in

Pesona Budaya Suku-Suku di Pulau Kalimantan yang Kaya dan Unik

Haii, Grameds! Pulau Kalimantan yang dikenal sebagai salah satu pulau terbesar di dunia, menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa melalui beragam suku yang mendiami wilayahnya. Setiap suku memiliki tradisi, kepercayaan, dan adat istiadat yang unik, mencerminkan kekayaan warisan leluhur mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pesona budaya suku-suku di pulau Kalimantan yang kaya akan tradisi. Yuk kita jelajahi bersama Grameds!

Sejarah dan Latar Belakang Singkat Pulau Kalimantan

sumber: tirto

Grameds, sebelum kita menyelami suku-suku yang mendiami pulau Kalimantan, kita ketahui sejarah serta latar belakang dari pulau ini yuk!

Kalimantan telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti arkeologis menunjukkan keberadaan manusia prasejarah yang tinggal di gua-gua dan menggunakan alat-alat batu. Suku-suku asli Kalimantan, seperti Dayak, telah lama hidup di pulau ini dengan cara hidup yang sangat tergantung pada hutan dan sungai.

Seiring berjalannya waktu, migrasi dan perdagangan membawa berbagai pengaruh baru ke Kalimantan. Migrasi dari daratan Asia dan kepulauan Indonesia lainnya memperkenalkan budaya baru, teknologi, dan sistem sosial. Interaksi dengan pedagang dari India, Tiongkok, dan Arab membawa agama-agama seperti Hindu, Buddha, dan Islam, yang kemudian mempengaruhi struktur sosial dan budaya beberapa suku di Kalimantan.

Selain itu, penjajahan Eropa pada abad ke-16 hingga ke-20 juga membawa perubahan signifikan. Kolonialisasi oleh Belanda, Inggris, dan Spanyol mempengaruhi struktur politik dan ekonomi di Kalimantan. Sistem pemerintahan kolonial memperkenalkan administrasi baru dan mengubah cara hidup tradisional suku-suku di sana. Meskipun begitu, banyak suku di Kalimantan yang berhasil mempertahankan adat istiadat dan budaya mereka hingga hari ini.

Melalui sejarah yang panjang dan beragam ini, Kalimantan telah menjadi rumah bagi berbagai suku dengan identitas budaya yang unik. Keanekaragaman suku-suku di Kalimantan tidak hanya menunjukkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap identitas nasional.

Suku-suku di Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan dihuni oleh puluhan hingga ratusan suku yang tersebar di berbagai penjuru pulau Borneo. Berikut beberapa suku terbesar di pulau Kalimantan:

Suku Dayak

Suku pertama yang akan dibahas adalah suku Dayak. Siapa sih yang nggak tahu suku yang satu ini. Suku Dayak yang merupakan kelompok suku terbesar dan paling beragam di Kalimantan telah menghuni pulau ini sejak ribuan tahun yang lalu. Mereka terdiri dari berbagai sub-suku, seperti Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, dan banyak lagi, masing-masing dengan bahasa, adat istiadat, dan tradisi yang unik.

Kepercayaan yang Dianut Suku Dayak

Suku Dayak, yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan, memiliki kepercayaan yang kaya dan beragam. Salah satu yang paling dikenal adalah Kaharingan, sistem kepercayaan asli yang berakar pada animisme dan dinamisme, menghormati roh-roh alam, leluhur, dan kekuatan gaib. Dalam Kaharingan, Ranying Hatalla Langit dianggap sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sementara Jubata adalah dewa-dewa atau roh-roh yang menguasai berbagai aspek kehidupan. Kamang, roh-roh leluhur, dihormati dan dimintai perlindungan, sedangkan Katalla adalah roh-roh jahat yang harus diwaspadai.

Adat Istiadat Suku Dayak

Adat istiadat suku Dayak sangat beragam, mencerminkan keragaman sub-suku dan lingkungan tempat mereka tinggal. Rumah betang, sebagai simbol kebersamaan dan gotong royong merupakan salah satu ciri khas budaya Dayak. Upacara adat, seperti Manajah Antang dan ritual penyembuhan juga menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Tato dan modifikasi tubuh lainnya memiliki makna simbolis yang mendalam menunjukkan status sosial, keberanian, atau keahlian seseorang.

Suku Banjar

Suku Banjar adalah salah satu suku terbesar di Kalimantan, terutama mendiami wilayah Kalimantan Selatan. Nama “Banjar” berasal dari kata “banjarmasin,” yang merupakan ibu kota Kalimantan Selatan dan pusat kebudayaan suku ini. Suku Banjar memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi oleh perdagangan maritim dan interaksi dengan berbagai kebudayaan asing, seperti Melayu, Jawa, dan Arab.

Di Balik Pena: dr. Andreas Kurniawan Berbagi Tutorial Melalui Duka dan Mencuci Piring

Kepercayaan yang Dianut Suku Banjar

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Banjar menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, di mana mereka percaya pada roh-roh nenek moyang dan kekuatan alam. Namun, pada abad ke-15, Islam mulai masuk ke Kalimantan melalui para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Melayu. Lambat laun, Islam menjadi agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Banjar.

Saat ini, mayoritas suku Banjar adalah Muslim. Islam telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan mereka, termasuk sistem sosial, hukum adat, dan berbagai ritual keagamaan. Masjid-masjid menjadi pusat kehidupan sosial dan spiritual, dan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha dirayakan dengan meriah.

Adat Istiadat Suku Banjar

Adat istiadat suku Banjar mencerminkan perpaduan antara tradisi lama dan pengaruh Islam yang kuat. Dalam upacara perkawinan, mereka menjalankan ritual seperti Bapapai dan Badudus yang merupakan prosesi pembersihan diri sebelum pernikahan. Pada saat kelahiran, upacara Babayu Bini dilakukan untuk membersihkan ibu dan bayi secara spiritual, dan Aqiqah dilakukan dengan memotong hewan sebagai tanda syukur. Dalam adat kematian, terdapat prosesi Badudus Mayat untuk memandikan jenazah sesuai syariat Islam, diikuti dengan Tahlilan selama tujuh hari berturut-turut untuk mendoakan arwah yang telah meninggal.

Suku Kutai

Suku Kutai adalah salah satu suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur, khususnya di sekitar daerah Kutai Kartanegara. Suku ini memiliki sejarah yang kaya dan erat kaitannya dengan Kerajaan Kutai Kartanegara, salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Meskipun jumlah mereka tidak sebesar suku Dayak atau Banjar, suku Kutai memiliki peran penting dalam perkembangan budaya dan sejarah Kalimantan Timur.

Kepercayaan yang Dianut Suku Kutai

Mayoritas suku Kutai saat ini menganut agama Islam, yang telah menjadi bagian dari identitas mereka sejak masuknya pengaruh Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Namun, kepercayaan asli mereka, yang berakar pada animisme dan dinamisme, masih dapat ditemukan dalam beberapa tradisi dan ritual. Suku Kutai juga memiliki kepercayaan terhadap roh-roh leluhur dan kekuatan alam, yang tercermin dalam berbagai upacara adat mereka.

Adat Istiadat Suku Kutai

Suku Kutai memiliki beragam adat istiadat yang unik dan menarik. Salah satu yang paling terkenal adalah upacara Erau, sebuah festival budaya yang diadakan untuk merayakan penobatan raja atau pemberian gelar kepada tokoh masyarakat. Upacara ini melibatkan berbagai ritual, tarian, dan pertunjukan seni tradisional. Selain Erau, suku Kutai juga memiliki tradisi lain seperti Belian (upacara penyembuhan), Bepelas (upacara pembersihan diri), dan Melemang (upacara pembuatan lemang). Adat istiadat ini merupakan bagian penting dari identitas dan warisan budaya suku Kutai.

Suku Paser

Suku Paser, juga dikenal sebagai Dayak Paser, adalah salah satu suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan sebagian Kota Balikpapan. Suku Paser memiliki peranan penting dalam sejarah Kesultanan Paser, yang pernah menjadi salah satu kerajaan Islam berpengaruh di Kalimantan Timur.

Kepercayaan yang Dianut Suku Paser

Mayoritas suku Paser menganut agama Islam, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sejak berabad-abad lalu. Namun, mereka juga masih memegang teguh kepercayaan dan tradisi animisme yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Kepercayaan ini tercermin dalam berbagai ritual dan upacara adat, seperti upacara Balian (upacara penyembuhan) dan Nondoi (upacara bersih desa).

Adat Istiadat Suku Paser

Suku Paser memiliki beragam adat istiadat yang unik dan menarik, yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal mereka. Beberapa adat istiadat yang masih dilestarikan hingga kini antara lain Mayar Sala (upacara perdamaian), Besepung (upacara memanggil roh leluhur), dan Mamar Pariangan (upacara meminta hujan). Selain itu, suku Paser juga memiliki tradisi lisan yang kaya, seperti pantun, syair, dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun

Suku Melayu Kalimantan

Suku Melayu adalah salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia dan tersebar di berbagai wilayah, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Mereka memiliki sejarah panjang dan kaya, dengan pengaruh dari berbagai peradaban seperti Hindu, Buddha, dan Islam. Suku Melayu dikenal dengan budaya yang terbuka dan mudah beradaptasi, serta memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa dan sastra Melayu, yang menjadi dasar bagi bahasa Indonesia.

Kepercayaan yang Dianut Suku Melayu Kalimantan

Mayoritas suku Melayu menganut agama Islam, yang telah menjadi bagian integral dari identitas mereka sejak berabad-abad lalu. Nilai-nilai Islam tercermin dalam berbagai aspek kehidupan suku Melayu, termasuk adat istiadat, kesenian, dan sistem sosial.

Adat Istiadat Suku Melayu Kalimantan

Suku Melayu memiliki beragam adat istiadat yang kaya dan unik, yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah Saprahan. Saprahan adalah tradisi makan bersama khas Kalimantan yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong dalam masyarakat Melayu. Dalam saprahan, hidangan disajikan di atas sehelai kain besar yang digelar di lantai, dan semua orang duduk melingkar untuk menikmati makanan bersama-sama. Tradisi ini tidak hanya sekadar makan bersama, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi, bertukar cerita, dan mempererat hubungan antar anggota masyarakat.

Suku Tidung

Suku Tidung adalah salah satu suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Utara, khususnya di sekitar daerah Tarakan, Malinau, dan Nunukan. Suku Tidung dikenal dengan keahlian mereka dalam berlayar, menangkap ikan, dan bercocok tanam.

Kepercayaan yang Dianut Suku Tidung

Mayoritas suku Tidung menganut agama Islam, namun mereka juga masih memegang teguh kepercayaan dan tradisi animisme yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Kepercayaan ini tercermin dalam berbagai ritual dan upacara adat, seperti upacara Belian (upacara penyembuhan) dan Mensop Palak (upacara tolak bala).

Adat Istiadat Suku Tidung

Suku Tidung memiliki beragam adat istiadat yang unik dan menarik, salah satu adat istiadat yang paling terkenal adalah upacara Pesta Laut, sebuah festival budaya yang diadakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah. Selain Pesta Laut, suku Tidung juga memiliki tradisi lain seperti Magelaran (upacara pernikahan), Bepupuik (upacara potong rambut bayi), dan Mengulur (upacara kematian).

Kesimpulan

Grameds, dengan berbagai tradisi, kepercayaan, dan adat istiadat yang kaya dan beragam, suku-suku di Pulau Kalimantan menawarkan pesona budaya yang sangat mahal nilainya. Melestarikan dan menghargai warisan budaya suku-suku di Kalimantan adalah tugas kita bersama, sehingga generasi mendatang dapat terus menikmati dan belajar dari kekayaan budaya yang luar biasa ini. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan kamu mengenai suku-suku yang mendiami pulau Kalimantan ya Grameds! Terima kasih sudah membaca!

Penulis: Hafizh

 

Rekomendasi Buku Terkait

Kehidupan Dayak di Pedalaman Kalimantan Barat

Kehidupan Dayak Iban di Pedalaman Kalimantan Barat

button cek gramedia com

Suku Dayak memiliki ratusan subsuku yang tersebar di Pulau Kalimantan. Mereka dahulu hidup berpindah-pindah karena daya dukung alam yang terbatas hingga ada yang tinggal di pedalaman hutan. Setiap subsuku memiliki kebudayaan dan kekhasan masingmasing yang berbeda antara subsuku Dayak lainnya. Di Kalimantan Barat sendiri terdiri sekitar 186 subsuku Dayak, salah satunya adalah Dayak Iban.

Sejarah Kalimantan: British North Borneo

Sejarah Kalimantan British North Borneo

button cek gramedia com

Buku ini merupakan buku yang mengisahkan sejarah kalimantan yang diterbitkan tahun 1922. Owen rutter menjelaskan kondisi kalimantan utara masa itu, mulai dari ukuran pulau, asal penduduk yang menghuni didalamnya. Kehadiran buku ini akan menambah wawasan kita terhadap sejarah kalimantan yang membentuk kalimantan sebagaimana kita melihatnya pada masa kini. Buku ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pelajar, mahasiswa, maupun umum.

Kisah Saranjana, Kota Gaib Kalimantan

Kisah Saranjana: Kota Gaib Kalimantan

button cek gramedia com

Kota Saranjana dikenal luas sebagai kota ghaib (tidak terlihat) di Indonesia. Banyak sekali kota-kota ghaib di Indonesia seperti Alas Purwo, Wentira, dan salah satunya juga Saranjana. Walaupun dikenal luas sebagai kota ghaib, namun tak menjamin semua orang yang mengetahuinya akan mempercayainya, bahkan penulis sendiri saat bercerita dan bertnya dengan masyarakat sekitar tak semua warga meyakininya. Akan tetapi mereka mengaku merasakan kejadian yang menunjukan keberadaannya, hal itulah yang membuat Kota Saranjana semakin misterius. Secara pengamatan dan pengalaman penulis sendiri meyakini bahwa Kota Saranjana memang benar adanya. Kota itu ada bagi orang yang meyakininya dan tidak ada bagi orang yang tidak meyakininya. Bagi masyarakat Kotabaru dan Batulicin tepatnya wilayah yang dekat dengan sekitar Kabupaten Tanah Bumbu terkhusus Kabupaten Kotabaru sendiri yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, kisah sebuah bukit kecil yang ada di Pulau Laut, tentu tak asing lagi di telinga masyarakat setempat. Menurut cerita yang dikisahkan secara turuntemurun, bukit kecil tersebut diyakini sebagai gerbang kerajaan ghaib terbesar di Kalimantan Selatan. Jika dilihat secara etimologis, nama kota ghaib ini konon diambil dari kata-kata dalam bahasa Mandar, yaitu: Saran (sarang) dan Jana (elang). Suku Mandar sendiri adalah salah satu suku yang berasal dari Sulawesi Barat dan sebagian Sulawesi Selatan. Selain bermukim di daerah tempat asalnya, masyarakat dari suku ini juga dapat dijumpai di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa, Sumatera, bahkan hingga ke daratan Malaysia. Sumber lain menyebutkan, nama Saranjana berasal dari kata Sarandjana atau Serandjana yang tertulis dalam artikel seorang naturalis Belanda. Kata ini memiliki kesamaan toponim dengan Sarangtiung. Toponim adalah bahasan ilmiah tentang nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya. Secara geografis, wilayah Saranjana dikatakan berada di sisi selatan Pulau Laut, sedangkan Pantai Sarangtiung ada di bagian utaranya. Tentu jika dikaji lebih jauh akan menimbulkan aneka persepsi dalam pikiran dalam pikiran mereka-mereka yang mencoba menganalisanya.



Live Apakah Anda berminat jika disediakan fasilitas baca buku sepuasnya di Gramedia ?
  • Ya, tentu saja!
    91% 91% 411 / 447
  • Tidak
    8% 8% 36 / 447


ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Adila V M