitu terletak pada bagaimana khayalan tersebut bisa membuat keterikatan emosional yang kuat dengan seseorang. Keterikatan emosional itu umumnya bisa menggantikan rasa sakit hati ataupun trauma yang mereka alami di dunia nyata. Tapi sayangnya, hal itu malah menyebabkan penderita mengalami tekanan klinis dan juga gangguan pada fungsi kesehatan, seperti halnya ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder, OCD atau obsessive compulsive disorder, dan depresi.
Gejala yang dialami para penderita Maladaptive Daydreaming yaitu kesulitan dalam melakukan interaksi dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, mengalami gangguan tidur atau insomnia, dan tidak mampu dalam melakukan tugas sehari-hari karena sulit untuk fokus.
Kondisi Maladaptive Daydreaming pertama kali diidentifikasi dan diberi julukan oleh Eli Somer, yaitu seorang profesor dari Psikologi Klinik University of Haifa, Israel. Lalu pada tahun 2011, seorang psikolog bernama Cynthia Schupak dan seorang aktivis bernama Jayne Big Elsen melakukan sebuah penelitian pada penderita Maladaptive Daydreaming di dalam jurnalnya yang berjudul Compulsive fantasy: proposed evidence of an under-reported syndrome through a systematic study of 90 self-identified non-normative fantasizers.
Penelitian tersebut melakukan identifikasi pada 90 orang yang mengaku menderita Maladaptive Daydreaming. Lalu hasilnya membuktikan bahwa sekitar 79 persen melaporkan mengalami sebuah ikatan secara emosional dengan dunia khayalan yang mereka buat. Selain itu, mereka juga mengaku bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mengatasi khayalan yang cukup mengganggu dunia nyata mereka. Apabila kondisi tersebut sudah sangat mengganggu kehidupan nyata para penderitanya, apakah gangguan ini termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental?
Jadi, Maladaptive Daydreaming bukanlah termasuk ke dalam kategori gangguan kesehatan mental. Sebab, tidak ada di dalam buku yang berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-V). Akan tetapi, tetap saja penderita Maladaptive Daydreaming harus melakukan perawatan guna mengurangi gejala yang semakin parah.
Tanda-tanda dan Gejala Maladaptive Daydreaming
Gangguan Maladaptive Daydreaming secara berlebihan memang tidak tercantum secara resmi di DSM-5 sebagai salah satu masalah gangguan kesehatan mental. Sehingga hal itu membuatnya sulit untuk diperkirakan gejalanya yang ditimbulkan. Walaupun begitu, beberapa orang yang mengalami Maladaptive Daydreaming melaporkan beberapa tanda dan juga gejala yang mereka alami. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
a. Lamunan yang mereka lakukan sangat detail yaitu ada karakter, latar, plot, dan juga fitur yang sangat rinci mirip sekali dengan film ataupun naskah skenario.
b. Umumnya lamunan dipicu oleh berbagai macam peristiwa ataupun rangsangan yang berasal dari luar atau eksternal, seperti menonton film ataupun mendengarkan musik tertentu.
c. Lamunan dapat menjadi sangat panjang, mungkin bisa beberapa menit sampai berjam-jam. Sehingga bisa melumpuhkan aktivitas harian penderitanya.
d. Sering mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia.
e. Gairah untuk melamun sangatlah kuat.
f. Terdapat ekspresi di dalam diri ketika melamun, seperti tertawa, tersenyum, menangis, dan berbicara sendiri.
g. Terlihat melakukan sebuah gerakan secara berulang namun tidak sadar saat melamun, seperti menyentakkan kaki ataupun tangan.
Tanda-tanda Seseorang Sudah Kecanduan Melamun atau Mengkhayal
Setelah mengetahui apa saja dampak negatif yang ditimbulkan dari Maladaptive Daydreaming, kamu juga perlu mengetahui apa saja tanda-tanda yang akan dialami seseorang yang sudah kecanduan mengkhayal atau melamun. Tujuannya untuk apa? Supaya kita lebih waspada dengan kondisi kita saat ini. Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai tanda seseorang sudah kecanduan melamun dan berkhayal.
1. Suka Melamun Secara Intens dan Detail
Tanda pertama yang bisa menunjukkan bahwa kamu mengalami gejala Maladaptive Daydreaming yaitu kamu akan sering melamun secara intens atau terus menerus. Tidak hanya itu, isi lamunan yang ada di pikiran kamu biasanya akan sangat jelas dan juga detail. Itu artinya, ada sebuah cerita yang ada dipikiran kamu yang lengkap dengan tokoh, latar, dan juga plot.
2. Isi Lamunan Dipicu Oleh Peristiwa Nyata
Umumnya, orang yang mengalami Maladaptive Daydreaming dipicu oleh kejadian yang terjadi di kehidupan nyata. Misalnya saja, dari topik pembicaraan yang baru saja kamu bicarakan dengan teman ataupun keluarga di siang hari. Kemudian rangsangan sensorik seperti bau ataupun suara, atau bisa saja pengalaman fisik. Hal tersebut bisa membuat kamu menjadi terus memikirkan hal itu dan dibawah ke dalam dunia fantasimu.
3. Lamunan Berlangsung Lama
Hal yang bisa membuat lamunanmu menjadi semakin tidak wajar yaitu lamunan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama. Bisa dimulai dari beberapa menit hingga beberapa jam. Sehingga orang tersebut akan menjadi lupa waktu. Ketika sedang melamun dan berkhayal, tidak terasa hari sudah malam.
4. Membuat Ekspresi Ketika Sedang Melamun
Seseorang yang sedang melamun biasanya memiliki ekspresi yang datar atau kosong. Namun, seseorang yang menderita Maladaptive Daydreaming justru akan membuat ekspresi yang tidak mereka sadari. Tak hanya itu, mereka juga bisa melakukan berbagai gerak tubuh secara berulang dan disertai dengan berbisik atau berbicara.
5. Keinginan yang Kuat Untuk Terus Melamun
Sama halnya seperti orang yang sedang kecanduan, tentunya ingin selalu melakukan hal yang membuat candu. Dalam hal ini adalah melamun. Orang yang mengalami gejala tersebut akan memiliki keinginan yang kuat untuk melamun secara terus menerus. Setelah melamun dalam waktu yang lama, mungkin mereka akan merasa menyesal karena sudah melupakan kewajiban serta tanggung jawabnya yang harus dilakukan di dunia nyata.
6. Sulit Untuk Fokus dan Tidur
Terlalu banyak mengkhayal akan membuat kita menjadi sulit fokus dalam menyelesaikan berbagai tugas sehari-hari. Jika orang pada umumnya terdistraksi dengan handphone, orang yang menderita Maladaptive Daydreaming justru akan terdistraksi untuk melakukan khayalan mereka sendiri. Hal itulah yang membuatnya menjadi sulit untuk fokus.
Penyebab dan Faktor Risiko Maladaptive Daydreaming
Profesor Somer di dalam studinya mengungkapkan bahwa gangguan melamun secara berlebihan dapat berawal dari lamunan biasa. Dimana lamunan tersebut akan berkembang secara bertahap menjadi perilaku yang ekstrim dan tidak sesuai dengan rangsangan internal ataupun eksternal, sampai ke titik menjadi sebuah masalah kesehatan. Sementara orang yang memiliki gangguan obsesif kompulsif diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut.
Komplikasi Maladaptive Daydreaming
Melamun secara berlebihan bisa menyebabkan aktivitas menjadi terganggu. Para penderita gangguan tersebut sangat mungkin mengalami penurunan produktivitas ataupun prestasi di sekolah ataupun tempat kerja. Selain itu, kondisi tersebut juga dapat mengganggu hubungan dengan pasangan, keluarga, dan orang-orang yang ada disekitar. Apabila tidak memperoleh perawatan yang tepat, maka Maladaptive Daydreaming bisa meningkatkan risiko berbagai macam penyakit mental seperti berikut ini:
a. Depresi: Yaitu gangguan kondisi dan suasana hati yang bisa membuat seseorang terus menerus merasa sedih dan kehilangan minat pada berbagai hal yang mereka suka.
b. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder): Yaitu sebuah gangguan perkembangan saraf yang bisa menyebabkan seseorang memiliki masalah dalam memperhatikan sesuatu, mengendalikan perilaku impulsif dimana mereka bisa bertindak tanpa memikirkan risikonya, dan terlalu aktif.
c. OCD (obsessive Compulsive Disorder): Yaitu salah satu jenis gangguan kecemasan yang bisa menyebabkan seseorang mempunyai pikiran yang tidak bisa dikendalikan. Sehingga hal itu dapat mendorong mereka untuk melakukan perilaku kompulsif secara berulah.
Cara Mengobati Maladaptive Daydreaming
Sebenarnya tidak ada standar yang bisa kita gunakan untuk mengobati gangguan melamun secara berlebihan. Akan tetapi, ada beberapa alternatif pengobatan yang dapat kamu gunakan untuk membantu dalam mengobati gejala yang kamu alami, antara lain:
a. Mengatasi Kelelahan
Gejala insomnia atau sulit tidur biasanya akan menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk dan membuat tubuh menjadi mudah lelah dan mengantuk di siang hari. Penderita Maladaptive Daydreaming dapat menggunakan stimulan untuk mengatasi kelelahan, mengantuk, dan untuk meningkatkan produktivitas kerja, misalnya saja seperti kafein.
b. Menghindari Pemicu
Melamun secara berlebihan dan terus menerus kerap muncul akibat peristiwa dan kejadian tertentu. Jika kamu mengetahui apa yang menjadi pemicu timbulnya gejala Maladaptive Daydreaming, maka catatlah. Tulis kejadian apapun yang membuat kamu yakin bahwa hal itu menjadi pemicu. Dengan begitu, kamu dapat menghindari ataupun membatasi pemicu tersebut di kemudian hari.
c. Melakukan Terapi
Psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif bisa membantu para penderita Maladaptive Daydreaming untuk mengelola gejala yang mereka alami dan menekan keinginan mereka untuk melamun dan berkhayal dengan cara melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan sehat.
d. Mengonsumsi Obat-obatan
Pada sebuah kasus Maladaptive Daydreaming yang lebih parah, penderita gangguan tersebut membutuhkan obat-obatan. Salah satu jenis obat-obatan yang sudah terbukti bisa memberikan efek dalam mengelola gejala tersebut adalah fluvoxamine, yaitu salah satu jenis obat antidepresan.
Cara Mengobati Maladaptive Daydreaming di Rumah
Maladaptive Daydreaming bisa menyebabkan timbulnya dampak buruk untuk kesehatan secara menyeluruh. Misalnya saja, mengalami gangguan tidur yang membuat kita jadi mudah merasa stres dan meningkatkan risiko berbagai macam penyakit kronis. Perawatan di rumah yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kesehatan seseorang yang mengalami gangguan Maladaptive Daydreaming yaitu:
a. Rajin melakukan olahraga untuk membantu kamu agar bisa tidur lebih nyenyak. Kegiatan menyehatkan tersebut juga dapat kamu lakukan di sela-sela waktu luang guna mencegah keinginan untuk melamun. Selain itu, olahraga juga bisa membantu dalam mengurangi kecemasan dan juga stres. Jika cemas dan stres menjadi salah satu pemicu kamu untuk melamun, maka olahraga bisa menjadi cara yang paling tepat untuk mengatasi hal tersebut.
b. Konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung banyak nutrisi guna membantu mengoptimalkan energi tubuh dan membantu kamu agar tetap aktif setiap hari.
c. Lakukan konsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog apabila memang kamu membutuhkannya. Terlebih bila kamu merasakan tanda-tanda stres.
Cara Mencegah Maladaptive Daydreaming
Sebenarnya tidak ada cara yang bisa kamu gunakan untuk mencegah adanya Maladaptive Daydreaming. Melamun tidak bisa kita cegah, namun bisa kita kendalikan. Kamu boleh-boleh saja melamun, sebab melamun sendiri bisa memberikan manfaat seperti membantu dalam meringankan stres, membantu mencapai tujuan seseorang, dan juga berimajinasi. Namun, melamun tidak boleh dilakukan terus menerus dan berlebihan.
Adapun tindakan yang tepat yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menyadari tanda-tanda Maladaptive Daydreaming. Apabila kamu mengalami kondisi tersebut, maka segeralah untuk melakukan konsultasi secara lebih lanjut dengan psikolog. Selain itu, kamu juga bisa mengisi waktu luang dengan berbagai hal yang kamu suka. Cara tersebut bisa meminimalkan peluang kamu untuk melamun.
Hingga sekarang, sebenarnya tidak ada cara khusus untuk memperkirakan diagnosis pada gangguan Maladaptive Daydreaming. Mengamati gejalanya juga bisa saja mirip dengan gangguan kesehatan mental lainnya. Walaupun begitu, salah satu ahli kesehatan membuat Maladaptive Daydreaming Scale yang memuat 14 indikator guna membantu oang-orang untuk menentukan apakah mereka mengalami gangguan Maladaptive Daydreaming atau tidak.
Perlu kamu pahami bahwa Maladaptive Daydreaming test ini diciptakan untuk dipakai sebagai indikasi saja, tidak dibuat untuk menegakkan diagnosis dari gangguan tersebut. Di dalam Maladaptive Daydreaming test ini terdapat lima karakteristik utama yang diyakini oleh para ahli kejiwaan, antara lain:
a. Isi lamunan secara lebih lengkap dan detail
b. Intensitas melamun atau seberapa sering kamu melamun dan seberapa lama durasi lamunan yang dilakukan
c. Dampak buruk yang muncul akibat sibuk melamun dan aktivitas harian yang yang biasanya sering terkena dampaknya
d. Apakah ada manfaat yang diperoleh setelah melamun
Selain menilai berbagai macam indikator di atas dengan pengakuan dari penderitanya, ahli kejiwaan juga akan menanyakan mengenai bagaimana perilaku penderita pada keluarga ataupun orang-orang terdekatnya.
Itulah beberapa penjelasan mengenai apa itu Maladaptive Daydreaming, gejala, cara mengatasi, dan bagaimana cara menghindarinya. Dari penjelasan di atas, apakah kamu merasa bahwa kamu adalah salah satu orang yang mengalami gangguan Maladaptive Daydreaming?
- Affirmasi Pagi
- Affirmasi Islami
- Affirmasi Dalam Hubungan
- Anger Issue
- Altrutisme
- Berdamai Dengan Diri Sendiri
- Berpikir Positif
- Berpikir Kreatif dan Inovatif
- Broken Home
- Cara Agar Tidak Insecure
- Cara Agar Tidak Mudah Menangis
- Cara Menjadi Dewasa
- Cara Menjadi Orang Ikhlas
- Cara Mengenal Diri Sendiri
- Cara Mencintai Diri Sendiri
- Cara Menjadi Orang Cuek
- Cara Menhilangkan Banyak Pikiran
- Cara Menghadapi Orang dengan Trust Issue
- Cara Meditasi Yang Benar
- Cara Melatih Mental
- Ciri Orang Yang Sombong
- Critical Thinking
- Childish
- Contoh Hard Skill
- Contoh Self Control
- Denial
- Demotivasi
- Deja Vu
- Duck Syndrome
- Eksibisionis, Pedofilia, Fetisme
- Etika
- Emosi Tidak Stabil
- Fixed Mindset
- Ghosting
- Guilt Tripping
- Hantu Seram
- Highly Sensitive Person
- Insecure
- Jemawa
- Kepribadian Ganda
- Manajemen Stres
- Me Time
- Menangis Tanpa Sebab
- Mengapa Kutu Buku Pakai Kacamata
- Mindfulness
- Moody
- Mood Swing
- Mood Booster
- Maladaptive Daydreaming
- Narsisme
- Konsep Diri
- Konsep Berpikir Komputasional
- Logika
- Obsesi
- Obat Sedih
- Perbedaan Introvert dan Ekstrovert
- Percaya Diri
- Perfeksionis
- Pesimis
- Sikap Pesimis
- Pengertian Hard Skill
- Perkembangan Emosi
- Penyebab Kenapa Afirmasi Gagal
- Philophobia
- Pikiran Negatif
- Playing Victim
- Produktif
- Regulasi Emosi
- Sifat Manipulatif
- Self Awarness
- Self Afirmasi
- Self Control
- Self Care
- Self Development
- Self Diagnosis
- Self Efficacy
- Self Esteem
- Self Healing
- Self Healing Terbaik
- Self Harm
- Self Improvement
- Self Love
- Self Management
- Strict Parents
- Self Reward
- Self Reminder
- Self Talk
- Sikap Optimis
- Soft Skill
- Tanggung Jawab
- Trauma Healing
- Trust Issue
- Overthinking
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien