in

Prosedur dan Keamanan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Ultrasonic Research Laboratory di Teheran, Iran (Radvino/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Keselamatan Kerja di Laboratorium Laboratory safety atau keselamatan dan keamanan kerja (K3) membutuhkan perhatian yang khusus. Hal ini dikarenakan berbagai penelitian telah menunjukkan terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang memprihatinkan, yaitu sebanyak sembilan orang setiap hari. Oleh karena itu, K3 selayaknya harus melekat dalam pelaksanaan penelitian dan praktikum ketika berada di laboratorium.

Laboratorium merupakan tempat para staf pengajar, pekerja lab, dan mahasiswa melaksanakan berbagai eksprimen dengan menggunakan bahan kimia dan peralatan khusus. Pemakaian alat-alat dan bahan kimia itu berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.

Pada umumnya, penyebab utama dari kecelakaan kerja adalah kecerobohan dan kelalaian. Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan berbagai tindakan dan upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja dengan cara membina maupun mengembangkan kesadaran mengenai pentingnya K3 di dalam laboratorium.

Ultrasonic Research Laboratory di Teheran, Iran (Radvino/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Keselamatan kerja saat berada di dalam laboratorium harus diinformasikan secara relevan dan maksimal untuk mengetahui sumber bahaya maupun akibat yang nantinya akan ditimbulkan dan cara pencegahannya.

Hal itu harus dijelaskan secara berulang-ulang supaya lebih mengoptimalkan tingkat kewaspadaan. Sementara itu, keselamatan yang dimaksud termasuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Yuk, langsung saja kita bahas seputar keselamatan kerja di Laboratorium.

Peraturan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Tujuan dari peraturan keselamatan kerja yang dimaksudkan adalah untuk menjamin antara lain:

  • Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan orang-orang yang bekerja di dalam laboratorium.
  • Mencegah orang lain memperoleh risiko kesehatannya terganggu akibat dari kegiatan yang berlangsung di dalam laboratorium.
  • Mengontrol penyimpanan dan pemakaian bahan-bahan yang beracun dan mudah terbakar.
  • Mengontrol pelepasan bahan berbahaya yang berwujud gas dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berisiko negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.

Peraturan umum yang ada dalam peraturan itu menyangkut hal-hal berikut ini.

  • Orang yang tidak berkepentingan tidak boleh memasuki laboratorium untuk mencegah berbagai masalah yang tidak diinginkan.
  • Jangan melaksanakan eksprimen sebelum memahami informasi terkait bahaya bahan kimia, alat-alat, dan cara penggunaannya.
  • Mengetahui keseluruhan jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk mempermudah pertolongan ketika terjadi kecelakaan kerja.
  • Mengetahui cara penggunaan peralatan darurat, yaitu eye shower, respirator, pemadam kebakaran, dan berbagai alat keselamatan kerja lainnya.
  • Setiap laboran atau pekerja laboratorium harus mengetahui cara memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
  • Latihan keselamatan harus dipraktikkan secara rutin, bukan hanya dihafalkan saja.
  • Tidak diperbolehkan makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium. Hal tersebut juga berlaku juga untuk kepala laboratorium maupun laboran.
  • Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan melakukan lelucon lain saat bekerja di dalam laboratorium.
  • Jauhkan alat-alat yang tidak dipakai, tas, gawai, dan benda-benda lain dari atas meja kerja.

1. Pakaian di Laboratorium

Seorang pekerja laboratorium harus menaati etika berpakaian di dalam laboratorium. Pakaian yang digunakan di dalam laboratorium berbeda dengan pakaian sehari-hari. Pakaian di dalam laboratorium harus mengikuti aturan-aturan berikut ini.

  • Tidak diperbolehkan menggunakan perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia serta sepatu yang licin, terbuka, dan berhak tinggi.
  • Laki-laki dan wanita yang mempunyai rambut panjang wajib diikat. Rambut panjang yang tidak terikat dapat mengakibatkan kecelakaan karena bisa saja tersangkut di alat yang sedang berputar.
  • Pakailah jas praktikum, sarung tangan, dan pelindung yang lain dengan baik, meskipun pemakaian alat-alat keselamatan membuat tidak nyaman bergerak.

2. Peralatan dan Cara Kerja di Laboratorium

Seseorang yang bekerja dengan alat-alat kimia juga berpotensi mengalami kecelakaan kerja. Oleh karena itu, mereka harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

  • Botol reagen harus dipegang dengan cara telapak tangan berada di bagian label.
  • Banyak peralatan terbuat dari gelas, berhati-hatilah terkena pecahan kaca. Jika memasukkan di dalam prop-karet, pakaialah sarung tangan sebagai pelindung.
  • Saat memakai pembakar spiritus, berhati-hatilah jangan sampai tumpah di meja karena mudah terbakar. Jika menggunakan pembakar bunsen, amatilah keadaan selangnya terlebih dahulu.
  • Berhati-hatilah jika mengencerkan asam sulfat pekat. Asam sulfat yang dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam air, bukan sebaliknya.

Bekerja dengan Bahan Kimia

Jika kalian bekerja dengan menggunakan bahan kimia, dibutuhkan perhatian dan kecermatan khusus dalam penanganannya. Beberapa hal umum yang harus diperhatikan sebagai berikut.

  • Hindarilah kontak langsung dengan bahan kimia.
  • Hindarilah menghirup langsung uap bahan kimia.
  • Dilarang mencium atau mencicipi bahan kimia, kecuali diberikan perintah khusus (cukup dengan mengibaskan ke arah hidung).
  • Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit dan menyebabkan iritasi, pedih, dan gatal.

1. Cara Memindahkan Bahan Kimia

Seorang laboran pastinya melaksanakan pekerjaan pemindahan bahan kimia setiap kali bekerja. Saat melaksanakan pemindahan bahan kimia, harus diperhatikan berbagai hal berikut ini.

Di Balik Pena: dr. Andreas Kurniawan Berbagi Tutorial Melalui Duka dan Mencuci Piring

  • Bacalah label bahan sekurang-kurangnya sebanyak dua kali untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan, misalnya antara asam nitrat dan asam sitrat.
  • Pindahkanlah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
  • Jangan memakai bahan kimia secara berlebihan.
  • Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk mencegah kontaminasi, meskipun hal ini kadang dirasakan terlalu boros.

a. Cara Memindahkan Bahan Kimia Cair

Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia yang berwujud cair. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.

  • Tutup botol dibuka dengan cara dipegang memakai jari tangan dan sekaligus telapak tangan memegang botol itu.
  • Tutup botol jangan diletakkan di atas meja karena cairan di dalamnya dapat tercemar oleh berbagai kotoran yang berada di atas meja.
  • Pindahkanlah cairan memakai batang pengaduk untuk menghindari percikan.
  • Pindahkanlah dengan alat lain seperti pipet volume, sehingga lebih mudah.

b. Cara Memindahkan Bahan Kimia Padat

Pemindahan bahan kimia padat membutuhkan penanganan berikut ini.

  • Gunakanlah sendok sungu atau peralatan lainnya yang bukan berasal dari logam.
  • Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
  • Gunakanlah alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu sendok untuk bermacam-macam keperluan.

2. Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi

Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di dalam laboratorium. Ada banyak reaksi yang mengharuskan dilakukan pemanasan untuk mempercepat proses reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi sebagai berikut.

  • Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
  • Api pemanas terletak di bagian bawah larutan.
  • Goyangkanlah tabung reaksi agar pemanasan merata.
  • Arahkahlah mulut tabung reaksi di tempat yang kosong agar percikannya tidak mengenai orang lain.

3. Cara Pemanasan Larutan dengan Gelas Kimia

Pemanasan yang dilakukan memakai gelas kimia (bukan tabung reaksi) harus memperhatikan aturan sebagai berikut.

  • Gunakanlah kaki tiga sebagai penopang gelas kimia itu.
  • Letakkanlah batu didih atau batang gelas di gelas kimia untuk menjauhi pemanasan yang mendadak.
  • Jika gelas kimia tersebut berfungsi sebagai penangas air, isikanlah air seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan.

Kesimpulan

Laboratorium adalah suatu tempat ketika mahasiswa, dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan instrumen khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan jika dilakukan dengan cara yang tidak tepat.

Kecelakaan dapat terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja yang membuat orang tersebut cedera, bahkan bagi orang-orang di sekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar mengenai kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan risiko kecelakaan.

Hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium, walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum.


Itulah artikel terkait “Prosedur dan Keamanan Keselamatan Kerja di Laboratorium” yang bisa kalian gunakan untuk referensi. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan

  • Herlina, Lina; Sasi, Fitri Arum (2021). Teknik Pengelolaan Laboratorium. Yogyakarta: Andi.
  • Imamkhasani, Soemanto (1990). Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta: PT Gramedia.
  • Laila, Nur Najmi (2021). Manajemen Laboratorium dalam Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium Pendidikan. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management.
  • Lating, Zulfikar (2021). Perspektif Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pekerja Laboratorium. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management.
  • Simamora, Hetty Gustina, dkk (2023). Prosedur Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Bidang Kesehatan. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

 

Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait

1. Teknik Laboratorium Kimia

Salah satu mata kuliah yang terdapat di jurusan kimia adalah praktikum di laboratorium kimia. Namun, berbagai peralatan yang tersedia di laboratorium belum memiliki panduan pemakaiannya. Belum lagi, prosedur pemakaian laboratorium kimia yang masih sulit dipahami oleh mahasiswa. Oleh karena itu, penulis membuat buku Teknik Laboratorium Kimia. Buku ini berisikan berbagai penjelasan mengenai jenis-jenis peralatan yang ada di laboratorium kimia.

Selain itu, di dalam buku ini juga diberikan penjelasan yang gamblang dan menyeluruh akan fungsi dan kegunaan berbagai peralatan tersebut. Kelebihan buku ini terletak pada penjelasan yang disertai dengan gambar yang mudah diikuti dan dimengerti. Dengan menyimak gambar demi gambar, para mahasiswa akan dibawa seolah-olah sedang mempraktikkan tindakan yang nantinya akan dilakukan di laboratorium kimia.

Buku Teknik Laboratorium Kimia ini sangat cocok dijadikan panduan dan referensi bagi mahasiswa jurusan kimia dalam menjalani praktikum di laboratorium kimia. Tak hanya untuk mahasiswa, buku ini juga bisa digunakan oleh dosen dan tenaga petugas laboratorium agar semakin memahami prosedur dan peralatan yang ada di laboratorium kimia.

Segera dapatkan buku Teknik Laboratorium Kimia hanya di Gramedia terdekat di kota Anda atau pesan secara online di Gramedia.com.

2. Manajemen Masjid Sekolah Sebagai Laboratorium Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya

Ibarat seperti jamur yang tumbuh pada musim penghujan, masjid tumbuh begitu pesatnya di Indonesia. Dalam rentang waktu 20 tahun, angka pertumbuhan masjid di Indonesia sebesar 63%.

Saat ini, jumlah keseluruhan masjid yang ada di Indonesia sebanyak 290.000 bangunan. Jumlah tersebut masih belum ditambahkan lagi dengan lebih dari 500 surau dan ratusan jenis surau. Jadi, setiap 250 umat muslim di Indonesia memiliki satu rumah ibadah.

Selain itu, keberadaan masjid juga berkembang hingga pabrik-pabrik, perkantoran-perkantoran, dan sekolah-sekolah. Masjid di sekolah dapat tumbuh dengan begitu pesatnya didukung dengan terbit dan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Peraturan tersebut menyebutkan jika sekolah di semua jenjang diwajibkan memiliki tempat ibadah masing-masing seperti masjid.

Sebagai umat Islam tentu pesatnya pertumbuhan masjid menjadi suatu prestasi yang membanggakan. Namun, sungguh disayangkan jika keberadaan masjid-masjid di masyarakat, perkantoran, pabrik-pabrik, dan sekolah-sekolah kebanyakan hanya difungsikan sebagai tempat ibadah saja.

Sangat jarang berbagai pihak memanfaatkan atau difungsikan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai tempat kegiatan pembentukan karakter umat manusia seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw.

Buku ini dapat menjadi guideline bagi para pembaca, khususnya pihak pengurus masjid atau pihak sekolah untuk berupa menjadikan masjid sekolah sebagai laboratorium pendidikan karakter sama seperti ruang laboratorium mata pelajaran lainnya.

3. Modul Praktikum Laboratorium Kegawatdaruratan di Daerah Pesisir

Kegawatdaruratan di daerah pesisir merupakan salah satu mata kuliah unggulan yang dijadikan landasan bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan praktik bantuan hidup dasar dalam kasus kegawatdaruratan yang terjadi di masyarakat daerah pesisir. Mata kuliah ini membahas tentang risiko bahaya kesehatan yang mungkin terjadi kepada masyarakat di wilayah pesisir, serta upaya pertolongan pertama atau bantuan hidup dasar yang harus dilakukan dalam kasus tersebut.

Mata kuliah kegawatdaruratan daerah persisir terdiri atas 2 SKS yang meliputi 1 SKS untuk teori dan 1 SKS praktikum. Modul praktikum ini menjadi media bantu dalam pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran praktikum. Modul ini disusun dengan menggunakan format standar operasional prosedur (SOP) yang telah dikemas berbasis evidance base. Adapun isi dalam modul praktikum meliputi panduan praktik tindakan resusitasi jantung paru korban anak, dewasa, dan ibu hamil, tindakan kumbah lambung dalam kasus intoksikasi atau keracunan makanan, pertolongan korban tenggelam, serta tindakan imobilisasi kepada korban gigitan ular. Kasus-kasus tersebut merupakan kasus kegawatan yang sering dijumpai pada masyarakat di wilayah pesisir.

Tujuan dari modul ini adalah sebagai pelengkap dari Buku Ajar Kegawatdaruratan di Daerah Pesisir dan merupakan salah satu panduan praktik mahasiswa dalam melaksanakan praktikum laboratorium mata kuliah kegawatdaruratan di daerah pesisir. Harapannya dari modul ini membantu mahasiswa dalam mendemonstrasikan daan mensimulasikan prosedur-prosedur pertolongan kegawatan di daerah persisir.

4. Pengendalian Mutu Laboratorium Medis

Buku ini terdiri atas beberapa bab. Bab pertama membahas tentang sistem manajemen mutu, bab dua tentang praktik laboratorium yang benar, bab tiga tentang pengendalian mutu pada tahap praanalitik, bab empat tentang pemantapan mutu eksternal, dan bab lima tentang pemantapan mutu internal. Selanjutnya, bab enam membahas tentang pemantapan mutu internal mikrobiologi, bab tujuh tentang pemantapan mutu internal urinalisis, bab delapan tentang pemantapan mutu internal imunologi, bab sembilan tentang kalibrasi dan pemeliharaan alat laboratorium medis.

Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktik-praktik standar untuk menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan yang ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi. Sistem Manajemen Mutu mendefenisikan cara organisasi menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar.

Sistem manajemen mutu dibentuk dari struktur organisasi, dokumentasi, prosedur, dan alat-alat yang terdapat di dalam organisasi dengan maksud untuk memberikan transparansi mengenai struktur organisasi, prosedur, dan alat-alat organisasi yang kemudian dapat memberi kepuasan kepada konsumen.

Tujuan dari sistem manajemen mutu antara lain:

  • Menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.
  • Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan persyaratan proses maupun produk yang ditentukan pelanggan dan organisasi.


Live Apakah Anda berminat jika disediakan fasilitas baca buku sepuasnya di Gramedia ?
  • Ya, tentu saja!
    91% 91% 405 / 441
  • Tidak
    8% 8% 36 / 441


ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien