Meira Anastasia pengarang buku Imperfect serta duo kembar Maria Rahajeng dan Elizabeth Rahajeng pengarang buku Becoming Unstoppable hadir di sebuah acara yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, sebagai pembicara.
Mereka bertiga membahas tentang buku mereka, yang temanya berhubungan erat dengan perisakan atau bullying, yang kerap terjadi di masyarakat—ditambah kini di media sosial.
Kedua buku tersebut memang tidak secara eksplisit membahas tentang bullying. Imperfect adalah buku perjalanan mencari ketenangan diri Meira Anastasia yang kerap mendapatkan cibiran soal bentuk tubuhnya yang tidak ramping.
Di dalam buku bersampul warna oranye tersebut, Istri Ernest Prakasa itu menceritakan kisahnya yang sempat mengalami body shaming dan pernah berada di masa-masa kelam saat ia memikirkan omongan orang lain.
Sementara Maria dan Elizabeth Rahajeng menceritakan kisah hidup mereka melalui Becoming Unstoppable. Buku tersebut akan memberikan insight tentang perjalanan Maria dan Elizabeth sampai mereka berada saat ini.
Maria dan Elizabeth juga menyampaikan kesulitan yang mereka alami selama masa sekolah mereka yaitu menghadapi seksisme, stereotip gender, dan diskriminasi. Mereka juga sempat mengalami bullying.
Saat sesi tanya-jawab, salah satu peserta yang hadir dalam bincang topik bullying tersebut bertanya tentang bullying yang kerap terjadi di media sosial.
Peserta remaja yang masih mengenakan seragam SMP tersebut dengan lugu bertanya, “penyebabnya bullying itu apa sih kak? Dan itu salah yang di-bully atau salah yang nge-bully?â€
Meira menjelaskan bahwa melakukan bullying di media sosial itu kerap terjadi. Hal itu dikarenakan gampang dan tidak ketahuan. “Ketika dia bisa menjadi siapa pun itu dan tidak terdeteksi oleh orang lain, kita enggak bisa benar-benar tahu dia siapa.†Itu hampir sama dengan mencuri tapi tidak ketahuan. Dan itu tidak ada sanksi yang dia terima atas apa yang sudah dia perbuat.
Soal salah siapa, Meira menganggap bahwa media sosial adalah melakukan aktivitas di dalamnya adalah hak semua orang.
Misalnya, sesorang mem-posting sesuatu di akunnya sendiri dan ternyata orang lain yang melihat unggahan tersebut menganggap hal itu memancing lalu berkomentar negatif—hal tersebut kerap terjadi. “Itu udah hak kita, terserah kita mau ngapain (di akun media sosial pribadi),†ujar Meira.
Berbeda dengan Meira, Maria Rahajeng menganggap bullying di media sosial disebabkan banyak faktor.
Salah satunya adalah orang yang nge-bully insecure dan iri kepada orang yang mereka bully. “There is always a reason why someone bullies another person.†Yang artinya bagi Maria, yang salah adalah yang mem-bully dan yang di-bully itu tidak salah. Elizabeth Rahajeng juga setuju dengan yang Maria katakan.
Jadi, intinya, berhati-hatilah di media sosial.
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien