Puisi Cinta Sedih – Puisi adalah salah satu karya sastra yang diciptakan melalui rima, irama, serta penyusunan bait dan larik. Membuat puisi sering kali menjadi suatu tugas yang kerap diberikan para guru kepada murid-muridnya di sekolah, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu topik yang sering diberikan adalah edukasi, cinta, kasih sayang, dan kehidupan.
Untuk menghasilkan suatu puisi pendek, kalian dapat mengambil inspirasi dari perasaan pribadi, sistem pendidikan di Indonesia, dan suasana natural. Rujukan lain yang dapat diambil adalah kegusaran sosial masyarakat, kisah kehidupan, dan pengalaman pribadi, khususnya perasaan cinta maupun rasa sedih yang pernah dialami.
Inilah yang membuat tak sedikit orang yang mulai membiasakan dirinya untuk membuat puisi cinta. Apakah kamu salah satu dari orang itu? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih jauh tentang contoh puisi cinta. Jadi, tetap simak artikel ini sampai selesai, Grameds.
Table of Contents
Contoh Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu
Berikut ini kumpulan contoh-contoh puisi pendek tentang cinta dan rasa sedih.
1. Persemayaman Pusat Rasa
Karya: Avelin Mulyati
sengaja mengeja
memutus kalimat tanpa jeda
mengurai kata berakhiran tanda titik koma
menuliskan lagi puisi yang mulai kehilangan rimanya
2015
2. Aksara Mentari
Karya: Avelin Mulyati
kuhias aksaraku dengan sinar, layaknya sang bintang
agar ia mampu menarik hatimu: saat langit terpandang
namun, barulah kusadari
pada hari ini, kugantungkan aksaraku: di langit siang
saat tak satu pun bintang tampak bersinar – terlahap mentari
2015
3. Nyanyian Ce-El-Be-Ka
Karya: Nefrit Lazurit
bahagiakan hamba kepada penerimaan dan keikhlasan!
tidak meratap
tidak pula murka
bukan suara mengiba
bukan pula nyanyian ce-el-be-ka
pamali!
hampir mengharamkan
“cinta lama b******* kabeh”
2015
4. Kontemplasi Perihal Kesendirian
Karya: Seniwati
Seketika, menderas aksara bisu
Dan, kau lebih bisu
Dengan seikat bunga
Yang kian layu
Musnahlah sudah
Lupakan kedamaian semu
Beserta isyarat segala pesonamu
Biarlah misteri batu nisan samar memanggil
Sebagaimana aku tak dapat menahan ingatan tentang kepal tangan orang-orang
Yang dikutuk parasmu menjadi genangan kolam
Mungkin, surga cemburu
Dan, mencuri dirimu dari pelukanku
5. Hujan Bulan November
Karya: Winna Wijayanti
Ini adalah saat yang paling ditunggu.
Hujan mengguyur Jogja yang lama
dengan panas gerah hingga kebosanan
di jalan raya
Harum tanah. Basah udara
Seperti penuh kebosanan matahari
Jadi keburu ingin bilang,
“Cinta lebih tenteram di keteduhan”
Daun-daun makin hijau, dan burung
terbang lebih tinggi karena sejuk langit
Apa yang mesti kukatakan kini, hujan
sudah datang, siang masih terasa pagi
Saat malam kembali, diri ingin sekali
larut dalam mimpi
6. Catatan Kecil
Karya: Warno
Catatan kecil berbuku sendu
Seakan golak terpaku
Meratap menatap nasib
Tak kuasa memandang gundah
Padahal, setia nyala berbahagia
Jengah terkesima
Pudar termakan waktu
Yang manis, yang retak, yang kelabu
Intisari telah terekam di sini
Suatu saat pasti dimengerti
Meski bukan hari ini
Pintaku, seberangi penghalang yang memadamkan
Pintaku, tunjuklah kebenaran seluas pandangan
– Demi erat hati dan kalbu
7. Samudra Air Mata
Karya: Fajar Setyawan
Di Pantai Ngobaran,
Di tepian selatan, di Lautan Hindia
Ketika sauh dilabuh, pundak menghimpit
Kapan jalan panjang ini berujung?
Kapan jalan ini bertepi?
Nun jauh di sana;
Di laut biru yang indah
Tak ada yang berubah,
Seperti diamnya jawabmu: atas tanyaku
8. Jika Kau Berkenan
Karya: Netraphim
Aku cukup bersamamu saja
dalam bias batas antara surga dan neraka
Aku cukup bersamamu saja
dalam nikmat libido kesementaraan
Aku cukup bersamamu saja
dalam persenggamaan gelombang kerinduan
9. Easther
Karya: Nisfanda Bella Vizta
Sempatkah terlintas namaku
Dalam ingatan batinmu
Dalam singkatnya takdir Tuhan?
Apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati?
Sementara diriku melayu dan mati
Padamkanlah apimu
Dalam kesaksian yang menyakitkan
Bersajaklah kau
Mekarmu adalah kemenangan
Ayunkanlah rohku
Jauh di angkasa
Menuju ruang tak tertuju
10. Getir Hujan
Karya: Wahyu Oktaviani
Berdebar di langit menggema
Cerai-berai entah ke mana
Teguh dalam perjalanan sesat
Mari berangkat sebelum terjerat!
Nyinyir nafasmu menyertai perjalanan
Terngiang di sekitar persimpangan
Serpihan pekat terhujam meratap
Itulah jalan senyap: yang telah lenyap
Perjuangan, uang, dan drama megalomania
Ingatkah titik nadir antara bahagia dan kecewa
Seiring masa yang juga bertambah tua?
Sejatinya, mungkin kau hilang ingatan dan amnesia
Air mata dan darah dan yang tak mungkin dapat terlupakan
Putarlah waktu!
Bagaimana mungkin dapat kuwujudkan cintaku?
Senyum satir tersungging tak temukan alamat
Serapah mendoa ke semburat
Mendendang irama merdu sajak bosan
Biar langit menjerit merangkai hujan
Bukan khayalan halus meragukan
Bukan pula candu halusinasi di impian
11. Jengah
Karya: Avelin Mulyati
sempatkah terucap namaku
pada bait drama melankolis
yang rumit
yang berderet
tegak berjaga
separuh menghujam
menekan busung dada
mengurung kau dan aku
menuju ruang hampa
siapa aku
siapa kamu
(kita) saling tak peduli
di sini
jengah
menunggu pagi
menepi
kau dan aku
takkan pernah mengerti
2020
12. Mawar Temaram
Karya: Avelin Mulyati
tak terdengar
tertampar bungkam
dengan tawanya
mesin-mesin pembunuh
terus berlari
mengejar
yang kutahu
cinta itu bunga mawar
indah dilihat
menusuk perih durinya
tak kusangka
kau tlah terikat oleh temaram
tak bisa bebas untuk kugenggam
engkaulah lenteraku
yang takkan pernah menerangiku
sepi
dengan setia
ia meyakinkanku tuk pergi
sudah cukup semua ini dirasakan
ku harus meninggalkan
sempatkah terlintas namaku
dalam ingatan batinmu
dalam singkatnya takdir Tuhan?
apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati
sementara diriku
melayu dan mati?
aku bosan
menemanimu bermimpi
seolah kau terus menginspirasi kematianku
siapa pun kau
sadarkanku
2020
13. Sajak Merbabu
Karya: Fandy Aprianto
dengan puisi ingin kutulis
bahwa tubuhmu
pernah saling bertemu
di antara tiga titik nafasku
dengan cara yang sama
kurakit doa-doa
saat matahari begitu rendah
seangkuh kenangan kota bungkam ini
ngembara menjelma tanpa permisi
datang dan pergi
Merbabu tak lahirkan dendam
takdir baik-buruk
tak mampu membangun kesunyian
satu persatu rindu terusir
tak selalu mesra
tak selalu erat dari kata-kata
tak seindah yang kau duga
tak seindah yang semestinya
di bawah Merbabu yang rekah
pasti puisi ditulis maddah
namun, sekali waktu
aku ingin meyakinkanmu
engkaulah degup jantung yang terujar
narasi yang takkan luruh di antara
derasnya metafora dan hiperbola
sepanjang sejarah-sepanjang kisah
dan semua kemungkinan-kemungkinan
sepanjang purnama ketujuh
dari mata renungku
kan kau dapatkan nikmat kesia-siaan
air mata gelandangan
bukankah sudah sepantasnya
tanpa rupa kau mendekat
denyut nadiku, tatap matamu
mengaburkan perangkap dan jerat
menumbuhkan sayap
terbang mencapaimu
memeluk erat tubuhmu
langit biru kaki Merbabu
saksi bisu mozaik pesonamu, acuhkanku
Salatiga, 2 Mei 2017
14. Dengan Kain Penutup Mata
Karya: Fandy Aprianto
dalam remang lampu milik peladang
dengan jelas kupandang
kaki Merbabu melukis cahaya
bayang-bayang sebuah antara
seperti kerut di wajahmu
mata hampa
yang perlahan gerhana
mestinya kutahu dari dulu
kerdip bintang-gemintang
ialah pertanda kesuburan cinta
namun, napasmu perlahan memudar
hilang tanpa rahasia
satu-per satu rindu mengaburkan dungu wajahku
bahkan untuk seorang gadis yang kasmaran
menggelantungkan bejibun harapan
di mana kau letakkan pandang?
di mana bumi berpijakmu?
mau ke mana lagi kakimu melangkah pergi?
di mana sekarang kenangan yang dulu kau banggakan?
ah, kutahu…
sendiri jadi doa bagimu
namun, ziarahku ialah saksi
menipisnya penanggalan diri dunia kecilmu
yang menyekat jarak kasih dan kegelapan
dari nyalangnya tabir waktu
tengah malam
kucium lagi rembulan di keningmu
engkau tersenyum
dalam penyerahan kecemasan dan ketakutan
menembusi buah-buah masak
yang tertinggal di kepalan jari tangan
dengan kain penutup mata
maukah kau mengantarku keluar ke taman kaca
melalui labirin koridor istana
maukah kau mengantarku melampaui cahaya
tempat bersendawa menggantungkan cita-cita
Salatiga, Mei 2017
15. Sajak Pembebas
Karya: Netraphim
biarkan pikiranku mengembara apa maunya
kota ini seribu makna
yang mencipta tunas-tunas hidup penggembala
sampai darah-darah menghias masa lalunya
pesonanya takkan padam
mencipta bejibun catatan malam
tak apalah bahasa alam sesekali memberi sebait guratan
saat kecipak jernih air Senjoyo mengingatkan:
“wariskan mata air, bukan air mata”
aku bertanya:
“mengapa kerinduan selalu hadir di sini
di mana emprit menyusun sarang, mengeram kepasrahan?
masih ingatkah kau kapan saat memetik bintang
mencium kening rembulan?”
“oh, kini mereka menjelma monumen abadi
dalam penyerahan senyum keikhlasan” jawabmu
2 Agustus 1876
ingatkah kau, Rimbaud datang
di antara sajak pembebasan
sejak waktu tak beranjak
dan sepi menyemat tak beriak
tetap teguh tegak
seperti Majnun lebur dalam cinta
pasrah dalam teduh rengkuhan
Gunung Telomoyo, Merbabu, dan Ungaran
sirna di depan prasasti
aux pays poivrés et détrempés
pada kelok jalan menuju bukit
kutumpahkan kejujuran semesta
kepada bunga-bunga yang enggan patah dari tangkainya
kutulis seribu tanya:
berapa lama sejuk kota ini terus kau berikan untukku?
berapa depa kerinduan kau berikan untukku?
menjelang senja yang tembaga
lewat lambaian burung-burung di cakrawala
dan kemuning padi di sawah-sawah desa
kuncilah hatiku
dalam desah basah matamu
buat janji yang menjanjikan
2019
16. Pilar Harapan
Karya: Netraphim
melihat dunia dengan caraku sendiri
menghafal tiap sudut yang tlah dijejaki
merabanya lagi
berharap ada rasa dan kenangan
tuk dikenang lagi
namun, tak juga tertemui
walau tiap deret sudah kuturuti
tiap bagian sudah kumasuki
dan, tiap lorong kuterangi
akhirnya, aku tersesat
tersesat dalam hati, perasaan, dan pikiranku sendiri
entah di mana lagi jalan keluar
dari kekosongan ini
mungkin, tanya ini tak akan terjawab cepat
namun, suatu saat nanti akan tertemui
entah detik ini
atau kelak
ketika tlah tiba di “tanah indah”
semoga!
tak terhitung beban yang tlah kupikul
terlalu banyak nasib tlah mengalahkanku
kini, saatnya aku menggugatnya
memenangkan perseteruan ini
tak lagi mau untuk diam
aku berdiri di sini untuk menghadapinya
bukan untuk bersembunyi dan menepi
dua tangan ini yakin
jiwa ini tak ragu
langkahku tak lagi kaku
masalah kecil itu tlah jadi kekuatanku
yakin semua bisa kuhadapi!
untukmu, untuk kita, untuk yang katanya “masa depan”
dan, langkah yang akan ternukil dalam kisah yang indah
2015
17. Rapalan Digit Angka-Angka
Karya: Seniwati
melihat dunia
dengan cara tersendiri
menghafal tiap angka
yang tlah terlampaui
merasakan hilangnya angin
yang berganti kemarau gersang
orang bilang
waktu bisa membuat lupa segalanya:
penantian, kekecewaan, dan kemarahan
manusia selalu berdamai dengan kesedihan
meski mereka takkan pernah bisa melepaskannya
2015
18. Galau
Karya: Iwan Dwi Aprianto
tirai pekat di balik asa
logika tak lagi dirasa
jiwa-jiwa gundah menari digenggam malam
berbisik tentang keburukan
inikah galau yang sebagian orang katakan
ataukah hanya kiasan ketakutan
entahlah
mungkin hanya bayangan
atau sekadar kenangan yang tercampakkan
roh-roh berdiri di antara dua jalan
bagai lukisan dosa yang nyata
atau buih-buih di lautan
yang terkadang ada dan tiada
seperti itulah perjalanan
bak angin
dapat dihirup namun tak dapat digenggam
menyelinap di balik ranting-ranting rapuh
mencoba dendangkan nyayian bersama dedaunan
namun, nadanya semakin menambah cekam
hingga membius logika nyata
sepi dan jengah makin menghantui
berharap kebaikan
meski dosa tegak berdiri
sebagaimana keruh air paling anyir
tak ada lagi rahasia
yang ada hanya esok makan apa
2016
19. Menantang Kesepian
Karya: Iwan Dwi Aprianto
Bukankah, setiap orang memikul kebenaran, seperti halnya Yesus memikul salibnya?
Bukankah, setiap orang memiliki bakat jatuh, seperti halnya jatuhnya Adam-Hawa dari nirwana?
Ayub memahami makna sakit, Yunus menghayati konyolnya keputusasaan, Ibrahim tahu apa yang musti dilawan dengan kapak, Musa ngerti ilmu sihir – dari zaman ular hingga industri
Adapun kita, merelakan diri jadi bahan tertawaan;
disingkirkan dan berusaha bertahan dari kesepian
2011
20. Samudra Senja
Karya: Nefrit Lazurit
Harus berapa lama lagi paduan rentetan burung samudera datang bersama buih-buih ombak Laut Selatan?
Harus berapa lama lagi mereka akan menyapaku – mencengkeram langit senja?
Namun, kesadaran akan keterbatasan-lah yang tlah membuat pintu hati rela mengikhlaskan.
2012
21. Gagak
Karya: Warno
hey gagak, yang berdiri tegak
betapa tegarnya engkau menghadapi gelap
terang sayapmu memudar
seiring tersingsingnya pongah fajar
entah mengapa
aku selalu merasa sedikit lega
saat bayangmu masih dapat kueja
meski kau tak lagi pernah nyata
di antara ayat-ayat semesta
2013
22. Setelah Seratus Empat Puluh Tiga Hari
Karya: Warno
dalam hitam puisiku, aku selalu menunggu:
– kedatanganmu.
2008
23. Philophobia
Karya: Avelin Mulyati
mungkin, philophobia ini akut: tak tersembuhkan
namun inikah potret dunia yang kutinggali?
atau, inikah perjalanan mimpi: ke mimpi
yang takkan pernah usai?
beri tahu aku, harus dari mana mulai kurajut mimpi yang tak sempat terjadi?
beri tahu aku, apa yang harus disyukuri saat hujan mata pisau mulai mengguyuri?
2010
24. Nostalgia
Karya: Lilik Joko Susilo
dinding kamar tak bertuan
baju, buku, sepatu; itu-itu saja
tak lagi memicingkan matanya
dari gambar maya, hingga eksistensi nyata
di tiap sudut, perasaan hampa seolah diizinkan bermukim:
– selamanya
semoga masih ada sisa waktu, buat sekadar nostalgia
karena, detiklah yang menghujam nyata
dan kenyataanlah, yang memutuskannya
2015
25. Antitesis Hujan Bulan Juni
Karya: Farid Stevy Asta
Tak ada yang lebih baik dari kopi yang diseduh dengan ketabahan. Dalam beberapa kejadian, pilihan untuk kalah dan bersalah menjadi lebih baik, daripada memaksakan untuk terus menang dan benar.
2016
Contoh Gambar Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu
Itulah beberapa contoh puisi pendek dengan tema cinta sedih dan pilu yang dapat dijadikan sebagai referensi. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.
Untuk mendapatkan lebih banyak informasi terkait puisi dengan tema cinta dan rasa sedih yang lain, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!
Rekomendasi Buku dan Artikel Terkait Puisi Cinta Sedih
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien